Benahi Tata Niaga Komoditas Pertanian
Benahi Tata Niaga Komoditas Pertanian
Pilarpertanian - Pilar – Mantan Jendral Kepolisi sekaligus mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Kepolisian Republik Indonesia (2008-2009) yang kini aktif bertani turut angkat bicara tentang pembangunan pertanian saat ini. Menurutnya, sekarang di mana-mana ada panen.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Di desa saya saja saya panen, tetangga sawah saya sudah mulai bersiap panen, di sebelahnya lagi mulai tanam. Jadi setiap hari di negeri kita panen. Ini artinya pembangunan pertanian kita sudah benar,” kata Susno Duadji saat bincang-bincang tentang pertanian di Pagar Alam, Senin (5/2/2018).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk diketahui, Susno Duadji hari-harinya kini diisi dengan aktivitas bertani. Dia mengelola lahan pertanian keluarganya yang memang petani. Berbagai komoditas pertanian yang dikelolanya antara lain padi, jagung, pala, lada dan karet.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Pupuk dan benih terdistribusi dengan baik, teknologi pertanian sudah bisa mulai diterapkan di banyak desa,” sebut Susno.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ia menjelaskan hal ini bukan saja karena kemajuan teknologi informasi yang menyebabkan semua orang dapat mengakses cara bertani yang baik, tapi juga akses pasar pertanian yang mulai terbuka. Hanya saja persoalan yang mendasar adalah soal tata niaga komoditas pertanian.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Tata ulang kembali, misalnya soal beras yang dibeli petani oleh Bulog. Tolonglah disimpan dengan baik jangan sampai beras yang menjadi hancur sehingga image beras petani menjadi buruk, padahal beras yang dihasilkan adalah beras yang baik,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Karena itu, Susno menjamin bisnis pertanian sangat menguntungkan. Selain komoditas pertanian sangat sangat untuk kehidupan sehari-hari, indonesia dianugerahi lahan yang subur dan luas.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ya jangan hanya fokus di tanah Jawa, coba lirik pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Kelola secara agribisnis pasti untung, kalo ada sumber daya lebih kelola secara agroindustri, pasti jadi konglomerat,” pungkasnya.(LH).