Jabar Siap Sergap 7.000 Ton Gabah Per Hari
Jabar Siap Sergap 7.000 Ton Gabah Per Hari
Pilarpertanian - Pilar – Puncak panen padi di Provinsi Jawa Barat berlangsung mulai Februari hingga April 2018. Produksi gabah pada Februari 2018 bisa mencapai 1,27 juta ton dari luas panen 230.835 hektar. Adapun target Sergap hariannya sebanyak 7.000 ton GKP dengan harga beli berkisar Rp 4.200 per kg di lapangan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Target ini pasti bisa dicapai karena rata-rata panen di Jawa Barat tiap harinya mencapai 200 ribu hektar. Apalagi dengan mekanisme Sergab yang baru ini, dimana mitra Bulog kini pihak TNI dan BRI bukan lagi swasta.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
TNI sekarang turun langsung beli gabah ke petani dengan harga yang fleksibel,” demikian kata Kepala Dinas Pertanian Jawa Barat, Hendi Jatnika dalam Rapar Koordinasi (Rakor) Serap Gabah Petani (Sergap) yang diselenggarakan Kodam III/Siliwangi di Bandung, Rabu (14/2/2018).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hadir pada Rakor tersebut Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto, Wakil Aster Kasad, Brigjen TNI Dudung Abdurachman, Kasdam III/Siliwangi, Brigjen TNI Yosua Pandit Sembiring, Kepala Divisi Regional Bulog Jawa Barat, Mamat, pihak BRI, para Dandim dan kepala dinas pertanian se Jawa Barat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dirjen Tanaman Pangan, Sumardjo Gatot Irianto menekankan agar Sergap di Jawa Barat sesuai target. Caranya yakni pertama, dinas pertanian agar menginformasikan posisi combine harvester, dryer atau penggilingan kepada Dandim.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kedua, Dandim harus memastikan data terkait, peta daerah panen khususnya harga di bawah Rp 4.200 per kg. Selanjutnya alat mesin pengering atau penggilingan, combine harvester bantuan Kementan diorganisir menjadi brigade panen.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Para Dandim pun harus mendata ketersediaan gudang gudang di semua kabupaten,” kata Gatot.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ketiga lanjut Gatot, berdasarkan kebutuhan Sergap (peta potensi panen) Kasubdivre Bulog setempat agar mengeluarkan SPK kepada Dandim sebagai mitra Bulog untuk mengambil pinjaman ke BRI.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kemudian, gabah dikeringkan, digiling dan dijual ke Bulog dan Bulog membayar sesuai dengan kuantum dan jenis berasnya,” ungkapnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara itu, Wakil Aster Kasad, Brigjen TNI Dudung Abdurachman meminta para Dandim untuk melaksanakan Sergap seoptimal mungkin dengan memperhatikan betul kualitas gabah sehingga Bulog memperoleh beras yang bagus, sehingga tahan lama disimpan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Bulog tidak bisa menerima beras begitu saja karena resikonya kualitas. Jadi kadar air harus diperhatikan. Ini sering terjadi pada mitra-mitra yang tidak perhatikan kadar air,” tegasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kasdam III/Siliwangi, Brigjen TNI Yosua Pandit Sembiring menekankan masalah beras sangat strategis karena apabila pangan kekurangan, manusia bisa melakukan apa saja. Karena itu, Dandim di masing-masing kabupaten bisa melakukan Sergap agar mencapai target.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kami menghimbau para tengkulak agar tidak bermain. Kami minta kepada para Dandim, kelola uang Sergap dengan sebenarnya. Kita sudah diberikan semuanya, Sergap harus optimal sehingga beras dari luar tidak ada ruang untuk masuk. Ini harus kita sadari bersama,” tuturnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Terkait hal ini, Kepala Divisi Regional Bulog Jawa Barat, Mamat mengungkapkan pihaknya memang diberi tugas melakukan serapan secara optimal. Bulog di berbagai daerah sudah diperintahkan mulai saat ini melakukan sergap dengan optimal.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Tidak ada lagi keraguan bagi kita untuk tidak menyerap gabah petani karena aturan main sudah jelas, salah satunya yang disepakati dalam Rapat Koordinasi Nasional di Jakarta,” sebut Mamat.(RS)