Penyuluh Pertanian Tuban Dukung Ketahanan Pangan Melalui Penerapan Sistem Jarwo 2:1
Penyuluh Pertanian Tuban Dukung Ketahanan Pangan Melalui Penerapan Sistem Jarwo 2:1
Pilarpertanian - Surani salah satu anggota kelompok tani (Poktan) Sari Tani Desa Sokosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, telah menerapkan sistem tanam jajar legowo (jarwo) 2:1 dengan menggunakan varietas Inpari 32.
Budi daya padi dengan sistem tanam ini diperoleh Surani dari kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh pertanian lapangan (PPL) di Kecamatan Soko. Rusminingsih, PPL sekaligus Koordinator Penyuluh Pertanian di Kecamatan Soko, selalu setia melakukan pendampingan dan pengawalan yang intensif kepada petani di wilayah binaannya.
Sebagai seorang Koordinator Penyuluh di Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Rusminingsih memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menyebarluaskan teknologi yang dianjurkan oleh pemerintah, hal ini tidak hanya akan memberi pengalaman baru bagi pelaku utama tetapi lebih dari hal tersebut yaitu meningkatkan produktivitas padi miliknya.
Rusminingsih mengatakan, “Budi daya padi dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 ini diterapkan untuk menepis opini yang beredar di masyarakat petani seperti jarak tanam rapat pada sistem ini akan menurunkan jumlah anakan dengan demikian menyebabkan jumlah rumpun juga menjadi lebih sedikit, memerlukan banyak tenaga tanam yang dikarenakan jarak tanam rapat.”
Karena itulah, Rusminingsih tetap melakukan pendekatan kepada pelaku utama yang dapat dijadikan pioneer dalam penerapan teknologi sistem tanam ini.
Lebih lanjut Rusmingsih menjelaskan bahwa sebetulnya sistem tanam jajar legowo 2:1 ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sesuai dengan kondisi lahan secara umum di Kecamatan Soko, terdapat penambahan anakan sebanyak 25% – 30% yang disebabkan sebaran penyinaran matahari optimal serta sirkulasi udara lebih lancar, mudah dalam pemeliharaan khususnya penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama tikus, efisiensi tenaga kerja tanam karena dapat menggunakan alat yang dikenal dengan caplak khusus legowo dan meningkatkan produktivitas 7 hingga 15%.
“Dengan menerapkan sistem tanam padi jajar legowo 2:1 ini, dapat mengurangi resiko akibat serangan jamur dan bakteri seperti penyakit kresek, hal ini disebabkan karena sirkulasi udara dan sinar yang baik sehingga tidak menyebabkan kelembaban tinggi pada lahan,” ujar Surani selaku petani yang sukses menanam padi sistem jarwo 2:1.
Peningkatan produktivitas terjadi karena adanya penambahan populasi tanaman sebesar 25% dibandingkan dengan budi daya konvensial serta adanya pemberian ruang yang cukup bagi tumbuh kembangnya rumpun tanaman, dengan demikian sistem tanam jajar legowo 2:1 di lahan pak Surani dapat dijadikan percontohan bagi pelaku utama disekitarnya, khususnya lahan di wilayah kerja BPP Soko guna mendukung Kostratani sebagai salah satu program utama Kementerian Pertanian.
Petani dan PPL menjadi garda terdepan pembangunan pertanian. Mengamankan ketersediaan pangan untuk 267 juta jiwa penduduk Indonesia menjadi tugas utama PPL bersama petani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pertanian saat ini adalah mencukupi pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. “Kita harus memastikan ketersediaan pangan di seluruh tanah air.
Untuk itu, saya mengajak seluruh penyuluh dan petani untuk tetap sehat di situasi pandemi covid-19. Bisa mendampingi petani untuk genjot produksi, sama-sama turun ke lapangan, sama-sama tanam, olah tanah, panen, mengolah hasil panen, mendistribusikan hasil panen, sehingga petani mendapat penghasilan yang layak,” tutur SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengemukakan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi perekonomian, namun sektor pertanian semakin kokoh lantaran kerja keras petani didampingi penyuluh.
“Penyuluh harus turun ke lapangan, dan terus mendampingi petani. Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Untuk itu, kita harus tanam dan memastikan produksi tidak berhenti,” tutup Dedi.(ND)