Antisipasi Gagal Panen, Bersama Petani Kostratani Pandeglang Lakukan Gerdal WBC
Antisipasi Gagal Panen, Bersama Petani Kostratani Pandeglang Lakukan Gerdal WBC
Pilarpertanian - Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, Kementerian sangat memperhatikan segala faktor baik dari sisi hilir hingga sisi hulu. Salah satu resiko gagal panen dapat disebabkan karena adanya gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) salah satunya adalah WBC.
Wereng Batang Coklat (WBC) adalah hama padi yang berbahaya dan bisa merugikan petani. Hama utama tanaman padi ini sangat ganas. Selain menghisap batang padi, WBC juga menularkan virus sehingga membuat tanaman menjadi kerdil.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) tak hentinya meminta petani harus bergerak cepat dan tidak membiarkan kondisi serangan hama pada tanaman padi meluas dan berlarut-larut. Ia pun mengajak petani untuk mengikuti asuransi usaha pertanian. Dikatakan Mentan asuransi dapat meminimalisir kerugian.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menuturkan pertanian cukup rawan terhadap serangan hama, salah satunya adalah hama WBC. “Hama ini bisa merusak tanaman dan membuat gagal panen. Oleh karena itu, petani dan penyuluh harus mengantisipasinya, salah satunya dengan mengikuti asuransi usaha tani”, ujar Dedi.
Sebagai langkah antisipasi dan upaya mencegah serangan WBC semakin meluas 21 petani yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan) Barata Tani di Desa Sukanagara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten didampingi Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Carita dan Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan (POPT) melakukan Gerakan Pengendalian (Gerdal) OPT WBC, Kamis (27/8).
Pengendalian yang dilakukan dibawah komando Kostratani Pandeglang ini dimulai dengan penyemprotan massal menggunakan pestisida kimia dan bassa dengan dosis 1ml/liter air dilanjutkan dengan pengamatan intensif dan Gerdal ulang jika diperlukan.
Desa Sukanagara sendiri memiliki hamparan pertanaman padi seluas 50 ha. Dengan produktivitas rata – rata enam ton per ha. Perkiraan produksi pada MT II ini 300 ton.
Gerdal WBC dilaporkan serta dilakukan juga dibeberapa kecamatan lain di Pandeglang. Diantaranya di Kecamatan Cikeudal, Kecamatan Cipeucang, dan Kecamatan Sindangresmi dengan tingkat serangan beragam. Meskipun demikian, hal tersebut tidak membuat kendala bagi petani bahkan beberapa diantaranya sedang panen, contohnya di Kecamatan Cikeudal.
Eli Safitri, Penyuluh BPP Carita disela-sela kegiatan gerdal mengatakan bahwa hama WBC ini kalau tidak segera ditangani akan sangat mempengaruhi produktivitas padi bahkan dapat mengakibatkan gagal panen. Karena selain menghisap batang padi, ia juga menularkan virus.
“Serangan WBC sangat tergantung pada situasi dan kondisi. Resiko serangan dapat dipengaruhi oleh cuaca, misalnya kemarau basah, seperti yang terjadi saat ini, penggunaan N tinggi dan pemilihan varietas. Petani terus diingatkan agar waspada jika ciri – ciri WBC sudah mulai terlihat. Kondisi kemarau tetapi masih sering turun hujan atau kemarau basah seperti sekarang ini sangat rentan serangan. Ciri- ciri nya kalau sudah terserang, ada embun jelaga pada daun ditandai dengan daun yang menguning, “ jelas Eli.
Gerdal dilakukan dilahan seluas 20 hektar dengan umur tanaman 50 – 60 hari setelah tanam (HST). “Gerdal dilakukan di Blok Bedeng/cilurah, dengan varietas Ciherang, Inpari dan Lokal. Populasinya 27 ekor per rumpun. Selain Gerdal, pengamatan dan monitoring juga dilakukan dilahan seluas 25 ha, dengan status waspada”, papar Eli.(ND)