Aneka Produk Olahan Daging Kelinci yang Sehat dan Halal
Aneka Produk Olahan Daging Kelinci yang Sehat dan Halal
Pilarpertanian - Olahan daging kelinci belum populer di tengah masyarakat. Hal ini disebabkan faktor kebiasaan makan (food habit) dan efek psikologis yang menganggap kelinci sebagai hewan hias atau kesayangan sehingga tidak layak dikonsumsi. Padahal, daging kelinci sangat sehat dan dapat dijadikan berbagai macam produk olahan.
“Kelinci merupakan ternak yang berpotensi besar dalam penyedia daging karena kelinci memiliki siklus reproduksi yang pendek sehingga dapat menghasilkan daging dalam jumlah banyak dalam waktu singkat,” kata Muflihani Yanis peneliti pascapanen dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta saat menjadi pembicara dalam Webinar bertema Kelinci sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Unggulan di Perkotaan pada Senin (24/8/2020).
Bagi umat muslim yang ragu mengonsumsi kelinci, Yanis mengungkapkan bahwa dalam sidang Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta pada 12 Maret 1983, Komisi Fatwa MUI menetapkan bahwa hukum memakan daging kelinci adalah halal.
Lebih lanjut Yanis menerangkan bahwa kelinci memiliki beberapa keunggulan, antara lain mudah dibudidayakan. Kelinci juga bisa dijadikan protein hewani yang bisa dibudidayakan di pekarangan. Hal ini sangat sesuai untuk lingkungan perkotaan khususnya di Jakarta terutama terkait pelarangan pemeliharaan unggas di pekarangan.
Selanjutnya, kelinci memiliki siklus reproduksi pendek. Feses dan urinnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Kelinci juga menghasilkan daging dan kulit sebagai bahan baku pangan dan industri.
“Kelinci memiliki daging dan kulit yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pangan, serta bulu sebagai bahan baku kerajinan dan industri,” terangnya.
Daging kelinci berwarna putih pucat, memiliki tekstur yang lembut, dan rasa yang gurih. Daging kelinci memiliki kadar protein tinggi, rendah lemak dan rendah kolesterol sehingga daging kelinci merupakan daging yang sehat. Daging kelinci dapat dibuat berbagai jenis olahan dan relatif tidak mengalami fluktuasi harga (stabil).
Kelinci memiliki protein paling tinggi dibandingkan daging ayam, anak sapi, kalkun, sapi dan domba. Daging kelinci memiliki kadar lemak yang rendah dibandingkan ternak lain. “Sehingga daging kelinci dinyatakan sebagai daging sehat dan sangat sesuai untuk dikonsumsi anak-anak dan lansia atau orang yang sedang menjaga berat badan,” katanya.
Kita sering menemui olahan-olahan tradisional menggunakan bahan baku daging kelinci seperti tongseng, sate, rica-rica dan lain-lain. Untuk olahan modern, Yanis menerangkan bahwa daging kelinci bisa diolah menjadi nugget, sosis, bakso, rolade, burger dan abon.
Sementara kulitnya bisa menjadi bahan baku pangan untuk pembuatan kerupuk rambak. Kulit kelinci juga bisa untuk membuat kerajinan seperti gantungan kunci, tas kulit kelinci, hiasan bulu, rompi, dompet, tas dan sepatu.
Daging kelinci dapat diolah menjadi produk beku siap saji seperti nugget, sosis dan bakso yang dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pembuatannya mudah dan bisa dikonsumsi sebagai lauk atau cemilan. Pembuatan ketiga produk tersebut membutuhkan bahan pengisi dan bahan pengikat.
Bahan pengisi adalah tepung yang mengandung pati untuk meningkatkan volume produk. Sementara, bahan pengikat adalah bahan yang memiliki kandungan protein yang tinggi untuk meningkatkan daya ikat air, mengurangi susut masak dan memperbaiki tekstur.
Menurut Yanis, variasi diversifikasi olahan daging kelinci melalui pembuatan nugget, sosis, bakso dan olahan lainnya, akan dapat meningkatkan preferensi masyarakat terhadap daging kelinci sehingga daging kelinci lebih memasyarakat.
“Aplikasi teknologi pengolahan pada daging kelinci diharapkan dapat menghilangkan efek psikis untuk mengonsumsi daging kelinci,” tutupnya.(ND)