Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

06 April 2022

Kementan Genjot Produksi Padi Provinsi Lampung Lewat Gerakan IP 400

Kementan Genjot Produksi Padi Provinsi Lampung Lewat Gerakan IP 400
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi Mengatakan Stok Beras dan Bahan Pangan Strategis Lainnya Cukup Menjelang Idul Fitri 2022.
06 April 2022

Kementan Genjot Produksi Padi Provinsi Lampung Lewat Gerakan IP 400

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian (Kementan) menggenjot produksi padi Provinsi Lampung melalui Gerakan Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400 atau sistem tanam dan panen 4 kali setahun. Upaya peningkatan produksi padi provinsi yang menduduki peringkat pertama kategori provinsi dengan peningkatan produksi padi tertinggi tahun 2019-2020 ini sangat penting agar Indonesia semakin kuat mewujudkan swasembada beras berkelanjutan dan kesejahteraan petani meningkat.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan gerakan peningkatan IP Padi menjadi 400 ini dengan terobosan teknologi melalui dukungan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) serta mengedepankan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Program prioritas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) adalah peningkatan produksi pangan sehingga gerakan IP 400 menjadi terobosan untuk meningkatkan produksi padi di tengah tantangan perubahan iklim ekstrem.

“Sesuai petunjuk Bapak Mentan SYL, untuk membuat terobosan dengan cara baru meningkatkan produksi, mengejar swasembada pangan. Sejak tahun 2019 sampai hari ini tidak ada impor beras. Artinya stok ketersediaan pangan dalam negeri lebih dari cukup. Hal yang sama adalah dalam rangka mencukupi kebutuhan menjelang Idul Fitri 2022, beras dijamin cukup bahkan dengan pangan strategis lainnya,” ujar Suwandi dalam acara Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 405 bertemakan Strategi dan Implementasi Peningkatan Produksi melalui IP 400 Selasa kemarin (5/4/2022).

Suwandi menjelaskan selain peningkatan produksi, hal yang perlu penguatan terkait perberasan adalah dinamika harga dan aspek distribusi terkait dengan persediaan. Setiap tahun, data BPS menunjukkan adanya surplus, sekitar hampir 1,3 sampai 2 juta ton setiap tahunnya, provinsi Lampung salah satu penyumbang stok beras nasional karena termasuk 10 besar produsen beras nasional.

“Karena itu, jika tidak dilakukan terobosan baru, tantangan semakin berat. Penduduk Lampung setiap hari bertambah sehingga kebutuhan konsumsi naik. Sementara di Lampung terdapat laju konversi lahan. Kemudian untuk melakukan cetak sawah biaya tinggi dan lokasinya tidak mudah, sehingga diperlukan solusi terkait hal-hal tersebut seperti IP 400,” terang Suwandi.

Lebih lanjut Suwandi menuturkan, IP 400 bukan proyek, namun IP 400 itu adalah gerakan. Yakni gerakan yang sustainable karena dari kemauan bersama untuk memajukan produksi meningkatkan pendapatan dan merupakan terobosan yang lebih baik.

“Tantangannya adalah ketersediaan air, benih dan mekanisasinya. Air harus ada walaupun sedikit karena untuk pertumbuhannya saja. Lahan kering yang ada saja bisa dibantu dengan sumur. Kemudian penggunaan pupuk organik juga penting karena pada saat ini pupuk kimia harganya masih mahal,” tambahnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Kusnardi menyatakan terdapat permasalahan dalam peningkatan produksi melalui IP 400. Yakni petani belum terbiasa menggunakan varietas genjah dan sangat genjah, growing system pada petani belum maksimal dan ketersediaan air masih terbatas sepanjang tahun. Kemudian juga pupuk dan alsintan masih terbatas serta dukungan irigasi masih belum optimal.

“Oleh karena itu, strategi yang digunakan adalah rekayasa sosial dan rekayasa teknologi. Rekayasa sosial dilakukan lebih awal mengingat perilaku petani belum terbiasa melaksanakan IP 400. Kemudian rekayasa teknologi difokuskan pada penggunaan varietas unggul VUG dan VUSG, persemaian kering, penggunaan alsintan dan teknologi hemat air,” jelas Kusnardi.

Suradi, Ketua Kelompok Tani Lestari I Kp. Sukabumi, Kecamatan Buay Bahuga Provinsi Lampung menuturkan pengalamannya dalam pelaksanaan IP 400. Awalnya terjadi pro dan kontra antar petani, dimana para petani beranggapan bahwa akan terjadi kerusakan tanah sehingga banyak petani yang meragukan hal tersebut.

“Namun pada akhirnya para petani mau melakukan IP 400. Hingga saat ini 90 persen sudah melaksanakan IP 400. Untuk program IP 400 menggunakan padi genjah, keberhasilan sangat jelas kami rasakan,” tuturnya.

Suradi menegaskan banyak keuntungan yang diperoleh dari program IP 400 ini. Yakni peningkatan produksi cukup tajam dari 6 ton sekarang mencapai 7 sampai 8 ton. Dengan adanya IP 400 ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat.

“Namun juga terdapat kendala yaitu hama tikus. Semua itu tetap diatasi dengan kekompakan dari berbagai pihak sehingga hama tikus tersebut dapat kita kendalikan,” tandasnya.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *