Indikator Ekonomi Catat Keberhasilan Pembangunan Pertanian Indonesia
Indikator Ekonomi Catat Keberhasilan Pembangunan Pertanian Indonesia
Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Pembangunan infrastruktur, utamanya jalan yang telah menurunkan angka kecelakaan di musim mudik lebaran 2019, bukan satu-satunya prestasi pemerintah.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pemerintahan Jokowi-JK juga terus memberikan catatan positif dalam memperbaiki taraf ekonomi penduduk tanah air melalui program dan kebijakan pembangunan pertanian.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam empat tahun terakhir (2014-2018) kesejahteraan penduduk perdesaan yang mayoritas adalah petani, terlihat semakin membaik kondisinya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Demikian disampaikan Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ketut Kariyasa dalam keterangan tertulisnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kariyasa menyertakan beberapa indikator yang representatif untuk menunjukkan kondisi tersebut. Seperti meningkatnya daya beli atau kesejahteraan masyarakat, menurunnya ketimpangan pendapatan masyarakat, stabilnya atau inflasi bahan makanan/pangan, dan menurunnya jumlah penduduk miskin.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Membaiknya daya beli atau kesejahteraan petani terlihat dari membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dalam empat tahun terakhir,” ujar Kariyasa.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ia melanjutkan, menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun dasar 2012 sebesar 100, selama periode 2014-2018, NTP terus meningkat dari 102,03 (2014) meningkat menjadi 102,46 (2018).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Demikian halnya dengan NTUP, juga terus meningkat dan bahkan menunjukkan peningkatan yang lebih baik dari NTP. Pada 2014 besarnya NTUP adalah 106,05 dan tahun 2018 meningkat menjadi 111,83.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Membaiknya daya beli masyarakat, ternyata juga diikuti oleh semakin meratanya atau menurunnya ketimpangan pendapatan masyarakat. Hal ini ditandai oleh menurunnya Gini Ratio. Pada Maret 2013, secara nasional Gini ratio masih 0,424 dan pada Maret 2018 turun menjadi 0,389,” urainya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kemudian pada September 2018 pemerataan pendapatan kembali membaik yang ditandai oleh menurunnya Gini Ratio menjadi 0,384. Sejalan pada tingkat nasional, ketimpangan pendapatan masyarakat di perkotaan dan perdesaan juga menurun.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Yang cukup membanggakan adalah pemerataan pendapatan masyarakat perdesaan lebih baik dibandingkan di Perkotaan, yang ditandai Gini Ratio di perdesaaan selalu lebih rendah dari perkotaan,” terang Kariyasa.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada Maret 2013, Gini Ratio di perkotaan 0,431 dan di perdesaan 0,320 dan pada Maret 2018 turun masing-masing menjadi 0,401 di perkotaan dan 0,324 di perdesaan. Pada September 2018, kembali turun masing-masing menjadi 0,391 di perkotaan dan 0,319 di perdesaan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pertanian Menjaga Angka Inflasi
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kariya juga menjelaskan, selain memperbaiki daya beli dan ketimpangan pendapatan masyarakat, menurut Kariyasa keberhasilan pemerintah dalam memacu produksi dalam Negeri juga berkontribusi nyata dalam menjaga stabilitas harga pangan di masyarakat. Hal ini tercermin dalam empat tahun terakhir inflasi bahan makanan/pangan menurun secara konsisten.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada tahun 2013, inflasi bahan makanan/pangan masih sangat tinggi, 11,35% dan pada tahun 2014 turun menjadi 10,57% Pada tahun 2015 dan 2016 , inflasi bahan makanan/pangan mulai mengalami penurunan yang sangat drastis, yaitu masing-masing menjadi 4,93% dan 5,69%.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Bahkan pada tahun 2017 inflasi bahan makanan/pangan turun sampai tingkat 1,26% dan merupakan inflasi bahan makanan/pangan yang terendah yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurutnya, dampak dari membaiknya ketiga indikator di atas (membaiknya daya beli, menurunnya ketimpangan pendapatan, dan stabilnya harga pangan) menyebabkan jumlah penduduk miskin di Indonesia terus menurun.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada Maret 2018, tercatat secara nasional jumlah penduduk miskin turun dan menembus angka satu digit (9,82%), dan pada September 2018 kembali turun menjadi 9,66%.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Demikian halnya dengan jumlah penduduk miskin di perdesaan, pada Maret 2013 masih tercatat 14,32%, dan Maret 2018 turun menjadi 13,20% dan pada September 2018 kembali turun menjadi 13,10%.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Jumlah penduduk miskin di perkotaan juga terus menurun, dari 8,39% pada Maret 2013, menjadi 7,02% Maret 2018 dan tinggal 6,89% pada September 2018.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Membaiknya indikator-indikator ekonomi utama di atas menunjukkan bahwa program dan kebijakan terobosan pembangunan pertanian yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pertanian selama ini sudah tepat karena terbukti mampu memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat perdesaan secara nyata, tidak hanya sebatas peningkatan produksi,” tandas Kariyasa.(DYN)