Upaya Tingkatkan Produksi, Kementan Lakukan Demplot Uji Bahan Alami Di Kabupaten Blora
Upaya Tingkatkan Produksi, Kementan Lakukan Demplot Uji Bahan Alami Di Kabupaten Blora
Pilarpertanian - Kabupaten Blora pada tahun 2021 memiliki luas panen sawah 83.652 ha, dengan produksi padi 536 ribu ton. Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia bersubsidi menjadi salah satu persoalan yang dihadapi termasuk di Kabupaten Blora, oleh karena itu, pemerintah terus mendorong upaya-upaya inovasi dalam budidaya pertanian agar ketergantungan terhadap pupuk kimia dapat berkurang.
Salah satu inovasi yang baru ini ditemukan yaitu nutrisi biosaka yang digagas dan diperkenalkan di Kabupaten Blitar. Melihat pengalaman warga Blitar yang sudah mengaplikasikan nutrisi biosaka sejak 3 tahun terakhir yang hasilnya cukup bagus, pemerintah Kabupaten Blora Jawa Tengah tertarik untuk dapat menguji coba penerapan nutrisi biosaka. Untuk mengawali penerapan aplikasi biosaka pemerintah Kabupaten Blora didampingi Kementan mengadakan sosialisasi bimbingan teknis demplot pembuatan sampai dengan pengaplikasian nutrisi biosaka bertempat di Desa Getas, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jumat 27/5/2022.
Bupati Blora, Arief mengapresiasi inovasi ini dan ke depan diharapkan ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pupuk subsidi. “Saya apresiasi dan salut atas inovasi ini dan ini bisa menjadi solusi untuk membuat pupuk sendiri, karena ini memiliki kelebihan cara pembuatannya yang tergolong mudah, biaya nya murah, dan hasilnya juga sudah terbukti di Kabupaten Blitar” ungkap Arief.
Arief juga berharap petani yang hadir dapat menyerap ilmu dan dipelajari dengan serius yang dipraktekkan pada kegiatan bimtek sehingga kalo di desa Getas ini demplotnya sukses kemudian bisa masif diterapkan di desa-desa lain di Kabupaten Blora.
“Kita tentunya tidak ingin demplot ini hanya di Desa Getas, kalo cocok harus diterapkan di desa-desa lain ke depan dengan adanya inovasi-inovasi semacam ini diharapkan pertanian di Kabupaten Blora bisa maju, mandiri dan modern” tambah Arief.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengungkapkan Kabupaten Blora merupakan langkah uji coba atau demplot biosaka pertama kali se Jawa Tengah dengan tujuan petani di Kabupaten Blora bisa menerapkan sehingga biaya produksi pertanian dapat berkurang.
“Ini untuk mensolusi para petani mengeluarkan biaya produksi pertanian yang paling murah bahkan semurah-murahnya karena bahan-bahan untuk pembuatan biosaka ini hanya rerumputan dan air saja bahkan untuk pengaplikasian pada tanaman menggunakan full biosaka saja bisa, itu artinya tidak ada biaya-biaya untuk membeli pupuk-pupuk kimia” jelas Suwandi.
Suwandi mengatakan ini sebagai langkah belajar bersama sebagai upaya mencari solusi-solusi dari persoalan yang ada pada budidaya pertanian. Ada beberapa solusi yang dapat dirasakan ketika menerapkan biosaka ini, yang pertama biaya produksi yang seefisien mungkin, yang kedua produksi minimal sama atau lebih tinggi lagi, yang ketiga hama dapat dikendalikan, yang ke empat tanahnya menjadi subur, yang ke lima lingkungan menjadi lebih baik, yang ke enam penghasilan petani lebih tinggi. Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) kepada jajarannya untuk terus melakukan upaya-upaya yang inovatif dan efektif dalam pengamanan produksi pangan nasional.
“Ada 6 tujuan apakah di sini bisa tercapai atau tidak, kalo tidak tercapai ya nanti kita tidak lanjutkan kalo tercapai ya bagus. Saya minta Pak Kadis jangan lengah minta tolong di catat perkembangannya setiap 15 hari sekali dan nanti dari universitas juga memantau” tegas Suwandi.
Muhamad Ansar penggagas biosaka menjelaskan motivasi awal merekayasa biosaka ini untuk melakukan budidaya pertanian dengan biaya 0 rupiah dan di mulai sejak tahun 2010, di Blitar penerapannya kurang lebih 3 tahun ini. Ansar juga mengatakan sebetulnya sangat mudah di pelajari yang penting ada kemauan dari kita.
