Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Petani Untung, Produksi Naik, Pupuk Murah
Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Petani Untung, Produksi Naik, Pupuk Murah
Pilarpertanian - Satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran menandai babak baru bagi sektor pertanian nasional. Pemerintah menegaskan komitmennya memperkuat kemandirian pangan nasional melalui reformasi besar-besaran di bidang produksi, tata kelola pupuk bersubsidi, serta peningkatan kesejahteraan petani. Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Kementan, Ali Jamil, dalam webinar bertema “Kebijakan Pertanian Satu Tahun Pemerintahan Presiden Prabowo” yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani secara daring, Rabu (29/10).
Menurut Ali Jamil, satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran menjadi periode transformasi besar di sektor pertanian.
“Kita sudah berada di jalur yang benar menuju swasembada pangan. Produksi beras tahun ini mencapai 34 juta ton dengan stok cadangan 4,2 juta ton tertinggi dalam 57 tahun terakhir dan Indonesia tidak lagi impor beras medium,” ungkapnya.
Ali Jamil menegaskan, reformasi tata kelola pupuk menjadi salah satu pilar penting. Melalui Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2025, Kementan berhasil memangkas 145 aturan menjadi satu sistem terpadu yang menghubungkan produsen hingga petani.
“Dulu tata kelola pupuk terlalu birokratis, sekarang lebih sederhana, transparan, dan efisien. Harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi turun hingga 20 persen, dan distribusinya langsung ke titik serah di tingkat petani,” jelasnya.
Ia menambahkan, capaian lain yang tak kalah penting adalah peningkatan kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani (NTP) kini mencapai 124,36, tertinggi sepanjang sejarah, dan tingkat mekanisasi pertanian naik tajam menjadi 2,1 HP per hektare, sejajar dengan Thailand.
“Transformasi pertanian tak hanya soal angka produksi, tapi juga soal martabat dan kemakmuran petani,” tegas Ali Jamil.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pupuk, Ditjen PSP, Kementan, Jekvy Hendra, menuturkan bahwa kebijakan HET pupuk bersubsidi memberikan dampak langsung bagi petani di seluruh daerah.
“Sejak penurunan harga pupuk diumumkan pada 22 Oktober, penebusan pupuk melonjak hingga 72 sampai 78 ribu petani per hari. Ini menandakan kepercayaan petani kembali tumbuh,” ujarnya.
Sementara dari sisi industri, Asep Saepul Muslim, SVP Strategi Penjualan dan Pelayanan Pelanggan, PT. Pupuk Indonesia menjelaskan bahwa sistem IPUBERS hasil kolaborasi dengan Kementan berhasil meningkatkan efisiensi distribusi pupuk hingga ke tingkat tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
“Dengan lebih dari 129 rute distribusi dan 509 gudang di seluruh Indonesia. Selain itu kami juga memiliki jaringan penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu 1.030 pelaku usaha distribusi dan 26.549 penerima pada klik serah atau yang dulu dikenal sebagai kios. Sehingga kami pastikan pupuk sampai tepat waktu dan tepat sasaran,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa stok pupuk bersubsidi saat ini aman dengan cadangan lebih dari satu juta ton.
“Saat ini ketersediaan stok pupuk sampai dengan 26 Oktober 2025 itu sebesar 1,1 juta ton, di mana terdiri dari 1,07 juta ton untuk pupuk subsidi atau 43 hari ke depan. Itu bisa memenuhi kebutuhan pupuk subsidi 43 hari ke depan, dan 434 ribu ton untuk pupuk non-subsidi, “ ungkapnya.
Dari kalangan petani, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Sidi Asmono, menyebut kebijakan pertanian satu tahun terakhir sebagai perubahan yang paling nyata dirasakan di lapangan.
“Harga pupuk turun, harga gabah naik, Bulog menyerap dengan cepat. Petani kini kembali tersenyum. Ini bukan hanya kebijakan, tapi sejarah,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Umum Perpadi, Sutarto Ali Moeso, menilai sektor perberasan kini berada dalam kondisi yang lebih sehat dan stabil.
“Produksi gabah nasional meningkat, stok beras pemerintah tinggi, dan Indonesia tidak lagi impor beras medium. Ke depan yang penting adalah menjaga keberlanjutan, harga gabah yang menguntungkan, dan revitalisasi kelembagaan penggilingan padi,” jelasnya.
Dari sisi akademik, Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, IPB, Sahara, menyampaikan bahwa pertumbuhan PDB pertanian tahun ini mencapai 3,44 persen, melebihi target RPJMN sebesar 2,2 persen.
“Sektor pertanian menjadi penopang utama ekonomi nasional. Tantangannya adalah memastikan pertumbuhan ini berkelanjutan melalui penerapan teknologi, efisiensi rantai pasok, dan regenerasi petani muda,” katanya.
Webinar yang diikuti lebih dari 430 peserta dari berbagai kalangan mulai dari petani, penyuluh, pelaku usaha, hingga akademisi menjadi ruang diskusi reflektif atas capaian satu tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo-Gibran di bidang pertanian.
“Pertanian adalah wajah bangsa. Semua capaian ini adalah hasil kerja bersama seluruh pihak pemerintah, petani, akademisi, dan pelaku usaha. Kementan akan terus memperkuat kolaborasi lintas sektor agar kemandirian pangan yang kita cita-citakan benar-benar terwujud,” ungkap Ali Jamil.(ND)

