Mentan Tantang Mahasiswa UGM Wujudkan Pertanian Indonesia Menjadi Lumbung Pangan Dunia
Mentan Tantang Mahasiswa UGM Wujudkan Pertanian Indonesia Menjadi Lumbung Pangan Dunia
Pilarpertanian - Pilar – Menteri Pertanian, Amran Sulaiman memaparkan capaian kinerjanya selama tiga tahun lima bulan dalam rangka mewujudkan visi Lumbung Pangan Dunia 2045.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurutnya, ada beberapa hal yang dilakukan. Pertama, masalah kebijakan. Salah satunya, regulasi tender diubah menjadi pengadaan langsung melalui e-catalog. Hal tersebut dilakukan, karena masalah pertanian harus diselesaikan segera mungkin, seperti pemberian bantuan.”Ini tanaman semua, enggak bisa tunggu. Hari ini butuh, hari ini dikirim,” ujarnya pada kuliah umum di depan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (Faperta UGM), di Auditorium Prof. Harjono Danoesastro, Kompleks Kampus UGM, Yogyakarta, Senin (12/3/2018).Dua hari setelah melaporkan masalah tersebut ke Presiden Joko Widodo, regulasi langsung direvisi. Jika tak diubah, distribusi pupuk terlambat satu pekan. Dan menurut perhitungannya, ditaksir kehilangan Rp 40 juta. Asumsinya, per hektare menghasilkan 10 ton gabah.”Kebijakan keliru jauh lebih dahsyat (bahayanya) daripada koruptor dan begal. Bahkan, kami berpikir, seluruh anggaran pertanian turun Oktober, karena sudah masuk musim hujan,” jelasnya.Usulan tersebut sempat ditentang sejumlah pejabat di Kementerian Pertanian (Kementan). Dikhawatirkan Menteri Amran tersandung masalah hukum di kemudian hari, lantaran pemenang pengadaan sarat korupsi.Tak pendek akal, Amran kemudian menyambangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan instansi penegak hukum lainnya. “KPK tolong bantu kami. Kami tidak pernah belajar hukum dan pasal-pasal hukum. Yang dipelajari, bagaimana dapatkan bibit unggul,” ucapnya.Alhasil, kini ada petugas KPK, Polri, dan Kejaksaan bertugas di Kementan. Mereka mengawasi anggaran, agar tetap sesuai prosedur.Amran juga mengubah kebijakan terkait anggaran. Bila sebelumnya mayoritas dialokasikan untuk keperluan internal, sekarang diubahnya. Nilainya sekitar Rp12 triliun per tahun.”Biaya perjalanan dinas kami kurangi, biaya seminar kami kurangi. (Uangnya) belikan bibit unggul yang produksi 10 ton, kita belikan untuk tiga juta hektare,” bebernya.”Kalau beli benih langsung produksi 10 ton (untuk lahan) luasnya tiga juta daripada seminar 1.000 kali, masih tinggi hasilnya yang tiga juta hektar,” terangnya. Pada 2018, 85 persen dari total anggaran Kementan dialokasikan untuk petani.Kedua, Amran membenahi sumber daya manusia (SDM). Upaya yang dilakukan, di antaranya memperkenankan KPK menyadap pejabat di Kementan dan memecat dan mencopot oknum yang terbukti rasuah.”Ini lelang jabatan, yang demosi, mutasi, pecat, 1.295 (orang). Tambah satu kemarin. (Total) ada 1.296 (pejabat) sampai hari ini,” ungkapnya. Proses administrasi langsung dikerjakan, begitu mendapatkan informasi anak buahnya terlibat permainan anggaran.Amran juga pernah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kantor Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sidak dilakukannya sendiri dengan gaya seadanya tanpa pengawalan.Di lokasi, dia mendapatkan oknum setempat “bermain” dengan importir, agar proses pengecekan berlangsung cepat. Berikutnya, memerintahkan pimpinan Karantina setempat memecat pegawai tersebut. “Enggak mau copot, you, saya copot,” tegasnya.Setelahnya, kinerja petugas Karantina membaik. Sehingga, dwelling time pertanian di Tanjung Priok kini menjadi 0,9 hari.Melalui kebijakan tersebut, Amran optimis, produksi sudah naik. Alasannya, bantuan berkualitas langsung didistribusikan dan fokus terhadap pengembangan komoditas tertentu.”Kemudian, kita masuk ke infrastruktur,” lanjutnya. Salah satunya, memperbaiki irigasi tiga juta hektare.Mulanya ditargetkan tiga tahun rampung oleh Presiden. Tapi, dia menginstruksikan jajaran Kementan mengerjakaannya dalam tempo satu tahun. Akhirnya, beres dalam waktu tiga bulan lebih lama dari yang dimintanya (satu tahun tiga bulan).Keempat, adalah membenahi masalah alat mesin pertanian (alsintan).Katanya, inovasi dalam negeri cukup rendah, lantaran peneliti kurang dihargai. Karenanya, dia meminta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membuat regulasi agar inovator mendapatkan royalti.Setelah mendapat “lampu hijau” dari Kemenkeu, belakangan peneliti mulai giat mengembangkan alsintan. Untuk itu, Amran meminta mereka membuat beragam alsintan. “Minta buat combine harvester, excavator, buat traktor, semua jadi,” urainya.”Jadi, harus ada lompatan, enggak bisa kalau terstruktur cara berpikirnya. Indonesia akan kekurangan pangan nanti,” imbuhnya.Inovasi bibit unggul pun kian marak. Dengan demikian, produksi melonjak, ekspor menggeliat. Buktinya, sudah berhasil ekspor beras, jagung, dan bawang merah ke sejumlah negara. Manfaat lain, petani merasakan keuntungannya.Amran juga mengingatkan, petani tak membutuhkan bantuan negara untuk berproduksi. Yang diharapkan cuma kebijakan tepat dan menguntungkannya.Selain produksi meroket, devisa negara dari pertanian kian menggunung. Sejumlah negara tetangga juga mulai melirik Indonesia, agar ekspor ke sana.Untuk itu, Menteri Amran berpesan kepada mahasiswa yang hadir, agar melanjutkan apa yang telah dilakukan Kementan. Harapannya, visi Lumbung Pangan Dunia 2045 terealisasi. (RZ)