Kementan Gunakan Data Radar untuk Monitor Padi
Kementan Gunakan Data Radar untuk Monitor Padi
Pilarpertanian - Kementerian Pertanian berhasil membuat inovasi pertanian dengan memanfaatkan data Radar/Sar dari satelit Sentinel 1. Data radar itu diolah menjadi sebuah sistem informasi standing crop yaitu Siscrop 1.0 untuk padi.
“Ini terobosan baru karena sebelumnya sistem informasi tanam di tanah air masih mengandalkan data satelit tipe optik yang sering terhalang awan,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Menurut Syahrul, permukaan bumi di wilayah tropis seperti Indonesia umumnya diselimuti awan sehingga pengamatan dengan data satelit optik tak pernah maksimal. Sentinel 1 yang menggunakan data radar menjawab kegagalan satelit optik karena Radar mampu menembus awan.
Syahrul berharap Siscrop 1.0 yang dikembangkan Kementerian Pertanian dan Lapan akhirnya dapat memonitor luas tanam, luas panen, produktivitas dan indeks pertanaman secara real time. “Kedepannya standing crop seperti ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan untuk tanaman pertanian lainnya,” kata Syahrul.
Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Fadjry Djufry, menjelaskan, Siscrop 1.0 merupakan sistem informasi yang dapat memberi informasi kondisi faktual tanaman padi dan tanaman lainnya di lapang. Pengembangan model Standing Crop ini berbasis penginderaan jauh yang merupakan kolaborasi Kementerian Pertanian bekerja sama dengan LAPAN dan Kementerian Lembaga dan Perguruan Tinggi terkait lainnya.
Informasi Siscrop dapat digunakan untuk tujuan teknis seperti antisipasi dan tindakan budi daya yang patut dilakukan sesuai kondisi tanaman. “Para pengambil kebijakan juga mendapat benefit misalnya untuk menentukan jumlah dan distribusi pupuk, bibit, pestisida dan air,” kata Fadjry di Jakarta, Senin (7/12).
Siscrop 1.0 membantu pengambil kebijakan dan petugas perencana dalam hal efisiensi perencanaan pupuk, pestisida, dan air. Ia juga tepat dalam memilih jenis tanaman yang akan ditanam pada wilayah tertentu yang bisa diinformasikan secara spasial. Siscrop 1.0 juga efektif untuk mobilisasi alsintan. Terakhir Siscrop 1.0 dapat membantu identifikasi wilayah yang surplus sehingga bisa memasok wilayah yang minus.
Siscrop akan sangat berdaya guna jika diintegrasikan dengan berbagai sistem informasi pertanian yang sudah ada sebelumnya, seperti SI Lahan, SI Katam Terpadu, Agri Map Info, Simotandi dan lain-lain.
Integrasi Siscrop dengan sistem informasi lainnya dapat digunakan sebagai informasi mengambil langkah pengelolaan lahan melalui penggunaan pemupukan berimbang, berdasarkan jenis tanah dan informasi lahan lainnya, bahkan bisa digunakan untuk penanganan wilayah-wilayah terdampak bencana kekeringan dan banjir.
Integrasi Siscrop dengan informasi iklim akan sangat efektif digunakan untuk mengantisipasi bencana kekeringan dan banjir. Berdasarkan fase tanaman yang disajikan, estimasi luas tanam dan panen, serta estimasi waktu panen, juga luas wilayah pertanian yang terdampak banjir dan kekeringan dapat dilakukan lebih terarah, efektif dan efisien.
Dengan demikian, ke depan informasi ini bisa digunakan untuk mendukung asuransi pertanian. Pemanfaatan citra satelit yang menjadi sumber data dapat menghindari kesalahan hitung luas dan lokasi di lapangan. Data yang disajikan secara spasial dan dinamik memudahkan petugas asuransi memantau wilayah yang susah dijangkau.(ND)