Antisipasi Krisis Pangan, Ini Strategi Kementan Kembangkan Pangan Lokal
Antisipasi Krisis Pangan, Ini Strategi Kementan Kembangkan Pangan Lokal
Pilarpertanian - Antisipasi Krisis Pangan, Ini Strategi Kementan Kembangkan Pangan Lokal
FAO telah memberikan peringatan akan terjadinya ancaman krisis pangan dunia. Banyak negara membatasi ekspor pangannya dan mengutamakan kebutuhan pangan di dalam negeri untuk mengamankan pasokan pangannya.
Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi ancaman tersebut melalui berbagai langkah strategis antara lain percepatan pertanaman, perluasan areal tanam baru, penguatan cadangan pangan. Bahkan juga menguatkan diversifikasi pangan dengan mengembangkan pangan lokal.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan pentingnya pangan lokal dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Untuk itu, Mentan SYL telah mengimbau kepada kepala daerah baik gubernur maupun bupati dan walikota agar fokus mengembangkan pangan lokal berdasarkan keunggulan komparatif wilayah.
Selaras dengan Mentan SYL, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementan, Agung Hendriadi mengungkapkan pentingnya pengembangan pangan lokal ini karena potensi pangan lokal di Indonesia sangat besar.
“Ada banyak potensi pangan lokal yang sangat besar dalam mendukung ketahanan pangan, kita identifikasi dan dorong agar tiap provinsi mempunyai satu komoditas andalan selain beras,” ujar Agung.
Lebih lanjut Agung menjelaskan, pengembangan diversifikasi pangan lokal fokus pada beberapa komoditas pangan lokal, yaitu ubi kayu, jagung, sagu, pisang, dan kentang.
Langkah diversifikasi pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan diversifikasi pangan di daerah yang memang potensi pangan lokal tersebut dapat berkembang dengan baik.
Walaupun di semua provinsi komoditas pangan lokal dapat ditemukan dengan mudah, namun berdasarkan sebaran produksi pangan, terdapat sentra-sentra produksi untuk komoditas tertentu. Misalnya ubi kayu banyak ditanam di Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan sagu banyak ditemukan di Riau, Papua, dan Maluku.
Di sisi lain, konsumsi pangan lokal masih relatif rendah. Pangan sumber karbohidrat masih didominasi beras. Padahal pangan lokal seperti umbi-umbian memiliki nilai gizi yang tinggi.
Oleh karena itu, Kementan mendorong masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal. Langkah strategisnya dengan meningkatkan produksi di hulu, sedangkan di hilir kita kampanyekan dan edukasi kepada masyarakat bahwa mengonsumsi pangan lokal itu bagus dan menyehatkan.
“Kita mendorong masyarakat Indonesia mengonsumsi pangan lokal dan tidak mengandalkan impor, sehingga pangan lokal ini akan berjaya,” ujar Agung.(ND)