Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

12 June 2022

Kementan Gandeng Guru Besar ITB Kenalkan Biosaka ke Petani Indramayu

Kementan Gandeng Guru Besar ITB Kenalkan Biosaka ke Petani Indramayu
Kegiatan Bimbingan Teknis Sekaligus Uji Multi Lokasi Biosaka di Indramayu, Jawa Barat.
12 June 2022

Kementan Gandeng Guru Besar ITB Kenalkan Biosaka ke Petani Indramayu

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengapresiasi dan mendukung Biosaka karya anak negeri dengan menggandeng para ahli pakar untuk menguji secara ilmiah dan mensosialisasikan melalui Bimbingan Teknis. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk terus bergerak, berinovasi mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern demi kesejahteraan petani.

Bimbingan Teknis (Bimtek) sekaligus uji multi lokasi Biosaka dihelat di Indramayu, Jawa Barat dengan menghadirkan langsung Muhammad Ansar selaku penggagas Biosaka dari Blitar dan guru besar ITB, Prof. Robert Manurung, Minggu (11/6). Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bio-technology (bioteknologi) hasil temuan petani kreatif asal Blitar, Muhammad Ansar. Biosaka yang beberapa pekan ke belakang menarik perhatian di tengah keluhan kelangkaan pupuk subsidi dan mahalnya pupuk non subsidi ini perlu diacungi jempol sebagai wujud pengembangan dunia pertanian.

Baca Juga:
Kementan Lakukan Demplot Biosaka pada Tanaman Jagung di Sragen

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas inovasi dan kerja keras berbagai pihak yang ingin mewujudkan tanah Indonesia menjadi tanah yang harmoni. Tanah Nusantara yang disebut Land of Harmony, tanah yang sehat, tanah yang kuat dan akan menghasilkan pangan-pangan hebat untuk meningkatkan potensi sel dan mewujudkan cita-cita Indonesia pemasok pangan dunia Feed The World 2045.

“Salah satu jalannya melalui teknik biosaka ini. Biosaka dibuat manual petani dari bahan rumput dan daun di sekitar, merupakan elisitor yang dapat memberikan sinyal positif bagi membran sel pada akar tanaman sehingga lebih energik dan produktif,” kata Suwandi secara virtual pada Bimtek tersebut.

Lebih lanjut, Suwandi mengatakan untuk membuat larutan biosaka yang homogen, minimal ada tiga dimensi cara memilih rumput, yaitu dimensi cuaca, dimensi tempat dan dimensi umur/fase tanaman. Petani yang mau mempraktikkan ini boleh, tetapi harus banyak diskusi dan belajar.

“Supaya diperoleh tata cara, prosedur dan dosis yang pas, salah satunya dengan mengikuti bimtek ini. Kemudian jika ada kendala, bisa dikomunikasikan pada ahlinya,” terangnya.

Guru Besar ITB, Prof. Robert Manurung yang hadir langsung dalam Bimtek menyebutkan pihaknya sudah melakukan penelitian terkait teknik Biosaka. Menurutnya, Biosaka yang merupakan kepanjangan dari Selamatkan Alam Kembali ke Alam ini bukanlah pupuk, akan tetapi elisitor.

Elisitor, lanjutnya, mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoeleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolis sekunder. Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan.

“Saya telah membaca 100 jurnal terkait elisitor dan temuan Ansar ini didukung dengan teori-teori epigenetic dan scientific based dan tidak ditemukan hal yang melanggar,” jelasnya.

Prof Robert menambahkan elisitor intinya memberikan signal pada tanaman dan si tanaman tersebut melakukan reaksi ditubuhnya. Ini bisa memunculkan sel-sel hebat dan hormon-hormon yang bagus buat pertumbuhan.

“Senada dengan arahan Dirjen Tanaman Pangan, saya bisa mengatakan Biosaka ini bukan hanya dapat menekan biaya produksi, namun lebih dari itu, dapat meningkatkan kualitas tanaman,” tambahnya.

Muhammad Ansar, selaku penggagas Biosaka mengaku menciptakan inovasi biosaka tanpa keahlian khusus. Tujuannya simpel, yakni dirinya ingin membantu petani mendapatkan nutrisi tanaman dengan biaya yang sangat terjangkau di tengah kondisi mahalnya harga pupuk kimia. Produknya ini berasal dari rumput-rumputan, ilalang atau tanaman apapun yang ada disekitar lahan sawah ataupun tegalan asalkan dalam kondisi sehat.

“Proses pembuatan Biosaka harus secara manual (diremas) tidak dapat menggunakan alat seperti blender atau sejenisnya sampai larutannya homogen. Setelah itu bisa langsung diaplikasikan di lahan untuk semua jenis tanaman,” tuturnya.

Ansar menjelaskan untuk pemilihan rumput harus memakai rumput yang sehat yang tidak tercampur bahan kimia dan harus diketahui masa pertumbuhan rumput berada di fase vegetatif atau generatif. Dan rumputnya pun harus minimal ada 5 jenis.

“Biosaka memiliki beberapa kelebihan. Pertama, efektivitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi,” sebutnya.

Kedua, lanjutnya, dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen. Ketiga, proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu.

“Keempat, cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk luasan 1.000m2, atau 400ml untuk 1 ha tanaman padi,” papar Ansar.

Setelah diberikan Bimtek, para petani Indramayu, POPT, Petugas Lapangan langsung praktik mencari dedaunan, rumput disekitar lokasi untuk bahan pembuatan biosaka. Sekaligus diajari formula penggunaan air dan cara meremas dedaunan, rumput.(PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *