Karya Nyata Sinergitas Pertanian dengan TNI
Karya Nyata Sinergitas Pertanian dengan TNI
Pilarpertanian - Kebersamaan tersebut, terus terjaga dalam membangun dan mengisi kemerdekaan. Program teritorial TNI telah sukses meningkatkan kedekatan TNI dengan rakyat. Rakyat membutuhkan rasa aman dan nyaman, hal ini dipenuhi dari perlindungan yang diberikan TNI. Berbagai survei menunjukkan tingkat kepuasan rakyat terhadap keberadaan TNI sangat tinggi.
Memahami Indonesia sebagai negara agraris, dimana mayoritas penduduknya tinggal di perdesaan dengan mata pencaharian sebagai petani, maka TNI sejak lama membuat program ABRI Masuk Desa (AMD) dan selanjutnya disempurnakan menjadi Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD).
Berbagai kegiatan TMMD yang tersebar di desa-desa pelosok negeri antara lain: membangun dan rehabilitasi infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, saluran irigasi, gorong-gorong, sarana sanitasi, air bersih, bantuan sarana pertanian, kesehatan, pendidikan, bimbingan kemasyarakatan dan lainnya. Program TMMD ini dilakukan bersama TNI bersama rakyat dan hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat setempat.
Menyimak keberhasilan program TNI manunggal rakyat, memperhatikan ketersediaan sumberdaya TNI meliputi sekitar 52 ribu Babinsa (Bintara Pembina Desa) yang tersebar di perdesaan dan sarana peralatan TNI, maka awal tahun 2015 dilakukan kerjasama antara Kementerian
Pertanian dan TNI.
Nota Kesepahaman nomer 10/Mou/RC.120/M/12/2016, nomer Kerma/18/XII/2016 telah ditandatangani Menteri Pertanian dan Panglima TNI, sepakat bekerjasama untuk percepatan pelaksanaan program pembangunan Pertanian Tahun 2016 dan 2017. Mensinergiskan potensi tugas, kewenangan dan kegiatan yang ada pada masing-masing institusi. Nota Kesepahaman ditindaklanjuti dengan kerjasama pimpinan unit kerja teknis.
Program bersama TNI antara lain: Pertama, pengawalan dan pendampingan TNI dalam proses produksi petani, sehingga distribusi benih, pupuk, alat mesin pertanian (alsintan), tanam padi, serap gabah petani dan pengawalan distribusi hasil pertanian.
Hasilnya sudah terlihat dan dirasakan oleh petani. Hampir tidak ada lagi keluhan kelangkaan pupuk dan benih, alsintan didistribusikan 80 ribu unit pertahun, 40 pelaku pengoplos pupuk dan penyimpangan pupuk telah diproses hukum.
Hal penting untuk dicatat bahwa pendampingan TNI telah mengajarkan kepada petani untuk memiliki semangat juang menjadi pahlawan pangan, bekerja disiplin, tepat waktu tanam, memupuk, memelihara tanaman dan lainnya. Kedua, gerakan Brigade Tanam Padi serentak dengan mekanisasi alat traktor, pompa air dan lainnya, sehingga luas tanam padi tahun 2016 meningkat 1,0 juta hektar lebih tinggi dibandingkan tahun 2015.
Penggunaan traktor mengolah tanah telah menghemat biaya produksi petani sekitar Rp 800 ribu perhektar serta menghemat tenaga kerja dan hemat waktu olah dari semula 20 hari orang kerja perhektar menjadi satu orang mampu menyelesaikan 3 jam perhektar. Pompanisasi secara besar-besaran telah berhasil menyelamatkan pertanaman dan berhasil melewati tantangan kekeringan ekstrim-El-Nino tahun 2015.
Demikian juga penggunaan alat tanam rice transplanter dan alat panen combine harvester mampu menekan biaya produksi dan menurunkan lossis hasil dari 10 persen menjadi 2 persen. Ketiga, program cetak sawah dikerjasamakan dengan TNI, mengingat ZENI TNI memiliki alat-alat berat untuk mencetak sawah dan SDM yang memadai, sehingga telah direalisasikan cetak sawah 2016 sebanyak 134 ribu hektar. Keempat, program serap gabah petani (Sergap). Program ini dimaksudkan untuk melindungi petani dari kejatuhan harga pada saat panen raya, stabilisasi harga di petani dan konsumen serta memenuhi cadangan beras Bulog.
Hasilnya adalah serapan gabah Bulog naik 1,0 juta ton setara beras dibandingkan tahun sebelumnya, rantai tata niaga menjadi lebih pendek, stabilisasi harga pangan, menangkap pengoplos dan penimbun beras, dan stock beras Bulog mencukupi hingga Mei 2017.
Hasil secara keseluruhan dari program pemerintah ini adalah produksi padi tahun 2016 naik menjadi 79 juta ton atau naik 4,96 persen, produksi jagung 23,2 juta ton atau naik 18,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan mengantarkan Indonesia 2016 tidak impor beras medium serta impor jagung turun 66 persen. Kerjasama program ini telah berhasil mencapai target yang ditetapkan. Hal ini sesuai dengan motto TNI bekerja harus berhasil dan tidak ada kata gagal.
Diharapkan program kerjasama ini terus ditingkatkan, sehingga sukses dan manfaatnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat. Harapan tersebut tidak berlebihan guna mencapai target tahun 2017 Indonesia sudah surplus dan akan mampu ekspor beras serta tidak ada impor jagung. (RS)