Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

31 July 2024

Swasembada Bawang Putih Indonesia Di Depan Mata: Panen Raya Awalnya

Swasembada Bawang Putih Indonesia Di Depan Mata: Panen Raya Awalnya
Direktur Perbenihan Hortikultura Inti Pertiwi Nashwari Saat Menghadiri Panen Raya Benih Bawang Putih di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Nusa Tenggara Barat.
31 July 2024

Swasembada Bawang Putih Indonesia Di Depan Mata: Panen Raya Awalnya

Pilarpertanian - Direktorat Jenderal Hortikultura kembali mengadakan panen raya benih bawang putih bertempat di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun. Panen yang dilakukan Kelompok Tani Pusuk Pujata pada 25 Juli 2024 lalu ini disaksikan oleh Direktur Perbenihan Hortikultura bersama dengan perwakilan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi NTB, beserta jajaran forkopimda, polsek, camat, kepala desa, serta petani yang terlibat dalam kegiatan swakelola.

”Inisiasi kegiatan swakelola didasari ketika Kementerian Pertanian memiliki program pengembangan kawasan bawang putih namun benihnya tidak tersedia. Melalui terobosan kegiatan swakelola yang bekerja sama dengan kelompok tani, diharapkan dapat menyediakan benih bermutu yang dibutuhkan oleh pemerintah dalam waktu dan jumlah yang ditentukan. Selain itu diharapkan dapat mendorong dan memberi semangat kepada para petani untuk terus berproduksi,” ujar Direktur Perbenihan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashwari.

Inti menyebutkan, panen raya ini merupakan salah satu langkah konkret menuju swasembada. Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki program swasembada bawang putih nasional. Upaya yang dilakukan di antaranya dengan menjamin penyediaan benih bermutu melalui kegiatan swakelola penyediaan benih. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program tahun lalu.

“Luas lahan varietas Lumbu Putih yang dipanen berasal dari kontrak swakelola tahap kedua seluas 27 hektare. Sekitar 24 hektare lahan sudah dipanen bertahap. Rata-rata produktivitas basah sebesar 14.624 kg/ha. Seluruh hasil panen akan dimanfaatkan untuk benih dan akan diserahterimakan pada akhir tahun 2024 kemudian digunakan untuk bantuan benih pada pengembangan kawasan tahun 2025,” papar Inti.

Kesempatan tersebut turut diramaikan dengan kegiatan Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Produsen Benih Bawang Putih. Para petani diberikan pengetahuan terkait teknologi produksi benih bermutu dan penanganan pasca panen calon benih bawang putih termasuk proses dormansi sehingga dapat menghasilkan benih dengan kualitas yang optimal.

Narasumber dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, Kusuma Darma menyampaikan, potensi pengembangan bawang putih di Sembalun mencapai produksi basah sebesar 14 ton/ha. Ini merupakan prestasi yang sangat bagus dan masih bisa ditingkatkan lagi.

“Salah satu keuntungan budidaya benih bawang putih di Sembalun yaitu karena lama penyinaran sinar matahari lebih lama dibandingkan daerah lain sehingga hasilnya lebih maksimal,” kata Kusuma.

Beberapa teknologi yang dikembangkan oleh PKHT untuk pemecahan dormansi benih bawang putih, lanjut Kusuma, yaitu dengan teknologi vernalisasi dengan aplikasi suhu dingin 5-8°C selama 2-4 minggu dapat mempercepat munculnya tunas.

“Selain itu juga ada teknologi Finebubble dengan cara memasukkan gelembung nitrogen ke dalam air dan digunakan untuk merendam benih bawang putih sehingga dapat mempercepat munculnya tunas bawang putih,” tambahnya.

Narasumber Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pascapanen Pertanian, Kirana Sanggrami Sasmitaloka menyampaikan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan mutu benih yaitu tanaman dipanen sesuai dengan umur panennya. Hal ini bisa dilihat dari ciri-ciri fisik tanaman tersebut karena masing-masing varietas memiliki umur panen yang berbeda.

“Teknologi yang dikembangkan BSIP Pasca Panen yaitu penanganan pasca panen menggunakan instore dryer untuk mengeringkan dan menyimpan benih. Kegiatan pasca panen harus dilakukan dengan benar agar benih yang dihasilkan berkualitas. Sementara, berbagai hal yang dapat menimbulkan kerusakan benih, penyusutan bobot, terjadinya serangan OPT dan tercampurnya benih selama penyimpanan di gudang perlu dilakukan upaya pengendalian,” pungkas Kirana.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *