Cilacap Optimalkan Lahan Untuk Sukseskan Program Kementan IP 400
Cilacap Optimalkan Lahan Untuk Sukseskan Program Kementan IP 400
Pilarpertanian - Berlokasi di areal persawahan Poktan Sangkan Hurip V desa Dayeuhluhur Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap, Dinas Pertanian Kab Cilacap bersama Kementan melakukan panen padi. Dengan luas panen 35 Ha diperoleh provitas 6.5 ton/ha GKP dari padi varietas Inpari 13 dan Inpari 42.
Kabid Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Mlati Asih Budiarti dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi atas acara tersebut dan berterima kasih kepada Kementan atas bantuan APBN yang sudah dialokasikan ke Kabupaten Cilacap.
Asih menegaskan pihaknya akan terus mendorong petani supaya meningkatkan indeks pertanaman. “Kami dukung penuh program IP 400 dari Kementerian Pertanian, hasilnya saya yakin mampu mendongkrak produksi di Kabupaten Cilacap ini, “ ujar Asih.
Pada kesempatan tersebut, Rachmat dari Direktorat Serelia Kementan, mengajak para petani untuk dapat mengelola lahan sawahnya dengan baik. “Kondisi air disini tidak ada masalah, kita harus bersyukur, optimal kan lahan bisa dimanfaatkan untuk tanam sehingga bisa tercapai IP 400 disini,” terang Rachmat.
Kementerian Pertanian saat ini memang sedang menggalakkan program IP 400 tanam padi empat kali setahun. Program prioritas yang sedang digalakkan Mentan Syahrul Yasin Limpo ini sebagai langkah strategis mengungkit produksi padi di tengah keterbatasan lahan. Kuncinya ada di penggunaan benih berumur sangat genjah, persemaian di luar serta penggunaan mekanisasi tanam dan panen untuk efisiensi waktu.
Rachmat berharap para petani di desa Dayeuhluhur bisa mandiri. “Ke depan petani disini harus bisa membuat pupuk organik sendiri, bahan bakunya ada di sini. Petani juga harus bisa membuat pestisida sendiri dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. Sehingga tidak bergantung pada pupuk dan pestisida kimiawi, bagus untuk kesehatan dan tentunya juga bisa menekan biaya produksi, karena buatan sendiri,” lanjut Rachmat.
Selesai acara panen dilanjutkan dengan bimbingan teknis pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dari Tim Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT) Jatisari. Harapannya petani bisa melakukan antisipasi sejak dini berkaitan dengan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi.
Petani sangat antusias dengan adanya bimtek. Mereka mendapatkan hal-hal yang baru dan akan diterapkan pada musim tanam selanjutnya. Seperti halnya yang sempat disampaikan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menekankan bahwa permasalahan OPT yang selalu hadir pada berapapun indeks pertanaman yang diterapkan harus dapat dikelola dengan baik melalui sistem PHT. “PHT diharapkan mampu menjawab tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan produk pertanian dan juga kelestarian lingkungan hidup. Agens hayati merupakan bahan untuk pencegahan dalam pengelolaan OPT” ujar Suwandi di Jakarta kala itu. Penggunaan bahan kimia merupakan langkah terakhir dalam pengelolaan OPT.
Salah satu teknologi dalam PHT adalah pemanfaatan Agensia Pengendali Hayati (Biological Control Agens). Agensia Pengendali Hayati (APH) meliputi semua organisme yang dalam tahap perkembangannya bisa dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan (OPT).(ND)