Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

06 November 2025

Kementan Perkuat Hilirisasi dan Produktivitas Tebu Menuju Swasembada Gula Nasional

Kementan Perkuat Hilirisasi dan Produktivitas Tebu Menuju Swasembada Gula Nasional
Kegiatan Tanam Perdana Bongkar Ratoon Tebu Tahun 2025 yang Diadakan di Sragen, Jawa Tengah.
06 November 2025

Kementan Perkuat Hilirisasi dan Produktivitas Tebu Menuju Swasembada Gula Nasional

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan terus memperkuat hilirisasi dan produktivitas tebu nasional guna mempercepat terwujudnya swasembada gula. Langkah tersebut diwujudkan melalui kegiatan Tanam Perdana Bongkar Ratoon Tebu di Desa Mlale, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Selasa (4/11/2025).

Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Perkebunan Abdul Roni Angkat mengatakan, kegiatan bongkar ratoon menjadi strategi utama dalam meningkatkan produktivitas tebu nasional. Tahun 2025, Ditjen Perkebunan mengalokasikan pengembangan kawasan tebu seluas 100.453 hektare, yang mencakup bongkar ratoon dan perluasan lahan baru.

“Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani tebu,” ujar Roni.

Ia menambahkan, program pengembangan ini akan berlanjut pada tahun 2026 dengan total luas mencapai 99.547 hektare.

Di Provinsi Jawa Tengah, alokasi pengembangan tebu mencapai 12.076 hektare, meliputi 11.336 hektare bongkar ratoon dan 740 hektare perluasan di 19 kabupaten. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Sragen mendapat jatah 2.547 hektare bongkar ratoon dan 41 hektare perluasan.

Roni menekankan pentingnya percepatan pendataan Calon Petani Calon Lahan (CPCL) serta konsolidasi di lapangan. Ia menegaskan, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, BUMN, dan petani menjadi kunci keberhasilan program ini.

“Melalui kegiatan bongkar ratoon, kita berharap produktivitas tebu meningkat, kemitraan antara petani dan pabrik gula makin kuat, serta berdampak nyata pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata Roni.

Kegiatan tanam perdana dilakukan di lahan seluas 1,5 hektare dengan varietas Bulu Lawang (BL) yang memiliki potensi hasil hingga 94,3 ton per hektare dan rendemen gula 7,51 persen. Menurut Roni, program ini juga mendorong perluasan lapangan kerja, memperkuat ekonomi perdesaan, dan meningkatkan daya saing komoditas perkebunan nasional.

Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) Mahmudi mengapresiasi langkah Kementan dalam memperkuat ekosistem industri gula nasional. Ia menyebut dukungan kebijakan pemerintah telah membuka akses yang lebih luas bagi petani.

“Berkat kerja keras Bapak Presiden dan Bapak Menteri Pertanian serta terbitnya Permenko Nomor 12 Tahun 2025, kini petani tebu bisa mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga Rp500 juta per tahun secara berkelanjutan. Ini menjadi sejarah baru bagi ekosistem tebu nasional,” ujar Mahmudi.

Sementara itu, Wakil Bupati Sragen H. Suroto menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan tebu.

“Tebu merupakan salah satu potensi utama sektor perkebunan di Sragen. Kami siap bersinergi dengan seluruh pihak agar program ini sukses dan sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo,” kata Suroto.

Kegiatan Tanam Perdana Bongkar Ratoon Tebu di Sragen diharapkan menjadi momentum penting untuk mempercepat swasembada gula nasional, memperkuat hilirisasi perkebunan, dan meningkatkan pendapatan petani melalui kemitraan berkelanjutan antara pemerintah, BUMN, dan masyarakat.

Acara ini turut dihadiri perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Sragen, Direksi PT SGN, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), serta unsur Forkopimda Sragen.

Indonesia saat ini memiliki 796.621 petani tebu yang mengelola 520.823 hektare lahan panen. Sebanyak 83,5 persen tebu di Jawa berasal dari petani rakyat, namun mayoritas adalah tanaman ratun tua yang menyebabkan penurunan rendemen. Kajian menunjukkan bongkar ratun dapat meningkatkan produksi hingga 15,5 ton/ha dan rendemen dari 7,29 persen menjadi 7,65 persen. Namun, implementasinya masih terbatas pada 8,27 persen lahan, jauh dari standar ideal 20 persen.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa pemerintah melakukan sejumlah terobosan konkret demi mendorong peningkatan produksi gula nasional. Mulai dari alokasi dana Rp1,5 triliun untuk menjaga harga gula petani, kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tak lagi akumulatif, skema apalis yang menjamin petani dapat mengakses kredit tanpa agunan, hingga program bongkar ratun nasional tiga tahun berturut-turut untuk meningkatkan produktivitas.

“Dulu kita penyuplai gula nomor dua dunia. Kini saatnya bangkit lagi,” pungkas Mentan Amran.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *