BPS: NTP di 22 Provinsi Mengalami Kenaikan, Subsektor Hortikultura dan Tanaman Pangan Berkontribusi Besar
BPS: NTP di 22 Provinsi Mengalami Kenaikan, Subsektor Hortikultura dan Tanaman Pangan Berkontribusi Besar
Pilarpertanian - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) di 22 provinsi mengalami kenaikan tinggi. Sedangkan peningkatan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) terjadi di 25 provinsi.
“Sebanyak 22 provinsi mengalami kenaikan NTP dengan kenaikan tertingginya berada di provinsi Nusa Tenggara Barat (2,26 persen). Dengan grafik yang sama, kita bisa melihat bagaimana sebaran NTUP di 25 provinsi yang juga mengalami kenaikan. Kenaikan tertingginya berada di Provinsi Jawa Timur (2,73 persen).”
Demikian dilaporkan Kepala BPS Margo Yuwono saat menyampaikan laporan BPS dalam siaran resmi berita statistik yang digelar melalui video conference, Senin, 2 Januari 2023.
”NTP pada Desember 2022 mencapai 109,00 atau mengalami kenaikan tinggi sebesar 1,11 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya,” lanjut Margo.
Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (it) naik 1,83 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (ib) 0,72 persen. Sementara indeks harga yang diterima petani naik 5,28 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani 0,67 persen.
Secara umum, kata Margo, seluruh sektor pertanian mengalani kenaikan dan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani Indonesia. Secara rinci, subsektor hortikultura naik paling tinggi dengan angka 4,58 persen, disusul tanaman pangan 1,27 persen, peternakan 0,51 persen dan tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,10 persen.
”Komoditas yang menyumbang peningkatan NTP adalah beras dan cabai rawit,” jelasnya.
Dalam laporannya, Margo menyampaikan bahwa terjadi kenaikan harga gabah baik di tingkat petani, eceran, grosir, maupun penggilingan. Kenaikan ini secara tidak langsung telah berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani di sejumlah daerah.
Harga gabah di tingkat petani pada bulan Desember 2022 meningkat sebesar 4,20 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/M-to-M) dan 17,83 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu (year on year/Y-on-Y). Sedangkan untuk harga beras eceran pada bulan Desember meningkat 2,30 persen (MtoM) dan 6,23 persen (Y-on-Y). Selama Desember, harga gabah di tingkat petani mencapai Rp 5.624,00 per kg dan di tingkat penggilingan sebesar Rp 5.748,00 per kg.
Mengenai hal ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bersyukur atas kondisi harga gabah di tingkat petani yang semakin baik sehingga memberi dampak terhadap naiknya kesejahteraan petani. Syahrul pun meminta perum Bulog untuk dapat menyerap gabah petani secara maksimal pada saat panen raya nanti. Harapannya, pendapatan petani dapat dijaga bersama bahkan saat produksi melimpah di masa panen raya.
“Saya bersyukur kesejahteraan petani bertumbuh terus positif, utamanya harga gabah yang baik dan memberi dampak bagi kesejahteraan. Karena itu saya meminta momentum ini dijaga hingga panen raya tiba. Jangan rusak kebahagiaan petani dengan menerima harga yang tidak layak,” jelasnya. (PW)