BBPOPT Adakan Bimbingan Teknis Di Sulsel, Langkah Kementan Tingkatkan Kapasitas Petugas POPT
BBPOPT Adakan Bimbingan Teknis Di Sulsel, Langkah Kementan Tingkatkan Kapasitas Petugas POPT
Pilarpertanian - Upaya kementerian pertanian untuk meningkatkan produksi nasional terus dilakukan, dengan menerapkan berbagai strategi dan kebijakan, salah satu kendala terbesar dari peningkatan produksi adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), untuk itu diperlukan antisipasi dan kesiapan semua pihak dalam menghadapi masalah tersebut.
Berangkat dari hal tersebut, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), mengadakan acara Bimbingan Teknis yang bertajuk Peningkatan Kapasitas POPT di Sulawesi Selatan selama 3 hari, tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan keahlian dan menambah wawasan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), agar terbentuk karakter petugas-petugas yang handal dan profesional.
Momen ini juga diharapkan menjadi ajang untuk memperoleh kesepahaman tentang pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT Tanaman Pangan, sehingga terbentuk komitmen bersama untuk membangun sistem perlindungan dan kerja sama yang semakin kuat antar instansi terkait, baik di pusat maupun daerah.
Bimbingan teknis peningkatan kapasitas petugas POPT Provinsi Sulawesi Selatan diselenggarakan atas kerja sama Balai Besar Peramalan OPT dengan Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan / BPTPH dan diikuti oleh 40 petugas POPT dari seluruh kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan.
Acara ini turut dihadiri secara daring oleh Dirjen Tanaman Pangan Suwandi dan Direktur Perlindungan Takdir Mulyadi, dalam sambutannya, Suwandi menyampaikan dalam kondisi iklim ekstrim ini kita semua harus sigap dalam menghadapi semua kemungkinan yang terjadi, contohnya banjir, longsor, gunung meletus, termasuk serangan OPT yang tiba-tiba meledak. Jadikan forum ini sebagai media penggalangan kewaspadaan terhadap OPT, himbau Suwandi.
Ia kemudian melanjutkan, beberapa hal yang harus kita siapkan guna mengantisipasi hal tersebut yaitu membangun early warning system atau deteksi dini terhadap outbreak OPT, lakukan tindakan pencegahan yang efektif dan efisien seperti fase pengolahan lahan dan sanitasi lingkungan, penanaman tanaman refugia, selanjutnya memonitor perkembangan OPT di lapangan terutama di lokasi IP 400, dan apabila terjadi serangan OPT maka lakukan pengendalian yang ramah lingkungan dengan menggunakan agens hayati dan pestisida nabati. Menanggapi harga pupuk yang mahal, Suwandi menyarankan agar pemakaian pupuk tepat sasaran sesuai kebutuhan tanaman, contoh untuk Urea 25 kg, NPK 100 kg sisanya pakai pupuk organik kompos 2-3 ton per ha seperti di Sukoharjo melalui program smart farming, tutupnya.
Senada dengan Suwandi, Takdir Mulyadi mengatakan penggunaan agens pengendali hayati dalam upaya pengendalian OPT harus bisa disosialisasikan kepada masyarakat secara luas, mengingat masih banyak petani dan masyarakat yang tidak tahu mengenai agens hayati, dan saat ini menjadi momentum yang tepat untuk menyebarkan informasi tersebut melalui Petugas POPT, selain itu petugas diharapkan mampu mendampingi kelompok tani untuk memproduksi APH secara mandiri melalui program P4. Tidak hanya mengembangkan tapi juga bisa mengisolasi APH sendiri sesuai lokasi masing-masing.
Apa yang disampaikan oleh Suwandi dan Takdir turut di dukung oleh Kepala BBPOPT Enie Tauruslina, menurut Enie, Penerapan PHT yang sudah diterapkan beberapa puluh tahun yang silam, harus mulai kembali digaungkan, mengingat apa yang terjadi di lapangan sekarang cukup memprihatinkan, penggunaan aplikasi pestisida kimia begitu masif dan menjadi senjata utama dalam mengendalikan OPT tentu ini bertentangan dengan prinsip penerapan PHT.
Ia menandaskan bahwa pengendalian OPT secara operasional ada dua yaitu preemtif dan responsif.
Upaya preemtif adalah upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi dan pengalaman status OPT waktu sebelumnya. Upaya ini mencakup penentuan pola tanam, penentuan varietas, penentuan waktu tanam, keserentakan tanam, pemupukan, pengairan, jarak tanam, penyiangan, penggunaan agens hayati dan budi daya lainnya untuk menciptakan budi daya tanaman sehat.
Sedangkan upaya responsif adalah upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi status OPT dan faktor yang berpengaruh pada musim yang sedang berlangsung, serta pertimbangan biaya manfaat dari tindakan yang perlu dilakukan. Upaya ini antara lain seperti penggunaan musuh alami, penggunaan pestisida nabati dan pengendalian mekanis adapun penggunaan pestisida kimia adalah alternatif terakhir bilamana cara yang lain tidak membuahkan hasil.
Staf Ahli Menteri Pertanian, Firdaus Hasan yang hadir secara langsung turut memberikan arahan, Ia menyarankan agar penggunaan Agens Hayati di lapangan dapat dikombinasikan dengan pupuk hayati untuk mengurangi ketergantungan kepada pupuk kimia, dalam hal OPT, ia mengatakan bahwa data yang didapatkan dari hasil pengamatan petugas POPT harus mencerminkan fenomena keadaan lapang yang sebenarnya, selain itu, pengalaman petugas POPT di lapangan diharapkan mampu memberikan pendampingan kepada petani dalam menurunkan serangan OPT.
Selaku tuan rumah, Uvan Nurwahidah yang sekaligus kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sulsel, menyambut dengan sangat antusias. Ia berpendapat bahwa kegiatan peningkatan kapasitas petugas POPT ini sangatlah positif, diharapkan dengan kegiatan ini para petugas bisa lebih baik lagi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai POPT, Insya Alloh selepas ini keahlian dan wawasan petugas seputar OPT akan bertambah, ia berharap ilmu yang didapatkan dari pelatihan ini bisa diterapkan di lapangan.
Syuaib mewakili Dinas Pertanian Sulsel, menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Kementerian Pertanian yang selalu hadir dan membantu para petani di Sulsel, dari mulai bantuan fisik, peralatan pertanian, hingga bimbingan teknis seperti sekarang ini, Syuaib yakin melalui acara ini akan tercipta tenaga pertanian yang unggul dan kompeten, sehingga program pemerintah yang sudah dirancang akan berjalan dengan lancar dan sukses seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesiapan petugas di lapangan, sebagai penutup, ia dan jajarannya siap mendukung program Kementerian Pertanian khususnya di Sulsel guna menciptakan Indonesia yang maju dan sejahtera.(ND)