Panen Raya Padi Dan Sosialisasi Biosaka Di Cirebon
Panen Raya Padi Dan Sosialisasi Biosaka Di Cirebon
Pilarpertanian - Sesditjen Tanaman Pangan, Bambang Pamuji menghadiri panen raya padi sekaligus meninjau sosialisasi padi di Gapoktan Al Barokah, Desa Guwa Lor, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Acara tersebut dihadiri Sekretaris Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Kadis Pertanian Kabupaten Cirebon, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Kelautan Kab. Cirebon, Perwakilan Camat Kaliwedi, Danramil Kaliwedi, Kapolsek Kaliwedi, Koordinator BPP Kaliwedi, Kepala Desa Guwa Lor, perangkat Kecamatan Kaliwedi, babinsa, babinkamtibmas, penyuluh dan kelompok tani. Lahan persawahan di Desa Guwa Lor seluas 469 Ha, dan yang dilakukan panen hari ini seluas 30 Ha. Berdasarkan hasil ubinan yang dilakukan oleh mantri statistik dan penyuluh adalah sebesar 6,75 kg atau sebesar 10,8 ton/ha. Varietas padi yang biasa ditanam di Desa Guwa Lor adalah Inpari dan Ciherang.
Dalam sambutannya, Sesditjen Tanaman Pangan menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern sesuai semboyan Menteri Pertanian, pemerintah mendukung penerapan hasil-hasil inovasi sederhana terutama yang dikembangkan oleh petani, salah satunya adalah Biosaka.
“Biosaka merupakan larutan ekstrak tumbuhan yang berperan sebagai elisitor yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan Biosaka dalam usahatani adalah sebagai salah satu upaya perlindungan tanaman berbasis ekologi untuk menjaga kelestarian lingkungan” Jelas Bambang Pamuji.
“Bahan alami Biosaka ini merupakan ekstrak hasil remasan berbagai macam tanaman sehat yang tumbuh di sekitar areal pertanaman yang sudah pasti mampu beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya,” tambahnya.
Acara dilanjutkan dengan agenda sosialisasi Biosaka yang dipimpin oleh Suharyanto, Koordinator Informasi dan Jaringan Laboratorium Balai Besar PPMBTPH dan Rachmat, Koordinator Padi Irigasi dan Rawa Direktorat Serealia terkait mengenalkan bahan alami Biosaka. Bahan alami Biosaka ini merupakan ekstrak hasil remasan berbagai macam tanaman sehat yang tumbuh di sekitar areal pertanaman yang sudah pasti mampu beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.
Lebih lanjut Suharyanto dan Rachmat, menjelaskan bahwa pemanfaatan bahan alami Biosaka terdapat tiga tahap penting yang harus diperhatikan, pertama pemilihan bahan yang tepat yaitu memanfaatkan berbagai macam dedaunan atau rerumputan yang kondisinya sehat, artinya tidak terlihat adanya lubang-lubang atau bercak-bercak yang menunjukkan bekas gigitan serangga atau serangan HPT, kedua proses pembuatan yaitu dengan meremas (tidak menghancurkan) dedaunan atau rerumputan di dalam air sampai tercampur secara homogen (tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama), dan yang ketiga adalah aplikasi di lapangan dengan penyemprotan pada waktu dan cara yang tepat, seperti penyemprotan dengan pengabutan dan tidak disemprotkan secara langsung ke tanaman, tegasnya.
Bahan alami Biosaka ini meskipun baru pertama kali dikenalkan pada petani di Kecamatan Kaliwedi, sudah menimbulkan ketertarikan dan rasa penasaran bagi peserta sosialisasi. Peserta sangat antusias dalam mengikuti praktek bahan alami Biosaka, enam orang peserta mempraktekkan peremasan Biosaka bersama narasumber secara langsung. Ternyata tidak sulit membuat Biosaka tetapi perlu kesabaran pada saat meremas, ungkap Ketua Gapotan Al Barokah yang merupakan salah satu peserta praktek.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menyampaikan strategi Kementan menjaga produksi padi dari kondisi El Nino menurutnya Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino menjadi langkah yang amat strategis menghadapi El Nino.
“Maka dari itu Kementan sudah sejak jauh hari melakukan mapping daerah, dengan kategori merah, kuning, dan hijau. Merah mengindikaskan sulit air, kuning perlu pompa atau sumur dan lain sebagainya sehingga perlu dipacu,” ujar Suwandi.
Suwandi menambahkan, bahwa pemetaan kondisi daerah menjadi salah satu acuan dalam melaksanakan program Gernas Penanganan Dampak El Nino. Teknisnya dengan menanam pada 500 ribu hektare lahan di sepuluh provinsi. “Dilakukan paling tidak nanti dipanen di bulan November sampai awal Januari. 500.000 hektare ini sudah dipilih di daerah yang siap tanam. Jadi ada air sesuai mapping kami, dan diharapkan target panen 3,0 juta gabah, jadi beras satu setengah juta ton,” ungkapnya.(BB)