Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

09 December 2016

Implementasikan Bhineka Tunggal Ika

Implementasikan Bhineka Tunggal Ika
09 December 2016

Implementasikan Bhineka Tunggal Ika

Pilarpertanian - Pekan Nasional (PENAS) adalah ajang pertemuan Kontak Tani Nelayan dari seluruh Indonesia yang diselenggarakan secara periodik sejak tahun 1971, untuk menjalin silaturrahmi antar masyarakat pertanian dan perikanan (petani, nelayan, petani hutan, pelaku usaha dan stakeholder pertanian) sehingga dapat terbina kesatuan dalam upaya menumbuhkan semangat membangun pertanian Indonesia yang kuat dan tangguh dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pilar – Penas berperan sebagai : (1) media untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, (2) pemersatu bangsa, karena masyarakat tani merupakan bagian terbesar dari bangsa Indonesia, (3) pengembangan harga diri selaku masyarakat pertanian yang berjiwa mandiri dan bertanggung jawab, (4) meningkatkan harkat dan martabat petani-nelayan beserta keluarganya, dan (5) mengembangkan cakrawala petani-nelayan beserta keluarganya dalam menghadapi perkembangan nasional dan internasional.

Penas diselenggarakan setiap periode 3-4 tahun sekali. Penas I diselenggarakan di Desa Cihea, Kecamatan Ciranjang, Kab. Cianjur, Jawa Barat, September 1971, dengan tema “Meningkatkan Peran Petani Dalam Program Pembangunan Pertanian”. Terakhir Penas XIV-2014 di Kec. Kepanjen, Kab. Malang, Jawa Timur, tanggal 7 s/d 12 Juni 2014. Dan Penas XV-2017 akan diselenggarakan di Kab.Aceh/Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, tanggal 6 s/d 11 Mei 2017.

Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir, pada setiap Penas, para peserta yang datang dengan biaya sendiri. Mereka hanya didampingi oleh petugas dari dinas pertanian, perikanan atau kehutanan daerahnya. “Di lokasi Penas-Aceh, mereka akan menginap di rumah-rumah penduduk atau petani selama Penas berlangsung (sekitar 1 minggu)”, jelas Winarno dalam konperensi pers di Kantor Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDM), di Jakarta, Senin (21/11/2016).

“Dengan demikian, para peserta Penas dengan latar belakang bermacam suku, ras dan agama serta budaya akan berintegrasi dan bersosialisasi dengan masyarakat/ petani Aceh sebagai tuan rumah dan antar peserta dari daerah lain. Hal itu terlihat mulai dari penyambutan, di tempat penginapan, pada acara- acara rembug KTNA, musyawarah dan diskusi”, jelas Winarno.

MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI BHINEKA TUNGGAL IKA

Di era komunikasi modern ini, boleh dikatakan tidak pernah menyaksikan pertemuan akbar nasional semacam Penas ini, yang dihadiri oleh puluhan ribu anak bangsa yang datang dari berbagai daerah dengan latar belakang suku, ras dan agama serta budaya yang berbeda dengan tujuan yang sama.

Tujuan tersebut selalu diaktualisasikan dalam setiap tema. Tema Penas XV-2017 yaitu “Melalui Penas Petani-Nelayan XV 2017 Kita Mantapkan Kelembagaan Tani Nelayan dan Petani Hutan Sebagai Mitra Kerja Pemerintah Dalam Rangka Kemandirian, Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Menuju Kesejahteraan Petani Nelayan Indonesia”.

Ini merupakan wujud nyata implementasi kebhineka tunggal ikaan yang terus diaktualisasikan oleh petani Indonesia melalui Penas. Kita memang sering melihat dan mendengar begitu pasih dan lancarnya para elit bangsa dan elit politik menyampaikan konsep Bhineka Tunggal Ika kepada publik, tapi nyaris tidak ada contoh bagaimana implementasinya. Bermusyawarah dan berdiskusi semakin jauh dari etika sopan- santun.

Tidak ada salahnya belajar dan mencontoh petani Indonesia yang senantiasa bekerjasama dan berjuang dengan ikhlas untuk kepentingan bangsa ditengah arus globalisasi dan kapitalisasi yang menggerus jati diri bangsa.

Mungkin tidak banyak generasi muda kita yang tahu, bagaimana petani Indonesia begitu dihargai oleh lembaga pangan dunia (FAO) atas kepeduliannya terhadap nasib bangsa Afrika yang menderita kelaparan.

Pada Penas VI-1986 di Simalungun Sumatera Utara, KTNA memberikan bantuan tahap pertama sebanyak US$ 5 juta kepada peduduk yang menderita kelaparan di beberapa negara Afrika. Bantuan tersebut diserahkan kepada Dr. Edward Souma, Direktur FAO yang hadir pada Penas VI untuk digunakan menanggulangi kelaparan dan mendorong petani kecil meningkatkan produksi pertaniannya. Bantuan tersebut berakhir pada tahun 2005 dengan selesainya pembangunan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Gambia.

PENYELENGGARAAN PENAS XV-2017 DI ACEH

Menurut Sekretaris Daerah Aceh Drs. Dermawan, MM, pemerintah dan masyarakat Aceh menyambut penyelenggaraan Penas XV-2017 ini dengan suka cita. “Aceh sebagai tuan rumah akan mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk rumah-rumah penduduk yang akan ditempati oleh peserta dan para tamu undangan”, katanya.

“Kami masyarakat Aceh menganggap bahwa semua peserta Penas yang akan datang ke Aceh adalah sebagai tamu yang harus dihormati dan dilayani dengan sebaik-baiknya. Bahkan pemerintah Aceh akan meliburkan beberapa kegiatan agar semua kegiatan Penas XV dapat berjalan lancar”, kata Dermawan mewakili Plt. Gubernur Aceh dalam konperensi pers bersama Ketua KTNA dan Kepala BPPSDM.

Terkait dengan masalah memberlakukan syariat Islam di provinsi Aceh, Dermawan yang pernah menjabat Asisten Keistimewaan Aceh Setda Aceh (2006-2008) menjelaskan bahwa masyarakat Aceh dari dulu terkenal dengan toleransinya. “Tidak ada masalah dengan pemberlakukan syariat Islam yang disebut Qanun. Karena Qanun tersebut hanya berlaku untuk warga Aceh. Banyak tamu dan pejabat-pejabat yang bukan beragama islam datang ke Aceh tetap dihormati dan dilayani sebagai tamu”, tegasnya.

Untuk memeriahkan Penas XV, provinsi Aceh akan menampilkan seni dan budaya Aceh yang sangat terkenal, akan menyajikan dan memperagakan produk pertanian unggulan Aceh seperti kopi Gayo yang terkenal ke mancanegara, dan kuda Gayo. Provinsi Aceh banyak memiliki kearifan lokal di bidang pertanian dan peternakan yang dapat disaksikan dan dipelajari oleh para peserta Penas, ungkap Dermawan.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Pending Dadih Permana menjelaskan bahwa dari berbagai kegiatan Penas telah melahirkan berbagai ide dan konsep pembangunan pertanian.

Dia mencontohnya, dari gelar teknologi budidaya tanaman padi Jajar Legowo (Jarwo) pada Penas XIV di Malang, sekarang Jarwo sudah berkembang ke seluruh daerah. “Nanti di Penas XV-Aceh akan digelar teknologi Jarwo Super. Ada juga gelar teknologi SIWAB”, ungkapnya.

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *