Kementan Dukung Jabar Ekspor Ubi Jalar ke Hongkong
Kementan Dukung Jabar Ekspor Ubi Jalar ke Hongkong
Pilarpertanian - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memacu aktivitas ekspor pertanian di berbagai daerah sehingga sektor pertanian semakin tangguh dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional meski di masa Pandemi Covid-19. Ekspor komoditas pertanian yang terus berjalan salah satunya ubi jalar dari Jawa Barat (Jabar) ke Hongkong.
Pelepasan ekspor sebanyak 30 ton ini dilakukan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementan, Amirudin Pohan, Bupati Bandung, Dadang Supriatna dan juga turut hadir serta jajaran Forkopimda Provinsi Jabar dan Kabupaten Bandung.
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menyatakan ekspor ubi jalar ini sebagai bukti ketahanan pangan tidak terkendala pandemi Covid-19 bahkan Indonesia bisa melakukan ekspor karena produksi dalam negeri yang sangat membaik. Guna terus menggairahkan ekspor, perlu kerja sama petani dengan kelompok pembeli.
“Kami sedang menyiapkannya dan kami akan kembangkan resi gudang 4.0, kembangkan toko online supaya pertanian menjadi modern dengan serba digital,” demikian dikatakan Ridwan Kamil pada pelepasan ekspor tersebut yang berlangsung di Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Selasa (8/9/2020).
Pria yang akrab dipanggil Kang Emil ini mewanti-wanti para petani kalau berniat ekspor jangan main-main. Ia menegaskan harus memastikan serapi mungkin produk pangan yang diekspor, harus bisa dipisahkan produk yang bagus dan jangan sampai tiba di negara tujuan ada masalah.
“Saya merasa bangga Kabupaten Bandung bisa surplus dan bahkan bisa ekspor. Ke depannya, saya minta Dinas Pertanian bisa mencari pasar ke negara lain yang bisa sebagai tujuan ekspor,” ujarnya.
“Titip Kabupaten Bandung fokus pada pertanian dan pariwisata. Covid mengajarkan kita yang bertahan adalah pertanian. Terakhir saya mendorong pemuda mulai terjun di pertanian jadi petani milenial, tinggal di desa, rejeki kota dan bisnis mendunia,” sambung Ridwan Kamil.
Bupati Bandung, Dadang Supriatna mengungkapkan petani Kabupaten Bandung sangat akrab bertani ubi yang sering disebut ubi Cilembu, di mana hampir di 8 kecamatan membudidaya umbi cilembu. Hongkong, sebagai salah satu tujuan ekspor kali ini memang memiliki lifestyle konsumsi ubi dan talas.
“Di luar negeri, sumber konsumsi karbohidrat sudah bergeser pada ubi dan talas, diolah jadi berbagai masakan dan tepung. Ke depan, ekspor tidak hanya gelondongan tapi kita siapkan bentuk tepungnya,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementan, Amirudin Pohan menyebutkan di tengah pandemi Covid-19, ekspor pertanian masih bisa tumbuh 14 persen. Oleh karena itu, sesuai dengan kebijakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, strategi peningkatan ekspor yakni pertama harus tingkatkan produksi 7 persen dan kedua menjaga agar losses di bawah 10 persen dan yang ketiga yakni melalui Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).
“Yang tak kalah penting juga adalah Kementerian Pertanian meminta untuk hulu sampai hilir perlu bentuk korporasi. Sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo, kita mulai gandeng mitra perbankan dengan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Hilirnya bekerjasama dengan swasta sebagai avalis penjamin ketika petani butuh permodalan,” jelas Amiruddin.
Ia berharap, petani Jabar khususnya Kabupaten Bandung bisa menggaet hilirnya untuk ekspor. Ekspor ubi jalar secara nasional tahun 2020 sampai bulan Juli sebesar 9.000 ton.
“Saya yakin tahun ini bisa melebihi tahun kemarin. Namun perlu dikaji impornya bentuk apa dan itu yang harus kita usahakan bisa sediakan sendiri di dalam negeri,” terangnya.
Sebagai catatan, Provinsi Jabar berkontribusi sekitar 18 persen dari total ekspor ubi jalar secara nasional.
Tahun ini, ada 1.100 ha bantuan budi daya ubi jalar yang dialokasikan untuk Provinsi Jabar. Rata-rata produktivitas ubi jalar saat ini 20 ton per ha, untuk itu, Kementan mendorong peningkatan produktivitas dengan penggunaan varietas unggul.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengapresiasi langkah Kabupaten Bandung melakukan ekspor ubi jalar. Menurutnya, ubi jalar memiliki pangsa pasar yang bagus untuk ekspor sehingga yang perlu disiapkan adalah kontinuitas produk dan jaminan mutu harus terjaga.
“Seperti kata Pak Gubernur, kalau berorientasi ekspor ya harus dipikirkan kualitas yang bagus. Selanjutnya bentuk korporasi, dengan manajemen yang bagus, gandeng off-taker agar pemasaran terjamin,” tegas Suwandi.(BB)