Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

11 October 2022

Petani Antusias Panen Jagung Demplot Perlakuan Bahan Alami Biosaka di Sragen

Petani Antusias Panen Jagung Demplot Perlakuan Bahan Alami Biosaka di Sragen
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi (kemeja biru) Saat Mengikuti Kegiatan Panen Jagung Demplot Perlakuan Bahan Alami Biosaka di Lahan Poktan Umbu Jaya, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
11 October 2022

Petani Antusias Panen Jagung Demplot Perlakuan Bahan Alami Biosaka di Sragen

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian melakukan panen Jagung Demplot perlakukan bahan alami Biosaka di lahan Poktan Umbu Jaya, Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen. Kabupaten Sragen merupakan salah satu lumbung pangan di Jawa Tengah dan Nasional, dengan komoditas pangan utama salah satunya Jagung.

Menurut data luas panen jagung di Kabupaten Sragen 22.187 Ha, dengan produksi 155.444 ton dan produktivitasnya sebesar 7,1 ton/ha. Komoditas Jagung menjadi primadona petani di Sragen pasal nya, menurut mereka dibanding komoditas lain Jagung paling menguntungkan, dengan biaya produksi 15 juta/ha, harga jual rata-rata 4.100/kg petani bisa memiliki keuntungan 13,7 juta/ha.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen, Sakri, mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang pada bulan Juli 2022 lalu telah memfasilitasi uji coba atau demplot jagung bahan alami Biosaka, karena menurutnya, salah satu permasalahan petani di Sragen yaitu soal harga pupuk yang mahal dan kadang sulit di dapat, ia berharap Biosaka ini dapat menjawab kesulitan petani terkait pupuk.

“Kami laporkan bahwa di Sragen, pupuk adalah masalah yang mendasar, karena petani masih menggantungkan pada penggunaan pupuk kimia yang harganya mahal dan kadang sulit di dapat, Biosaka ini diharapkan menjadi solusi yang memberikan pemecahan masalah agar petani mendapat alternatif lain penggunaan pupuk untuk peningkatan produksi,” ungkap Sakri.

Sebagai informasi, demplot jagung perlakuan bahan alami Biosaka di lahan Poktan Umbujaya, seluas 4.000m2 dengan 4 perlakuan yaitu P0 = Kontrol, (tanpa Biosaka dan NPK), P1 = Hanya Biosaka, P2 = Biosaka + 50% NPK, P3 = Biosaka + 100% NPK. Dari ke empat perlakuan yang memiliki nilai tinggi yaitu perlakuan Biosaka+50% NPK dengan hasil ubinan 10,75 ton/ha.

Ditempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan salah satu dampak dari perlakuan biosaka dapat meningkatkan produksi, manfaat-manfaat yang lain yaitu tanahnya semakin subur, tanah lebih lembab dan lebih bagus kalau kering tidak mudah retak, penyakit berkurang kemudian yang berikutnya penggunaan input terutama penggunaan pupuk NPK-nya dikurangi 50%.

“Progres yang dapat disampaikan sampai hari ini, di lokasi-lokasi demplot yang lain misalnya Grobogan, jagungnya juga luar biasa batangnya lebih besar, daunnya lebih besar, hasil panennya juga kayak gini bagus. Dan ini kita teruskan dan di replikasi di tempat-tempat lain, silakan petani yang enggak bisa hadir bisa melalui YouTube, otodidak belajar terus, kalau sekali belum berhasil, dua kali dan diulang-ulang terus sehingga berhasil, dan bagi yang sudah belajar ini ada target tolong targetnya setiap yang sudah bisa membuat Biosaka mengajarkan ke yang lain sehingga ini dapat diperluas pengaplikasiannya, jadi intinya jika bisa membuat sendiri, kenapa mesti beli,” jelas Suwandi panjang lebar.

“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kita harus lebih baik dari hari kemarin, terus kembangkan inovasi-inovasi yang efektif dan efisien, di tengah mahalnya pupuk kimia maka inovasi seperti ini sangat bagus untuk dikembangkan dan saya sepakat tadi dengan Prof Iswandi bahwa pupuk organik harus menjadi pupuk utama, pupuk kimia sebagai pupuk pendukung,” tambahnya.

Di akhir beberapa petani dan penyuluh menceritakan pengalamannya berhasil dan merasakan manfaatnya setelah mengaplikasikan Biosaka. Triyono, penyuluh POPT asal Grobogan menyampaikan, “untuk tanaman jagung ini memang sangat signifikan dari bentuk fisiknya memang kelihatan lebih sehat, selain di jagung ada di tanaman bawang merah, ada juga di tanaman kangkung. Awal penggunaannya itu 20% dari penggunaan pupuk, ada yang 50% ada yang 70%, artinya dari situ kita sudah menghemat penggunaan pupuk, dari situ aja kita sudah mendapatkan keuntungan,” tuturnya.

Senada dengan Triyono, Sugimin petani Hortikultura dari Gapoktan Jati Tengah mengungkapkan, “Biosaka ini sudah saya coba di tanaman bawang merah dan pare sama terong hasilnya Alhamdulillah cukup baik, dan sekarang ini saya sudah memakai lagi untuk tanam bawang merah sekarang sudah umur 24 hari dan hasilnya ya bagus, kemudian tetangga banyak yang menanyakan obat-obatannya pake apa, akhirnya saya jawab obatnya rumput di remek-remek di campur air. Lalu saya membuat biosaka dan sudah saya bagi-bagi ke anggota poktan Jati Tengah, tetangga- tetangga termasuk Pak Lurah juga saya kasih dan hasilnya bagus juga pak,” kata Sugimin.

Begitu juga dengan Suwarno, petani jagung Karanganom Poktan Mekar menyampaikan hal yang sama. “Tanaman saya banyak yang terkena virus kuning dan banyak yang layu, sudah di obati tapi tidak ada perubahan, lalu separuhnya itu saya pakai Biosaka di tambah pupuk kimia setelah pakai itu Alhamdulillah yang layu itu bisa sehat kembali terus saya coba ke pare, kacang panjang, sawi dan kangkung hasilnya Alhamdulillah baik, rencana saya akan coba ke cabe keriting mudah-mudahan bagus juga,” papar Suwarno.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *