Jadi Penyelamat, Akademisi IPB Dukung Kebijakan Tanam di Lahan Rawa
Jadi Penyelamat, Akademisi IPB Dukung Kebijakan Tanam di Lahan Rawa
Pilarpertanian - Praktisi dan akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) University Prima Gandhi mendukung kebijakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menetapkan program menanam padi di lahan rawa mineral sebagai program unggulan Kementerian Pertanian di tahun 2024. Menurutnya, program ini sangat baik sebagai bentuk adaptasi produksi beras di Indonesia sekaligus menambah luas sawah baru yang saat ini tak kunjung bertambah sejak tahun 2019 seluas 7,46 juta hektare.
“Program ini juga sejalan dengan riset terbaru World Meteorological Organization (WMO) mengenai prediksi fenomena El Nino yang diperkirakan akan berlangsung hingga April 2024,” kata Gandhi saat bincang-bincang tentang Strategi Pembangunan Pertanian di Bogor, Rabu (22/11/2023).
Gandhi menilai, menanam padi di lahan rawa akan menjadi penyelamat pertanian di masa yang akan datang. Apalagi, potensi luas lahan rawa di Indonesia saat ini sangat besar, mencapai 33,3 juta hektare. Lahan ini tersebar di 300 kabupaten di Indonesia. Dari jumlah itu, 9,52 juta hektare dapat ditanami padi.
“Lahan rawa ini mudah diakses. Secara topografi sekitar 90 persen lahan rawa Indonesia berada pada dataran rendah,” sambung akademisi IPB ini.
Selanjutnya, lahan rawa yang dipersiapkan untuk menanam padi, ungkap Gandhi juga lebih adaptif ditanami. Waktu tanam juga tidak perlu memakan waktu yang lama.
“Sudah banyak juga kisah sukses dari program tanam padi di lahan rawa ini. Ketika saya ikut dalam program menanam padi pada 750 hektare lahan rawa di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, tahun 2018 lalu, mayoritas sekarang sudah banyak yang panen,” ujarnya.
Gandhi yang sedang berkuliah doktoral di Tokyo University of Agriculture ini optimis kebijakan akselerasi luas tanam yang digagas Menteri Amran ini akan mampu menjadi penyokong utama ketersediaan beras di dalam negeri. Sebab potensi beras yang dihasilkan dari penanaman padi di lahan rawa ini sangat besar lantaran memiliki ketersediaan air secara insitu.
“Dengan teknologi dan inovasi yang sudah tersedia saat ini, maka menanam padi di lahan rawa kini sudah sangat mudah dilakukan. Bahkan bisa ditingkatkan indeks pertanamannya menjadi 3, yakni tanam dan panen padi tiga kali dalam setahun. Apalagi Indonesia memiliki banyak varietas unggul padi yang adaptif untuk rawa,” terangnya.
Tercatat, sedikitnya terdapat tiga puluh lima varietas padi unggul adaptif lahan rawa pasang surut dan rawa lebak, diantaranya inbrida padi rawa (Inpara) 2, Inpara 3, Inpara 8 dan Inpara 9, inbrida padi irigasi (Inpari) 32, Inpari 40 dan Inpari 42 Agritan, yang seluruhnya siap untuk dibudidayakan.
“Tentunya belajar dari kekeringan panjang yang terjadi dua tahun belakangan yang menyebabkan hektaran sawah puso, maka ketersediaan air tidak dapat ditawar lagi. Sebab lahan rawa ini memiliki cadangan air sekalipun musim kemarau panjang,” ucap Gandhi.
Menariknya, sambung pentolan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Provinsi Jawa Barat ini, kualitas beras yang dihasilkan justru jauh lebih baik. Sebab beras yang dihasilkan melalui penanaman padi di lahan rawa mineral, kaya akan Selenium (Se) dan Besi (Se).
“Hal ini terjadi karena lahan rawa banyak mengandung endapan mineral,” sebutnya.
Tidak hanya itu, saluran air yang dibuat di kawasan rawa dapat berfungsi sebagai sarana transportasi bagi petani membawa input dan hasil panen. Untuk itu, dia mendorong agar program yang akan dijalankan Menteri Amran di tahun 2024 ini, benar-benar dimaksimalkan.
“Tentunya, melalui perencanaan rawa presisi dimulai dari pengolahan data survei, investigasi dan ketentuan dalam kriteria perencanaan lahan. Kemudian manajemen tata kelola air di rawa dengan baik dalam hal pembangunan irigasi hingga penerapan mekanisasi teknologi pertanian modern,” kata Gandhi.
Terkait kendala dalam pengairan, Gandhi menilai dapat diatasi menjaga level air dengan sistem pompanisasi. Begitu juga pengapuran untuk mengatasi kadar asam yang tinggi, dan beberapa intervensi biologis untuk percepatan pembusukan jerami sebagai penambah unsur hara.
“Keberhasilan adaptasi produksi pangan menyikapi El Nino dengan menanam padi di rawa yang dicanangkan Kementan patut kita dukung bersama untuk mewujudkan kembali Indonesia berswasembada beras di tahun 2025,” pungkas Wakil Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jepang ini.(PW)