Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

05 May 2021

Menghadapi Era Digitasi, Mentan Pertajam Sistem Pemetaan Lahan Pertanian Berbasis Spasial/Poliyon

Menghadapi Era Digitasi, Mentan Pertajam Sistem Pemetaan Lahan Pertanian Berbasis Spasial/Poliyon
Foto : Kementerian Pertanian Menggelar Rapat Koordinasi Seluruh Dinas Pertanian Seluruh Indonesia, BPS, Kementerian ATR/BPN, dan Badan Informasi Geospasial di Agriculture War Room, Jakarta.
05 May 2021

Menghadapi Era Digitasi, Mentan Pertajam Sistem Pemetaan Lahan Pertanian Berbasis Spasial/Poliyon

Pilarpertanian - Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia sebanyak kurang lebih 270 juta penduduk, Kementerian Pertanian (Kementan) mempertajam salah satu program yaitu Pemetaan lahan pertanian berbasis Spasial/Poligon. Terkait hal tersebut Kementan menggelar rapat koordinasi dengan seluruh dinas pertanian se Indonesia baik Provinsi dan Kabupaten, Badan Pusat Statistik, Kementerian ATR/BPN dan Badan Informasi Geospasial di Agriculture War Room Kementan, yang dihadiri juga secara virtual oleh Badan Pusat Statistik, Kementerian ATR/BPN dan Badan Informasi Geospasial hari Selasa pagi (4/5).

Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam kesempatan tersebut meminta seluruh jajarannya dan pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian untuk mengkonkritkan data-data yang akan diambil secara nyata. “Tidak ada data-data fiktif. Kita berbuat untuk kepentingan rakyat dan bangsa, jangan ada hal-hal yang dapat merugikan rakyat dan bangsa ini,” ucapnya.

Lebih lanjut Mentan mengatakan bahwa dari segala aspek bidang hanya pertanian yang masih terus berkembang, “Walaupun dalam melawan masa pandemi seperti ini, melalui data grafik BPS menerangkan bahwa hanya dibidang pertanianlah yang masih terus berkembang,” kata Mentan. Diperkirakan sampai Idul Fitri kondisi tanaman pangan akan aman. Di balik itu tentu saja menurut SYL ada fluktuasi dan dinamika harga, kalau terjadi range pengendalian harga yang ada, maka yang pertama akan dilakukan Kementan adalah mendekatkan dan memperkuat alur maupun jalur dari sentra produksi ke daerah yang terdampak devisit.

“Setelah itu kalau memang bermasalah maka mendekatkan komoditi tertentu yang rawan itu langsung terjun ke pasar serta ikut monitoring rantai pasoknya. Kalau memang tidak bisa juga maka terpaksa saya harus turun ke pasar bersama Kementerian yang lain,” jelas SYL panjang lebar.

“Disamping itu, ada lahan baru yang kita miliki kurang lebih 250.000 hektar PATB. Dan harus dikonkritkan karena itu akan menjadi warisan kita sebagai WNI,“ Ujar SYL.

Lebih lanjut SYL menyampaikan bahwa mengurus pertanian bukan hanya sebuah profesi tapi juga tanggungjawab yang harus dipikul dengan jumlah penduduk yang sangat banyak yang harus dijaga makannya. “Saya sebagai Menteri Pertanian mengucapkan terima kasih kepada seluruh insan pertanian karena pada masa covid ini hanya sektor pertanian yang tumbuh luar biasa. Dapat memberikan PDB dan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan,” jelas SYL.

Terkait sistem aplikasi berbasis Spasial/Polygon ini lebih friendly, sederhana dan mudah dipahami oleh petugas lapangan. Untuk tugas utamanya adalah mendata luas pertanaman lahan terutama padi di luar baku sawah. Yang kedua adalah mendata calon-calon lokasi yang akan ditanam melalui program tahun 2021. Hal ini akan bermanfaat karena data ini akan termonitor secara online dan ngelink dengan berbagai aplikasi yang menarik.

Langkah yang pertama setelah kelembagaan struktur organisasi disiapkan, tim bekerja melakukan digitasi bisa melalui laptop, HP dan PC mendigitasi dari data-data yang ada. Data-data yang ada sudah terkumpul lengkap di dalam system baik nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, kelompok Tani dan titik koordinat pun sudah ada dan setelah itu melakukan digitasi luasan polygon-polygon nya di setiap kelompok Tani yang akan mendapat program dan yang sudah mendapat program PATB di 2020.

Langkah kedua adalah setelah digitasi selanjutnya dilakukan ground check melihat apakah data digitasi dengan fakta lapangan itu seperti apa. Apakah ada perubahan bisa di edit polygon-polygon nya sesuai dengan fakta lapangan sehingga kalau sudah disetujui secara terpadu di lapangan, maka akan di beri warna hijau yang menandakan sudah di ground check validasi yang akan dipakai untuk perencanaan dan program-program berikutnya.

Widyo dari Badan Pusat Statistik mengatakan, mekanisme dari aplikasi ini harus ada kesepakatan. ”Nanti petugas BPS di lapangan akan cros cek bersama-sama kita di lapangan,“ ujarnya.

Secara virtual, Ibu Sukiptiyah Direktur di Kementerian ATR/BPN menyampaikan mensupport rencana pendataan perluasan areal tanam. “Namun kami perlu mengetahui apa maksud dari PATB Tanaman Pangan seperti apa supaya kita bisa bersinergi. Pada prinsipnya pendataan itu tergantung skala dan input dari data yang ada,“ katanya.

Ia sepakat kedepannya harus berbasis spasial supaya bisa mengupdate lebih. “Kami mensupport kalau memang nanti dibutuhkan data yang diperlukan karena kami selama ini sudah bekerja sama dengan dinas terkait. “Mudah-mudahan data kami ini bisa mensupport dalam rangka untuk memastikan pangan kita aman,“ tambahnya.

Ditempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan bahwa semua yang sudah disampaikan mengenai sistem pemetaan lahan berbasis Spasial / Polygon ini penting karena sekarang sudah era Teknologi Digitasi sudah berbagai satelit. “Proses pertama kita ajarkan kepada petugas lapangan,“ ucap Suwandi.

Lebih lanjut Suwandi mengatakan,” Ini lebih akuntabel karena sudah bicara lokasi dan berapa luas. Kondisi fakta di lapangan seperti apa itu tergambar dari citra ini“ ujarnya. Walaupun ini proses yang pertama bagi petugas lapangan tapi kedepan di era perkembangan teknologi yang semakin maju ini kita membangun hal ini yang terbagus sudah terintegrasi dengan berbagai system dan sudah terhubung dengan kementerian-kementerian terkait.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *