Kunjungi Food Estate Kalteng, Presiden Disuguhi Aneka Teknologi Balitbangtan
Kunjungi Food Estate Kalteng, Presiden Disuguhi Aneka Teknologi Balitbangtan
Pilarpertanian - Presiden RI, Joko Widodo mengunjungi Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Kamis (8/10) untuk memastikan dimulainya program pengembangan food estate di Kalimantan Tengah. “Hari ini saya kembali lagi ke Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya sekarang ada di Kabupaten Pulang Pisau. Kita ingin memastikan dimulainya pengembangan food estate,” ujar Presiden usai peninjauan.
Sebelumnya, pada Juli lalu, Presiden telah berkunjung ke lokasi food estate yang berada di wilayah Kabupaten Kapuas. Pada kunjungannya kali ini, Kepala Negara didampingi oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Habib Ismail Bin Yahya.
Dalam peninjauannya, Presiden melihat pengolahan lahan rawa menggunakan traktor apung khusus, dilanjutkan dengan penanaman padi menggunakan mesin penanam padi otomatis atau rice transplanter serta pemupukan menggunakan drone.
Presiden tampak mengapresiasi penggunaan teknologi di lokasi tersebut. “Tadi misalnya pemupukan, kita memakai drone. Kemudian untuk membajak sawah memakai traktor apung, ini traktor khusus. Saya tanya satu hari bisa berapa hektare? Operator mengatakan bisa dua hektare. Ini kecepatan (yang diperlukan) karena yang akan kita kerjakan adalah sebuah hamparan yang sangat luas sehingga dibutuhkan mekanisasi dan alat-alat modern,” tuturnya.
Beberapa alat mesin pertanian seperti traktor apung atau traktor perahu dan drone pemupukan yang digunakan di lokasi ini adalah hasil ciptaan anak bangsa Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian (Balitbangtan). Traktor apung mampu mengolah tanah dengan konsep traktor roda dua tetapi mengapung seperti perahu.
Traktor ini mempunyai dua buah roda karet untuk transportasi darat dan dua unit roda besi untuk bekerja di sawah, transmisi berupa sabuk (belt) dan puli (pulley) dengan rangka dan badan traktor seperti perahu. Kelebihan badan perahu adalah menambah kontak dengan tanah sehingga mempunyai gaya tekan ke tanah kecil (low ground pressure) sehingga traktor bisa digunakan untuk mengolah di tanah dengan daya sangat rendah.
Sedangkan drone untuk penebar pupuk granuler adalah hasil modifikasi drone penyemprot pestisida menjadi drone sebagai penebar pupuk granuler. Modifikasi dilakukan dengan cara mengganti penampung (hopper) dan memasang serta mengatur pengeluaran pupuk granuler (fertilizer metering devices). Drone ini dirancang dengan kapasitas muat 15 kg pupuk granul (tergantung jenis pupuk) dan kapasitas kerja 0,8-1 ha/jam.
Tak hanya padi, di lokasi ini Presiden juga melihat kombinasi pertanaman jeruk, bawang merah dan kelapa yang ditanam di sisi-sisi area sawah. Serta pemanfaatan air dengan budi daya ikan dan itik. “Dengan cara-cara ini, kita harapkan pendapatan petani akan naik. Tidak hanya dari padi, tetapi juga dari jeruk, bawang merah, kelapa, ikan, dan dari (ternak) itik,” imbuh Presiden.
Bentuk dukungan Balitbangtan tak hanya di mekanisasi. Teknologi sumber daya lahan, penyediaan benih jeruk siam Pontianak serta ternak itik master juga disiapkan untuk mengembangkan food estate Kalimantan Tengah ini. Kementerian Pertanian telah menyatakan komitmen untuk mendukung penuh program ini.
Terpisah, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, food estate merupakan salah satu Program Strategis Nasional 2020-2024 guna membangun lumbung pangan nasional.
“Upaya ini dapat menciptakan lapangan kerja di pedesaan, pemberian perlindungan sosial, meningkatkan pendapatan keluarga petani, serta memastikan ketahanan pangan nasional,” ucapnya.
Mentan SYL menyampaikan bahwa pengembangan kawasan food estate di Provinsi Kalteng, dilakukan dengan teknologi optimalisasi lahan rawa secara intensif, guna meningkatkan produksi dan indeks pertanaman (IP).
Pengembangan pertanian dilakukan melalui teknologi modern yang sudah ada. Kawasan pengembangan food estate, akan dibangun model bisnis korporasi petani dengan melibatkan kelompok tani di lahan per 100 ha dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di lahan per 1.000 ha.
“Semua dalam bentuk hilirisasi dan semua industrinya harus dirancang dengan baik. Pengembangan lahan food estate ini merupakan model percontohan, sehingga didalamnya kita harus kembangkan korporasi dalam kelompok yang besar,“ ucapnya.
Sementara itu, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menambahkan bahwa lahan rawa berpotensi untuk dikembangkan sebagai penopang pangan nasional ketika sawah non rawa mengalami kekeringan di musim kemarau. “Di saat sawah non rawa paceklik, sawah di lahan rawa siap ditanami sehingga mensubstitusi produksi pangan di musim kemarau,” kata Fadjry.(BB)