Kementan Dukung Lestarinya Kearifan Lokal Sistem Kuming
Kementan Dukung Lestarinya Kearifan Lokal Sistem Kuming
Pilarpertanian - Pilar – Tim Balitbangtan, Kementan meninjau lokasi lahan pertanaman umbi-umbian di Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Jangan dibayangkan lahannya berupa hamparan dataran seperti yang sering kita lihat. Lahan itu dulunya adalah hutan belantara, dengan pohon-pohon khas Papua yang menjulang tinggi, dan semak belukar di bawah naungannya, serta kontur ketinggian yang tidak sama.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ketika sampai di lokasi, masih terlihat berserakannya batang-batang pohon yang sudah ditebang. Potongan-potongan kayu kecil tersusun bak kayu bakar. Namun di sela-sela pemandangan itu, hijaunya tanaman umbi-umbian cukup menarik perhatian. Juga ada tanaman jagung lokal yang sudah mulai menghijau.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
BPTP Papua Barat memilih lokasi ini untuk melakukan kajian Pendampingan PTT Umbi-umbian untuk meningkatkan produksi umbi lokal Papua Barat melalui skema pembiayaan KP4S SMARTD. Petaninya adalah penduduk asli Papua.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sehari-harinya mereka bekerja sebagai nelayan. Namun ketika musim angin kencang berhembus, mereka beralih pekerjaan menjadi petani. Tapi mereka tidak punya lahan tetap yang dapat diolah setiap kali istirahat dari melaut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Mereka berusahatani di ladang berpindah, dengan membuka hutan bersama kelompoknya, menanam komoditas yang sama, lalu menjual produk segarnya ke pasar terdekat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hamparan lahan yang baru dibuka itu seluas 2 hektar. Sudah ditanami antara lain 2 klon ubikayu lokal, 3 klon talas lokal, dan 1 klon ubi jalar lokal, serta jagung varietas lokal.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Septinus Pondayar, Ketua Kelompok Oridek, salah satu Poktan beranggotakan 22 orang yang menjadi kolaborator BPTP. Saat berbincang dengan Tim memperlihatkan kegembiraan dari anggotanya. Bersama penyuluh BPTP berkunjung dalam rangka sosialisasi kerjasama tersebut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dulu kami tanam kakao, tapi sekarang habis kena serangan hama”, kata Septinus.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam proses persiapan lahan, BPTP memberikan pendampingan sekaligus mengintroduksi perbaikan teknis budidaya tanpa meninggalkan kearifan lokal yang telah bertahun-tahun diterapkan petani. Salah satu kearifan lokal itu adalah penerapan sistem kuming. Yaitu dalam satu kali musim tanam ubikayu, petani dapat memanen umbi berkali-kali dengan memilih lebih dulu umbi yang sudah besar ukurannya. Sedangkan umbi yang kecil tidak dipanen dulu, tapi tetap dibiarkan terpendam dalam tanah hingga ukurannya membesar dan siap dipanen.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Yang membuat takjub, petani tidak memberikan perlakuan pupuk apapun. Memang, bumi Papua ini masih sangat subur.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kami bisa memanen ubikayu sampai setahun lebih dengan sistem kuming ini,” ungkap Afner Mansebar, Ketua Kelompok Wompasi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ubikayu varietas lokal ini potensinya terlihat menjanjikan. Dari satu pohon saja, umbinya dapat dipanen mulai umur 2,5 bulan setelah tanam. Bahkan hasilnya pun mencengangkan Tim Balitbangtan yang saat itu melihat sendiri hasil panen seorang petani dari satu pohon. Jika ditimbang, panenan itu ditaksir seberat 10-15 kg.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Jika 1 pohon menghasilkan 10 kg pada umur panen 2,5 bulan, maka bisa dibayangkan besarnya produksi dari luasan lahan yang ditanami.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ini harus dilestarikan varietasnya, ya Pak, potensinya luar biasa,” pesan Dr Nono Sutrisno, salah seorang Tim Balitbangtan yang bahkan sempat mencicipi mentahnya ubikayu segar hasil panenan itu.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
BPTP Papua Barat juga berharap kegiatan KP4S SMARTD ini dapat menghasilkan output pelepasan varietas-varietas lokal Papua Barat. Tak lain, untuk melestarikan kekayaan sumber genetik lokal serta mendukung lestarinya kearifan lokal masyarakat Papua Barat. (VWH)