Petani OKU Timur Yakin Program Kostratani Mampu Optimalkan Pesisir Sungai Komering
Petani OKU Timur Yakin Program Kostratani Mampu Optimalkan Pesisir Sungai Komering
Pilarpertanian - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pertanian saat ini adalah mencukupi pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. “Kita harus memastikan ketersediaan pangan di seluruh tanah air, baik ketersediaan barang pangan maupun ketersediaan akses untuk mendapatkannya di situasi pandemi covid-19,” tegas Mentan.
Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Provinsi Sumatera Selatan, turut berkontribusi dalam menjaga ketersediaan pangan ketersediaan sumber daya alam dibidang pertanian salah satunya adalah lahan sawah seluas 4.111,5 ha. Total lahan sawah seluas 1.854 ha merupakan lahan pasang surut atau lahan gambut di areal rawa dan sisanya merupakan sawah irigasi teknis serta tadah hujan. Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja mempunyai 7 Desa dan 3 Desa diantaranya terbelah oleh sungai besar yang mengalir sepanjang tahun, yaitu Sungai Komering, dimana lahan pasang surut atau gambut ini sebagian besar berada di seberang sungai ini.
Produktivitas permusim yang mereka raih hampir mendekati produktivitas yang ada di lahan irigasi untuk skala satu kecamatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil ubinan musim panen tahun 2019 (hanya satu kali tanam dalam 1 tahun) di dapatkan angka 6.25 ton/ha untuk GKP, tentunya hal ini tidak terlepas dari perjuangan para petani yang pantang menyerah. Lokasi lahan pertanian yang berada di seberang sungai Komering, menjadikan perahu sebagai satu-satunya akses yang dapat dipergunakan untuk membawa sarana dan prasarana pertanian seperti hand traktor, sarana produksi hingga hasil panen, dikarenakan belum adanya jembatan di wilayah ini.
Tidak semua lahan rawa dapat diolah seperti halnya pada lahan sawah irigasi. Dibeberapa lokasi pengolahan hanya dilakukan dengan pembuatan parit secara manual yang fungsinya untuk mengalirkan air dan mengurangi genangan. Sedangkan pada lokasi yang masih tergenang air di musim kemarau, tetap dilakukan pembajakan dengan hand traktor yang dibawa menggunakan perahu penyeberangan.
Pada lokasi penanaman yang benar-benar tanpa pembajakan, petani menanam padi dengan sistem gejik atau tabela (tanam benih langsung), namun untuk lahan yang bisa dibajak menanam padi dengan sistem pindah tanam. Petani di wilayah ini pada umumnya menyemai padi di lahan sawah irigasi, kemudian pada saat pindah tanam mereka membawanya dengan perahu ke lokasi pertanaman.
Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru dalam acara prime talk di Metro TV beberapa waktu lalu, mengatakan, “Sumatera Selatan meningkat secara signifikan dari peringkat 8 menjadi peringkat 5 penghasil beras Nasional, hal tersebut tidak hanya karena sumber daya alam yang dimiliki, melainkan juga di dukung oleh sumber daya manusia yang memang sejak dulu masyarakat Sumatera Selatan mayoritas adalah petani. Serta ditambah dengan dukungan pemerintah melalui bimbingan dari penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan bantuan alsintan yang diberikan akhirnya membuat petani menjadi tergugah dan bersemangat”, ungkapnya.
Hal ini juga ditegaskan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi, yang mengatakan meskipun di tengah pandemi COVID-19 sektor pertanian tidak berhenti, bahkan peran Kostratani justru menjadi sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya petani dan penyuluh.
“Kostratani ini ibarat menu lengkap, dari hulu hingga hilir pertanian akan menjadi maju, mandiri dan modern. Apalagi di saat ini, Covid-19 dan masa New Normal ini, peran Kostratani ini menjadi meningkat dalam memacu produktivitas petani dalam menyediakan stok pangan,” tegas Dedi.
Nukman, ketua kelompok tani Sangsalibar yang ada di Desa Sribunga Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja menuturkan, “Selama masa pemeliharaan tanaman terutama diawal musim tanam banyak sekali kendala yang dihadapi, salah satunya adalah kedatangan musim hujan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang, maka terpaksa harus bergotongroyong membawa mesin pompa air ke seberang sungai agar bisa memanfaatkan air sungai komering untuk mengairi sawah,” ujarnya.
“Pengairan disini bisa memakan waktu 3-4 hari dan terpaksa harus menginap di persawahan. Bisa dibayangkan hanya untuk mengairi sawah, mereka harus menyeberangkan pompa air dan menginap selama paling sedikit tiga malam di areal persawahan,” tutur Adiguna penyuluh yang mendampingi petani di Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja.
Untuk distribusi hasil panen, petani membawa hasil panen dengan menggunakan ojek gabah dan ongkos ojek gabah dari lahan bisa tiga kali lipat dari ongkos ojek gabah umumnya di lahan yang sudah terdapat akses jalannya.
Melalui program Kostratani para petani di Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja agar dapat difasilitasi pemberdayaan dan pengelolaan lokasi rawa melalui program-program yang ada. Lahan rawa ini benar-benar sangat potensial dan petani telah membuktikan bahwa mereka mampu untuk mengelolanya. Apabila potensi lahan rawa ini dapat dimaksimalkan, maka pastinya tidak hanya kesejahteraan petani yang meningkat dan ketersediaan cadangan pangan tetap aman.(ND)