Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

18 October 2024

Sosialisasi Budidaya Berwawasan Lingkungan, Strategi Kementan Jaga Keberlanjutan Swasembada Bawang Merah

Sosialisasi Budidaya Berwawasan Lingkungan, Strategi Kementan Jaga Keberlanjutan Swasembada Bawang Merah
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan Pertanian Prihasto Setyanto Saat Melakukan Kunjungan Kerja ke Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
18 October 2024

Sosialisasi Budidaya Berwawasan Lingkungan, Strategi Kementan Jaga Keberlanjutan Swasembada Bawang Merah

Pilarpertanian - Staf Ahli Menteri Pertanian RI Bidang Lingkungan Pertanian, Prihasto Setyanto melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Samosir dalam rangka meninjau kawasan pertanian bawang merah di Kawasan Danau Toba, Kamis (17/10). 

Dalam kesempatan tersebut, Prihasto mengungkapkan potensi besar pengembangan bawang merah di Samosir, mengingat Sumatera Utara masih mengalami defisit kebutuhan bawang merah sebesar 25 ribu – 30 ribu ton per tahun.

“Samosir menempati ranking 4 produksi bawang merah Sumatera Utara setelah Karo, Simalungun dan Humbahas dengan luas panen sekitar 400 hektar. Secara nasional kita sudah swasembada bawang merah, namun untuk Sumatera Utara masih terhitung defisit, meski angka defisitnya sudah semakin mengecil hingga 50 persen berkat program-program pemerintah salah satunya Food Estate,” kata Prihasto.

Meski demikian, dia menekankan pentingnya budidaya yang selaras dengan kelestarian lingkungan. Samosir, yang terletak di jantung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba.

“Ini peluang pasar yang bagus untuk bawang merah asal Samosir. Kami ingatkan agar dalam budidaya bawang merah di daerah ini harus selaras dengan aspek lingkungan,” ujar Prihasto.

Sisi lain, Prihasto menyarankan agar para petani bawang merah bisa menyisihkan 10 hingga 15 persen hasil panennya untuk calon benih, sehingga pertanaman dapat berkesinambungan.

“Harus ada perputaran varietas, supaya siklus hama endemik terhadap satu varietas bisa terputus”, tandas Prihasto.

Di samping itu, dia menekankan agar para petani tidak menggunakan pestisida secara berlebihan, apalagi melakukan oplosan pestisida dan obat-obatan pertanian, karena tindakan tersebut dapat membahayakan konsumen dan kelestarian lingkungan.

Berdasarkan hasil ubinan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian setempat, diperoleh rata-rata hasil panen bawang merah mencapai 28,2 ton/hektar cabut basah. Varietas Tajuk menjadi primadona petani selain varietas lain seperti Batu Ijo dan varietas lokal.

Selain dipanen umbi, para petani Samosir juga mendapatkan tambahan hasil dari panen sayur bunga bawang, yang laku dijual Rp 10.000 per kilogram. Dalam setiap hektarnya, tak kurang dari Rp 10 juta tambahan pendapatan petani dari hasil menjual bunga bawang tersebut.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Samosir Tumiur Gultom, menuturkan saat ini Samosir menjadi kabupaten paling maju dan terdepan di wilayah Sumatera Utara yang telah menerapkan produksi swadaya pupuk organik untuk budidaya pertanian termasuk bawang merah.

“Pemkab Samosir saat ini gencar memfasilitasi petani untuk membuat pupuk kompos dan pupuk organik. Kami bantu proses sertifikasi pupuk organik buatan petani ke Kementerian Pertanian. Kami juga mewajibkan setiap desa untuk membantu petani dengan pembelian alat pencacah kompos melalui anggaran dana desa,” ujar Tumiur.

“Kami menyadari Samosir sebagai sentra bawang merah, berada inti Danau Toba. Aspek budidaya ramah lingkungan menjadi perhatian kami. Melalui program Pangula Nature, Pemkab Samosir mendorong para petani kembali selaras dengan alam dengan menggunakan pupuk dan pestisida organik,” tandasnya.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *