Inovasi Baru, Petani di Lampung Panen Padi Langsung Giling Tanpa Jemur
Inovasi Baru, Petani di Lampung Panen Padi Langsung Giling Tanpa Jemur
Pilarpertanian - Provinsi Lampung merupakan salah satu lumbung Padi di Indonesia dengan luas panen Padi mencapai sekitar 489,57 ribu ha dengan produksi sebesar 2,49 juta ton gabah kering giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras, maka produksi beras pada 2021 mencapai 1,43 juta ton. Produksi yang cukup tinggi ini tentunya tak luput dari peran teknologi yang tepat guna, terbaru untuk mengatasi permainan harga dari tengkulak petani di Kecamatan Raman Utara, Lampung Timur menggagas inovasi baru yaitu panen Padi langsung giling tanpa di jemur.
Dilakukan pemanenan padi dengan aplikasi panen padi langsung giling tanpa jemur yang ke 3 kalinya pada 17/7/2022 dan dihadiri oleh anggota Komisi IV DPR RI dan Perwakilan dari Ditjen Tanaman Pangan di BUMP PT. Tani Jaya Raman Aji, Desa Raman Aji, Kecamatan Raman Utara, Lampung Timur.
Subari, Direktur BUMP PT. Tani Jaya Raman Aji mengatakan, inovasi ini ia namakan ide GILA yaitu Gagasan Ide Langsung Aksi, berawal dari keluhan petani anggota BUMP yang pada saat musim hujan pasti harga gabah jatuh. Inovasi ini memerlukan beberapa perlakuan khusus yaitu memperpanjang masa panen padi 15 sampe 25 hari untuk menunggu harga stabil, dengan perlakuan penyemprotan menggunakan bahan sejenis pupuk cair yang diracik sendiri mulai usia tanaman 3-10 hari dengan dosis 4 liter untuk 1 ha, pengaplikasiannya seminggu satu kali sampe panen. Pengaplikasian bahan tersebut bertujuan menguatkan bulir gabah supaya tidak rontok dan menguatkan batang tanaman padi agar tidak roboh. Keuntungan lain dari inovasi ini yaitu petani tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk penjemuran gabah dan beras yang dihasilkan lebih bersih tidak tercampur pasir karena tidak di jemur di lantai jemur. Pengalaman pada panen pertama dan kedua kadar air bisa mencapai 13%.
“Tahap awal penerapan inovasi ini di lahan kurang lebih 4 ha. Produksinya 8-10 ton per ha dan pengalaman panen kedua berat gabah 86 kg menghasilkan beras 60 kg dan dedek 10 kg. Saya berharap inovasi ini dapat mengurangi permainan harga dari tengkulak-tengkulak saat musim hujan karena petani dapat memanen padinya pada saat harga yang normal sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat tentunya,” ungkap Subari.
Hasnul, Koordinator Padi Tadah Hujan Lahan Kering Ditjen Tanaman Pangan mengapresiasi inovasi ini, menurutnya ini sangat bagus apalagi kalau bisa langsung dilakukan olah lahan untuk penanaman berikutnya, sehingga waktu yang digunakan untuk menunda panen bisa diatasi dengan mengejar masa tanam.
“Saya rasa jika ini diterapkan tentunya akan memberikan solusi petani untuk mendapatkan harga yang sesuai di setiap panen. Apalagi jika dapat mengejar masa tanam berikutnya sesuai program Kementan yaitu IP 400 tanam dan panen 4 kali dalam setahun, sehingga produksi tetap meningkat dan tentunya kesejahteraan petani juga pasti meningkat karena setiap panen harga jualnya tidak lagi di permainkan,” terang Hasnul.
Sementara itu, Dwita Ria Gunadi, anggota Komisi IV DPR RI juga mengapresiasi terobosan dan inovasi ini namun tentunya perlu adanya riset untuk memastikan bahwa inovasi ini dapat diterapkan lebih luas.
“Tentunya kami dari perwakilan rakyat akan terus mendukung terobosan atau inovasi baru, namun tetap harus mengutamakan riset terlebih dahulu sehingga tidak terjadi masalah di kemudian hari, dan saya merasa bangga hari ini bisa mewakili dari Komisi IV hadir di sini untuk panen bersama seluruh masyarakat, dan tentu saja dukungan-dukungan dari seluruh pihak sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pertanian dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan,” jelas Dwita.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyambut baik setiap terobosan-terobasan baru dan inovasi baru utamanya dalam hal peningkatan produksi dan kesejahteraan petani, diharapkan semua pihak khususnya jajaran pertanian terus berinovasi yang tepat guna.
“Saya selalu mengapresiasi setiap inovasi baru khsususnya gagasan dari petani, karena hal-hal semacam ini perlu terus kita dorong untuk memotivasi sehingga masalah-masalah yang ada dapat teratasi. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, di tengah ancaman krisis pangan global, perlu adanya inovasi bidang pertanian mulai dari hulu hingga hilir yang efektif dan efisien untuk pertanian Indonesia maju, mandiri, modern,” tutup Suwandi.(ND)