Mentan SYL Panen Raya Padi Pertanaman 4 Kali Setahun di Sukoharjo
Mentan SYL Panen Raya Padi Pertanaman 4 Kali Setahun di Sukoharjo
Pilarpertanian - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bersama Bupati Sukoharjo, Etik Suryani melakukan panen padi hasil indeks pertanaman 4 kali setahun di Desa Tegalsari, Kecamatam Weru, Kabupaten Sukoharjo, Selasa (12/10/2021). Sistem pertanaman padi 4 kali setahun merupakan salah satu terobosan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi padi, meningkatkan ketahanan pangan nasional dan nilai tambah yang diperoleh petani.
“Negara ini tidak boleh kalah dengan negara lain dan kehidupan ini harus lebih baik dari hari kemarin. Yang paling tersedia di depan mata kita untuk memperbaiki negara adalah sektor pertanian. Tanam padi dengan IP 400 artinya tanam 4 kali setahun, ini meningkatkan produksi dan pendapatan petani,” demikian dikatakan Mentan SYL dalam kegiatan panen padi tersebut.
Mantan Gubernur Sulsel dua periode ini menjelaskan kegiatan panen di Kabupaten Sukoharjo ini untuk memastikan lahan yang yang cukup baik harusnya tidak dimanfaatkan untuk penanaman padi hanya 1, 2 dan 3 kali dalam setahun, namun harus bisa hingga 4 kali setahun. Terbukti, saat ini Kabupaten Sukoharjo mampu membuktikan seluas 2.000 hektar menanam padi 4 kali setahun.
“Tadi kita sudah tanya ke petani, hasilnya dalam satu musim tanam itu di atas Rp 30 juta. Kalau cuman tanam 2 kali setahun, hanya dapat Rp 60 juta dan membuang waktu juga dalam setahun. Jadi tanam padi 4 kali setahun benar-benar menambah produksi dan penghasilan petani,” jelasnya.
SYL menyebutkan untuk mewujudkan program penanaman padi 4 kali setahun tentunya harus didukung dengan ketersediaan air, varietas padi unggul, mekanisasi, korporasi petani dan kelembagaannya harus disusun sehingga dari hulu ke hilir terintegrasi sehingga aspek pemasaran pun terjamin. Sesuai perintah Presiden Jokowi, lahan-lahan pertanian yang terkonsentrasi di atas 8.000 hektar harus ditingkatkan kelas rice milling unit (RMU) atau penggilingan padinya.
“Saya sudah minta tadi sama Bupati, agar ada RMU yang harus kita naikkan kelasnya agar menjadi persiapan kita lakukan ekspor. Tentu saja ini model tidak hanya untuk Sukoharjo tapi kita terapkan di seluruh Indonesia,” terangnya.
“Tanam padi 4 kali setahun ini adalah model untuk mengoptimalkan lahan. Jika saja 5 bulan lahan itu dibiarkan tidak tertanami itu artinya ada 1,5 musim tanam yang tidak terpakai berproduksi. Nah, ini harus kita kerja dengan mekanisasi dan pelatihan atau keterampilan kepada petani,” sambung SYL.
Bupati Sukoharjo, Etik Suryani mengatakan Kabupaten Sukoharjo meskipun sebagai kabupaten nomor dua terkecil di Provinsi Jawa Tengah, namun setiap tahunnya selalu surplus padi tidak kurang dari 102 ton. Realisasi produksi padi tahun 2020 sebesar 310.778 ton dengan produktivitas padi rata-rata 6,8 ton per hektar.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, di tahun 2021 ini Kabupaten Sukoharjo mendapat alokasi program optimalisasi peningkatan indeks pertanaman seluas 2.000 hektar. Adanya program tanam padi 4 kali setahun ini sangat disambut baik petani, bahkan petani sanggup memperluas luas lahannya hingga 5.000 hektar,” ujar Etik.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menambahkan program intensifikasi penanaman 4 kali setahun merupakan solusi dari berkurangnya areal lahan karena alih fungsi lahan serta pertambahan penduduk. Kunci program ini ada tujuh, pertama yaitu semai di luar bisa dengan sistem culik, dapog atau tray dan menggunakan benih umur pendek 70 sampai 90 hari yang disemai di luar.
Kedua, lanjut Suwandi, melakukan mekanisasi pertanian supaya hemat waktu dan tenaga. Ketiga, pemakaian pupuk kimia dikurangi secara bertahap hanya urea 25 kilogram (kg) per musim per hektar dan menggunakan unsur hara dari kompos, limbah tanaman dan limbah ternak.
Keempat, pola tanam 4 kali setahun terdiri dari padi-palawija-padi-palawija, padi-padi-palawija-padi, padi-padi-padi-padi atau pola tanam lainnya sesuai kondisi setempat. Kelima, hemat penggunaan air dari sumur/embung/pompa air di lahan kering atau tadah hujan dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian terlebih dahulu.
Keenam, menerapkan integrated farming menuju zero waste, antisipasi dan mitigasi organisme pengganggu tanaman. Ketujuh, melakukan hilirisasi dan skala kawasan korporasi sebagai off taker untuk akses KUR.
“Penerapan pertanaman 4 kali setahun berarti mengatur fluktuasi panen karena tanam padi musiman. Karena setahun 4 kali tanam, berarti proses produksi tidak pernah berhenti,” tuturnya.
“Ini adalah program yang digagas Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam upaya mendorong petani melakukan optimalisasi indeks pertanian sehingga dapat menanam dan memanen padi sampai dengan 4 kali dalam setahun, dari mulai persemaian sampai panen pada hamparan yang sama. Ke depan, dengan capaian surplus dan kualitas yang bagus, kita lakukan ekspor,” imbuh Suwandi.(PW)