Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

10 July 2023

Kementan Laksanakan Join Visit Dengan FAO Dan UGM, Pantau Belalang Kembara Di Pulau Sumba

Kementan Laksanakan Join Visit Dengan FAO Dan UGM, Pantau Belalang Kembara Di Pulau Sumba
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bersama FAO dan UGM Melakukan Kegiatan Join Visit dalam Rangka Pemantauan dan Evaluasi Kondisi Belalang Kembara di Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
10 July 2023

Kementan Laksanakan Join Visit Dengan FAO Dan UGM, Pantau Belalang Kembara Di Pulau Sumba

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan join visit ke Pulau Sumba dari tanggal 3 sampai dengan 8 Juli 2023, mulai dari Kabupaten Sumba Timur hingga Kabupaten Sumba Barat Daya. Kunjungan ini dalam rangka memantau dan mengevaluasi kondisi belalang kembara di empat kabupaten yang selama beberapa tahun terakhir ini cukup meresahkan masyarakat Sumba.

Kunjungan awal (3/7-4/7) dilaksanakan di wilayah Sumba Timur. Kegiatan diawali pertemuan koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumba Timur. Dijelaskan oleh Kepala Dinas, Nico, bahwa secara umum serangan belalang kembara di Sumba Timur sudah jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

“Hampir sepanjang tahun 2022 kemarin kami terus berjibaku mengendalikan hama belalang ini. Kami melaksanakan gerakan pengendalian secara serentak dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) pada bulan Februari 2023 dengan menggunakan metode mekanik (penangkapan) dan kimiawi (pestisida). Puji Tuhan sekarang kami malah lebih sibuk dengan kegiatan panen raya di berbagai wilayah. Artinya, petani berhasil memanen tanamannya dan hama belalang sudah jauh berkurang, walaupun masih ada di beberapa kecamatan namun populasinya sudah rendah dan lebih homogen serta kepadatan populasinya rendah. Kami juga terus melakukan pengendalian siang dan malam. Tim Brigade Pengendalian terus bergerak aktif, memantau dan mengendalikan hama belalang ini,” jelas Nico.

Pada kesempatan yang sama, Gandi Purnama, Koordinator Substansi Pengendalian OPT Serealia (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan) mengatakan bahwa sekarang sudah dapat dirasakan manfaat dari pengendalian secara serentak dan kontinu, terlihat dari banyaknya petani yang melakukan panen di lahannya masing-masing. Gandi menjelaskan, “Diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mengendalikan hama, tidak hanya belalang kembara namun hama dan penyakit lainnya juga menjadi tanggung jawab bersama. Kami terus mendukung dan membantu masyarakat Sumba agar dapat menekan kerugian yang mungkin timbul akibat hama belalang ini.”

Ikut berpartisipasi juga dalam join visit ini, Prof. Alexandre Latchininsky dari FAO pusat di Roma sebagai expert belalang kembara. Alex, pria Rusia berkebangsaan Amerika, menjelaskan bahwa belalang kembara ini juga menjadi masalah di beberapa negara selain Indonesia. Menurut Alex, populasi belalang kembara di Sumba Timur bisa dikatakan menurun jika dibandingkan pada kunjungan pertamanya di bulan Juli tahun 2022.

Emergency Program dari FAO bekerja sama dengan UGM dan Kementan sudah berlangsung sejak Juni 2022 dan akan berakhir di Desember 2023. Bantuan berupa alat dan bahan pengendali, serta perlengkapan pelindung diri sudah diserahkan kepada empat Kabupaten di Sumba.

“Tahun lalu FAO berencana melaksanakan metode pengendalian dari udara dan darat, namun karena keterbatasan biaya maka kami lebih fokus kepada pengendalian lewat darat. Kita harus bisa memetakan sebaran populasi dan titik-titik lokasi pengendalian yang telah dilakukan. Ini akan membantu kita dalam melakukan evaluasi, melihat sejauh mana keberhasilan pengendalian hama belalang ini dan menentukan kebijakan selanjutnya,” lanjut Alex.

Selain pemantauan dan evaluasi kondisi belalang kembara, Tim UGM yang diwakili oleh Tri Harjaka dan Pramono melakukan kegiatan penelusuran musuh alami yaitu burung Branjangan Sumba dan eksplorasi agens hayati spesifik belalang kembara. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pengendalian yang mengarah ke ramah lingkungan dan upaya untuk memulihkan ekosistem di Sumba Timur sebagai salah satu upaya jangka panjang dalam mengelola belalang.

“Tentunya ini membutuhkan proses yang tidak sebentar, perjalanan masih cukup panjang agar ekosistem di Sumba dapat kembali lagi, musuh alami dapat berkembang dengan baik untuk menekan populasi belalang kembara sehingga selalu berada di bawah tingkat yang tidak merugikan atau di bawah ambang kendali,” tutur Tri.

Dukungan juga datang dari pemerintah setempat, Bupati Sumba Timur sudah membentuk Satuan Tugas pengendalian belalang kembara sampai dengan tingkat desa. Selain itu, Bupati juga telah menginstruksikan dan membuat peraturan perlindungan burung Branjangan yang merupakan salah satu musuh alami belalang ini. Diharapkan dengan ini kesadaran masyarakat akan terbentuk untuk menjaga lingkungannya dan tetap mengendalikan belalang kembara secara kontinu.

Selama kunjungan 2 hari, dengan ditemani oleh Brigade Perlindungan Sumba Timur, Tim join visit melakukan pemantauan di beberapa lokasi di Kecamatan Pandawai, Waingapu dan Lewa Tidahu. Belalang kembara nimfa instar 1 – 4 masih ditemukan di lokasi-lokasi tersebut namun jumlahnya cenderung rendah. Guna mencegah penyebaran dan peningkatan populasi belalang kembara, maka tim Brigade kemudian melakukan penyemprotan untuk mengendalikan hama tersebut.

Mengomentari hal tersebut, Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Bambang Pamuji menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Tim FAO dan UGM serta teman-teman Brigade Perlindungan di Sumba Timur yang tanpa lelah terus memerangi keberadaan belalang kembara ini.

“Saya sangat mengapresiasi kinerja para petugas Brigade Perlindungan yang selalu memantau dan membantu masyarakat dalam mengendalikan hama belalang ini. Tidak mengenal siang ataupun malam, para petugas selalu siap bergerak ke lapangan melakukan penyemprotan. Kami dari pusat juga selalu mensupport dan memantau terus perkembangan hama belalang kembara ini. Upaya jangka pendek yang dilakukan yaitu fokus untuk menurunkan populasi belalang kembara di lapangan secara cepat baik menggunakan metode kimiawi maupun mekanik,” ujar Bambang.

Sementara itu, Bambang juga menjelaskan bahwa untuk jangka panjang, Kementerian Pertanian sepakat dengan FAO, UGM dan Kabupaten Sumba Timur untuk berupaya memulihkan ekosistem sehingga keseimbangan alam dapat terjaga dan lingkungan tetap lestari.

Dihubungi di tempat terpisah, Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan menegaskan komitmennya dalam membantu masyarakat untuk memerangi hama dan penyakit yang menyerang tanaman pangan. Tentunya hal ini demi tercapainya target produksi tanaman pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.

“Saya menghimbau kepada petugas POPT di lapangan agar senantiasa terus membantu petani dalam mengawal pertanamannya dari serangan hama dan penyakit. Tingkatkan pengamatan di lapangan, early warning system, dan lakukan pengendalian dini secara cepat dan tepat untuk mencegah peningkatan atau penyebaran hama ataupun penyakit,” tegas Suwandi.(PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *