Balitbangtan Siap Lepas Kacang Hijau Lahan Salin
Balitbangtan Siap Lepas Kacang Hijau Lahan Salin
Pilarpertanian - Indonesia diperkirakan memiliki luas lahan salin seluas 0,4 juta ha yang membentang di sepanjang Pantai Utara dan Selatan Pulau Jawa, Aceh, Nias, Sulawesi Selatan, Flores, Jambi dan Kalimantan.
Lahan salin adalah lahan yang mengalami cekaman garam/salinitas yang tinggi dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Lahan salin dianggap kurang sesuai untuk budi daya tanaman pangan, sehingga mayoritas lahan salin belum dimanfaatkan secara maksimal.
Untuk mengoptimalkan lahan salin, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) tengah fokus untuk menguji varietas-varietas yang memiliki peluang untuk menghasilkan varietas lahan salin. Hasilnya, selain kacang kedelai dan kacang tanah, ternyata kacang hijau juga mampu bertahan pada lahan salinitas.
Menurut Rudi Iswanto, salah seorang pemulia dari Balitkabi, mengatakan bahwa kegiatan perakitan varietas kacang hijau toleran lahan salin sudah dimulai sejak tahun 2013. Kemudian kegiatan persilangan dilanjutkan dengan seleksi populasi bersegregasi, dan uji daya hasil pendahuluan dan uji daya hasil lanjutan (UDHP dan UDHL).
“Varietas kacang hijau hasil seleksi ini umumnya sangat toleran terhadap salinitas dan berpotensi menjadi varietas unggul baru kacang hijau toleran salinitas. Dengan demikian, diharapkan dapat menambah pilihan petani di lahan salin untuk membudidayakan kacang hijau,” jelas Rudi.
Lebih lanjut Rudi juga menyampaikan bahwa pada umumnya kacang hijau toleran akan salinitas, tapi syaratnya harus yang berumur genjah (56-60 hari), toleran kekeringan, dan dapat ditanam pada daerah yang kurang subur. Semua syarat tersebut ada pada semua VUB Balitbangtan yang telah dilepas oleh Kementerian Pertanian, seperti varietas Vima 2, Vima 3, Vima 4 dan Vima 5.
“Varietas Vima sangat toleran salinitas, karena kacang hijau varietas Vima memenuhi syarat untuk ditanam pada lahan salin dengan hasil rata-rata 1,5 t/ha,” katanya.
Senada dengan Rudi, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Priatna Sasmita juga mengatakan bahwa Balitkabi sudah memiliki komoditas yang toleran terhadap lahan salin seperti kedelai Varietas Anjasmoro, kacang tanah Varietas Singa dan Domba. Kini, Balitkabi juga sedang menguji beberapa varietas kacang hijau di lahan salin.
“Kedelai dan kacang tanah telah lebih dulu dikembangkan dan hasilnya cukup toleran pada lahan salin. Sementara itu untuk komoditas kacang hijau selain memiliki produktivitas tinggi diharapkan akan muncul generasi baru yang toleran salinitas seperti yang diharapkan petani,” ujar Priatna.
Di tempat terpisah Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry juga menyatakan bahwa lahan salin di Indonesia semakin bertambah luasnya. Hal tersebut dikarenakan perubahan iklim global, naiknya permukaan air laut, intrusi air laut, pencemaran limbah juga eksploitasi air tanah yang berlebihan.
“Dengan bertambahnya luas lahan salin, maka perlu upaya untuk mengoptimalkannya kembali. Saat ini, Balitbangtan telah menghasilkan teknologi dan varietasnya. Tinggal meyakinkan petaninya, apalagi kacang hijau ini berumur genjah (56-60 hari), toleran kekeringan, masak serempak dan dapat ditanam pada daerah yang kurang subur seperti lahan salin,” tutup Fadjry. (Uje/RTPH/ND)