Melanjutkan Warisan Keberhasilan di Kementan
Melanjutkan Warisan Keberhasilan di Kementan
Pilarpertanian - “Kota Heraclius akan dibebaskan terlebih dahulu”. Itulah jawaban dari Rasul mulia, Muhammad Saw ketika menjawab pertanyaan para sahabat, “Diantara dua kota, Konstantinopel dan Roma, manakah yang akan dibebaskan terlebih dahulu ?”, para sahabat pada saat itu, meminjam istilah kids zaman now, kepo.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Maka kita ketahui, berselang delapan abad kemudian, di bawah komando Sultan Muhammad II, pasukan Muslim tiba di kota Bizantium, kota yang Sang Rasul maksud. Catatan sejarah menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Kamis, 26 Rabiul Awal 857 H/ 6 April 1453 M. Setelah melewati proses diplomasi dan peperangan, akhirnya, era baru itu datang. Konstantinopel berada dalam pelukan Islam, berganti nama menjadi Istanbul yang berarti ‘kota Islam’ yang juga ibu kota Kerajaan Ottoman.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Beberapa teman diskusi menyebut apa yang disampaikan Rasulullah Muhammad itu adalah prediksi, ramalan, ada juga yang meyakini sebagai intuisi. Istilah tersebut berbeda, tapi terkadang, saya atau mungkin kita pernah menggunaknnya dalam konteks berbeda tetapi memiliki maksud yang sama.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Prediksi, ramalan atau intuisi erat kaitannya dengan masa depan. Dalam dunia manajmen perencanaan, instrumen yang digunakan untuk meraba sesuatu yang ada di masa yang akan datang atau sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya adalah dengan forecasting. Elwood Spencer Buffa, Guru Besar ilmu manajemen Universitas California mengartikan forecasting sebagai “penggunaan teknik-teknik statistik dalam bentuk gambaran masa depan berdasarkan pengolahan angka-angka historis”. Ada basis data, kemudian dilakukan analisa sehingga melahirkan produk kertas kerja, diimplementasikan melalui program aksi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Oleh karenanya, dalam perencanaan penyusunan program aksi, forecasting menjadi sesuatu yang penting. Terlebih bagi lembaga-lembaga pemerintah yang mengurusi hajat hidup orang banyak termasuk Kementerian Pertanian (Kementan). Kementerian dimana ‘dapur’ 20 juta-an juta petani bergantung padanya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Salah satu program aksi Kementan, dibawah Menteri Amran Sulaiman adalah Upaya Khusus (Upsus) padi, jagung, kedelai. Bahkan, dalam Grand Design Padi 2016-2045, bercita-cita menjadikan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Menyediakan sumber pangan, bukan hanya bagi rakyat Indoensia tapai bagi seluruh warga jagat dunia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Data dari FAO-AMIS (Food and Agricultural Organization-Agricultural Market Information System) menunjukkan bahwa produksi beras Indonesia 2015/2016 adalah 44,4 juta ton dan 2015/2016 naik menjadi 45,8 juta ton. Kundhavi Kadiresan, Asisten Direktur Jenderal FAO untuk Asia dan Pasifik pun mengapresiasi langkah dan upaya Indonesia dalam mewujudkan swasembada beras tahun 2016 melalui Program Upsus.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tiga tahun sebelumnya, Juni 2013, Direktur Jenderal FAO, Jose Graziano da Silva juga memberikan penghargaan kepada Kementan, Suswono waktu itu yang menjabat sebagai menterinya. Suswono dinliai berhasil melawan kemiskinan dan kelaparan dengan meningkatkan produksi pangan melalui Desa Mandiri Pangan (Demapan). “Kebijakan dan program Kementan (Demapan) sangat signifikan dalam upaya melawan kelaparan di Indonesia,” kata Jose Graziano da Silva waktu itu (27/5/2013).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Mundur lagi, lima tahun ke belakang dari tahun 2013, Majalah Gatra melaporkan bahwa dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Roma, Mei 2008, FAO memuji Indonesia sebagai negara paling stabil dalam mengelola harga pangan. Ketika harga pangan naik lebih dari 100% di sejumlah negara, seperti Vietnam, Filipina, dan Malaysia, di Indonesia harga pangan tetap stabil, meskipun ada momen besar seperti Lebaran dan Tahun Baru. Hal ini terjadi karena pasokan pangan mampu memenuhi permintaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dan Anton Apriantono, Menteri Pertanian saat itu bersama tokoh lainnya, Nur Hassan Wirajuda (Menteri Luar Negeri), A. Riawan Amin (CEO Bank Muamalat), Seto Mulyadi (Ketua Komnas Perlindungan Anak), dan Darmin Nasution (Dirjen Pajak) dianugerahi penghargaan Tokoh Perubahan 2008 oleh Republika.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dan keberhasilan swasembada pangan yang boleh dikatakan ikonik adalah ketika Kementan dijabat oleh Achmad Affandi, tahun 1984. Direktur Jenderal FAO Edouard Saouma, memberikan penghargaan kepada Indonesia, sebuah medali yang di satu sisi bergambar wajah Soeharto dan di sisi lainnya bergambar seorang petani sedang menanam padi dengan tulisan 'From Rice Importer to Self-Sufficiency'. Seperti diketahui, sebelumnya Indonesia adalah adalah pengimpor beras yang jumlahnya cukup besar yakni sekitar 2 juta ton per tahun.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam bukunya otobiografi 'Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya', Presdien Soeharto mengatakan, “Itu bukanlah keajaiban. Itu merupakan kerja keras seluruh bangsa kita, yang dilaksanakan secara ulet menurut suatu rencana pembangunan yang realistik tanpa kehilangan cita-cita masa depan”.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Melihat fakta-fakta di atas, maka mau tidak mau kita harus mengakui bahwa ada pondasi yang sudah dibangun oleh para pendahulu, yang dijadikan pijakan bagi para penerusnya. Menjadi akar sejarah yang karenanya tidak bisa dipotong karena ini menjadi bagian dari cerita panjang pembangunan nasional. Karena, meminjam istilah El, panggilan Elwood Spencer Buffa, ‘angka-angka historis itu adalah gambaran masa depan’.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Jika dengan perlengkapan dan peralatan seadanya kaum muslim membutuhkan waktu delapan abad untuk mewujdukan cita-citanya menaklukan Konstatinopel, maka dengan daya dukung teknlogi, sumber daya alam dan manusia yang mumpuni, cita-cita besar itu saya yakin bisa terealisasi. Semoga.