Kabupaten Purwakarta Siap Panen Padi 91.506 Ton
Kabupaten Purwakarta Siap Panen Padi 91.506 Ton
Pilarpertanian - Sejumlah desa pada beberapa kecamatan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, kini sedang mengawali masa panen padi. Mayoritas padi yang dipanen oleh petani adalah varietas Inpari 32. Berdasarkan data panen dari Dinas Pangan dan Pertanian Purwakarta, luas panen pada bulan Februari mencapai 1.267 hektare dengan produksi 8.802 ton gabah kering giling (GKG). Produksi gabah tersebut setara dengan 5,031 ton beras.
Menurut Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Sri Jaya Midan, panen padi di wilayahnya terjadi setiap hari, namun belum sampai pada tahap panen raya. Panen raya di Kabupaten Purwakarta diperkirakan baru akan dimulai pada awal April.
“Pada beberapa desa dari 17 kecamatan di Purwakarta, setiap hari terdapat panen secara bertahap dan belum dapat dikategorikan sebagai panen raya karena dilakukan di spot-spot kecil sekitar 2-3 hektare. Puncak panen raya diperkirakan akan terjadi nanti di awal bulan April,” terang Midan.
Menurut data Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, panen pada bulan Maret hingga April diperkirakan mencakup luas 13.172 hektare, dengan produksi gabah kering giling mencapai 91.506 ton atau setara dengan 45.939 ton beras.
Menurutnya, luas lahan baku sawah di Kabupaten Purwakarta mencapai 18 ribu hektare, terdiri dari 10 ribu hektare lahan irigasi teknis dan sisanya 8 ribu hektare merupakan lahan semi irigasi teknis dan tadah hujan. Meskipun luas lahan pertanian di Purwakarta tidak cukup luas, diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketersediaan beras nasional.
Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian, Fadjry Djufry optimistis bahwa di tengah masa fenomena El Nino pada tahun ini, Kabupaten Purwakarta masih mampu melaksanakan panen padi dengan hasil yang tinggi karena hampir semua wilayahnya menanam varietas unggul baru.
Fadjry berharap bahwa kebutuhan pangan, khususnya beras, untuk masyarakat Purwakarta dan sekitarnya dapat terpenuhi.
“Panen padi saat ini dan puncak panen raya bulan April diharapkan tidak hanya mencukupi kebutuhan beras di Kabupaten Purwakarta namun juga di wilayah sekitarnya, sehingga dapat memperkuat ketahanan pangan daerah dan nasional” ungkap Fadjry.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi), Muhammad Thamrin menjelaskan bahwa varietas Inpari 32 yang banyak ditanam di Purwakarta merupakan varietas unggul yang memiliki potensi hasil tinggi, hingga 8,42 ton per hektare GKG.
“Tekstur nasinya juga pulen, sehingga banyak disukai oleh masyarakat,” tambahnya.
Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian, hasil produksi panen raya dari Desember 2023 hingga Januari 2024 jumlahnya cukup signifikan, yaitu sekitar 3,5 juta ton sehingga ke depan ketersediaan beras pada bulan Maret hingga Mei 2024 diprediksi akan mencukupi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan harga beras di pasar-pasar berbagai daerah saat ini mulai menurun. Jokowi meminta agar semua pihak melakukan pengecekan langsung ke tiap pasar besar. Di antaranya Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta Timur dan Pasar Johar Baru di wilayah Jakarta Pusat.
“Coba dicek di Pasar Induk Cipinang, cek ke Pasar Johar, ini pasar-pasar beras harus dicek, coba dicek, coba kalian datang ke Pasar Cipinang cek harga turun apa naik,” katanya.
Sejalan dengan Presiden Jokowi, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memperkirakan kenaikan harga beras yang terjadi saat ini akan berangsur turun seiring gelaran panen raya yang terjadi di sejumlah daerah sentra.
“Karena itu dalam waktu dekat harga akan turun karena selain operasi pasar yang terus dilakukan pemerintah, saat ini petani juga tengah panen raya di sejumlah sentra padi di Jawa Timur dan Jawa Tengah,” katanya.
Meski demikian, Mentan berharap penurunan harga beras tidak banyak mempengaruhi penurunan harga gabah petani secara signifikan. Karena itu, dia ingin agar penetapan harga gabah berada di tengah-tengah harga pokok penjualan atau HPP.
“Yang pertama kami minta Bulog mutlak harus melakukan penyerapan. Kedua harga gabah turun harus diperhatikan juga, karena petani adalah pahlawan kita. Terpenting penurunan yang terjadi jangan di bawah HPP,” jelasnya.(ND)