“Pengalaman disini dikarenakan beberapa waktu ini sering ke daerah lain, akhirnya petani di sana mau tidak mau harus belajar sendiri dan saya ajarin beberapa petani, dan ternyata dalam waktu 2 minggu terakhir ini sudah ada beberapa petani yang bisa membuat, bahkan ada yang hanya belajar melalui Youtube dan berhasil, artinya apa kuncinya hanya mau belajar atau tidak” tegas Ansar.
Ansar berharap demplot di Kabupaten Blora ini juga bisa berhasil karena memang saat ini petani sangat dibebankan dengan biaya produksi yang cukup mahal. Dan saat penerapan demplot, komunikasi juga harus terjalin bagus, pengamatan harus dilakukan rutin maksimal 15 hari sekali.
“Jika para petani masih kurang yakin dengan praktek 1 hari ini saja, saya siap untuk stay 5 hari ke depan untuk mengawal di sini bahkan nanti ke depan mungkin saya akan sering berkunjung ke Blora untuk melihat perkembangan” tambah Ansar.
Prof. Dr Robert Manurung ahli epogenetik ITB menerangkan menurutnya biosaka bukan merupakan pupuk tetapi elisitor yang berfungsi menyehatkan tanaman, dengan tanaman yang sehat otomatis pertumbuhannya akan bagus. Tetapi ini tetap harus melalui uji dan penelitian.
“Yang mau saya sampaikan bahwa sudah ada buktinya bagus, tetapi harus ada penjelasan kalo tidak ada penjelasan bisa menimbulkan persepsi yang macam-macam. Pengalaman saya minggu yang lalu datang ke Blitar, elisitor (biosaka) dapat terlihat lebih bagus pada tanaman melon karena menggunakan green house dibanding padi karena elisitor akan berfungsi bagus kalo pengaruh-pengaruh lingkungan itu tidak terlalu banyak, sementara pada tanaman padi masih banyak pengaruh-pengaruh lain seperti dari kendaraan bermotor” jelas Robert.
Ditempat yang sama, Prof. Dr Iswandi Anas Chaniago dari IPB mengapresiasi inovasi dan langkah-langkah pengembangan ini, tetapi menurutnya tetap harus hati-hati, harus melalui tahap-tahap penelitian dan pengujian.
“Ini merupakan hal yang bagus tetapi sama seperti halnya yang disampaikan Prof Robert kita harus uji dulu, kita harus hati-hati, sambil di coba dilatih di masyarakat kita sambil lakukan penelitian-penelitian untuk menambah yakin nya masyarakat kita” ungkap Iswandi.
Senada dengan yang lainnya, Dr. Atris Suyantohadi, S.TP, M.T dari UGM melihat ini merupakan hal yang bagus dan memberikan motivasi dalam pengembangan kedelai yang saat ini para petani kurang tertarik untuk menanam kedelai. “Dengan pengaplikasian biosaka, biaya produksi pertanaman kedelai bisa jauh lebih efisien dan diharapkan juga produksinya dapat bertambah sehingga petani tertarik untuk menanam kedelai. Nanti pada saat implementasi pengaplikasian biosaka memberikan dampak positif, maka ini lah yang harus kita cari dan kita kembangkan” ungkap Atris.
Di akhir, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi berpesan setiap tahapan di monitor karena ini merupakan tahap ujicoba jadi perlu kehati-hatian dalam penerapannya. “Di Blora ini kita pantau terus, setiap tahap di monitor bahkan kondisi tanah dan nanti hasil panen di cek secara ilmiah karena menurut saya lain daerah lain kondisi, jadi harus hati-hati penerapannya dan sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Bapak Syahrul Yasin Limpo, kita harus terus berinovasi supaya naik kelas sehingga ke depan pertanian kita bisa maju, mandiri dan modern” ucap Suwandi.
Suwandi menyampaikan terima kasih dan apresiasi ini salah satu inovasi petani Blitar di saat serba sulit, bias menjadi solusi yang lagi dibutuhkan petani. ”Biosaka ini adalah cara atau metode. Bukan pupuk atau pestisida dan bukan produk dagangan, dijual belikan, tapi ini adalah gerakan dan pemberdayaan petani. Gratis karena semua petani bisa membuat sendiri dari bahan yang ada di sekitar, tapi prosesnya agar ikuti SOP/prosedur dan syarat kriterianya“ pungkasnya.(ND)