Langkah Awal Tekan Biaya Produksi, Kabupaten Grobogan Lakukan Demplot Ramuan Biosaka
Langkah Awal Tekan Biaya Produksi, Kabupaten Grobogan Lakukan Demplot Ramuan Biosaka
Pilarpertanian - Sektor pertanian di Kabupaten Grobogan merupakan sektor primer yang sangat strategis karena memiliki kontribusi 43,6% terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Grobogan dari total PDRB nya setiap tahun. Kabupaten Grobogan salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Tengah dengan komoditas unggulan yaitu padi, jagung, kedelai (pajale), termasuk bawang merah, tebu dan tembakau. Kabupaten Grobogan merupakan peringkat pertama di Jawa Tengah dengan produksi padi tertinggi yaitu 810.000 ton dan peringkat ke 7 tingkat nasional. Sampai dengan April 2022, luas tanam padi di kabupaten ini adalah seluas 147.000 ha. Untuk luas panen jagung pada tahun 2021 seluas 132.000 ha dengan produksi 830.000 ton. Sedangkan luas panen kedelai di Kabupaten Grobogan pada tahun 2021 seluas 31.000 ha.
Sama hal nya dengan daerah-daerah lain Kabupaten Grobogan juga memiliki beberapa persoalan pada sektor pertanian, yang hampir setiap tahun di alami yaitu petani mengeluhkan kesulitan mendapatkan pupuk dan harga pupuk yang mahal. Dari persoalan ini, Kementerian Pertanian mendampingi pemerintah Kabupaten Grobogan melakukan demplot atau ujicoba penerapan ramuan biosaka yang bertempat di Desa Geneng Sari, Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.
Kegiatan demplot di hadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Bupati Grobogan, para profesor dari 3 universitas yaitu IPB, UGM dan ITB serta turut hadir pejabat eselon 2 lingkup Ditjen TP.
Bupati Grobogan, Sri Sumarni menyambut baik dan antusias dengan diadakannya kegiatan demplot dan uji coba ramuan biosaka ini. Ia berharap ini dapat berhasil dan dapat diterapkan khususnya di Kecamatan Toro untuk kemudian dikembangkan di Kecamatan lain di Kabupaten Grobogan. Menurutnya, jika ini sukses maka ini menjadi solusi bagi petani untuk dapat mengurangi biaya produksi karena ini bisa di buat sendiri dan hampir tidak ada biaya yang di keluarkan untuk membuatnya.
“Saya mengapresiasi dan mendukung kegiatan demplot penerapan pupuk organik (biosaka) untuk komoditas pertanian khususnya komoditas tanaman pangan. Mudah-mudahan ini bisa sukses diterapkan di Kabupaten Grobogan khususnya Kecamatan Toro, sehingga masalah tadi soal susah mendapat pupuk dan harga pupuk yang mahal bisa teratasi” jelas Sri Sumarni.
Lebih lanjut Sri Sumarni berharap, petani yang hadir dapat mengikuti kegiatan dengan cermat dan serius agar ke depan petani bisa membuat dan mengaplikasikan ramuan biosaka sendiri. “Petani, kelompok tani dan para penyuluh tolong ikuti kegiatan ini dengan cermat, dan serius kalo ada yang bingung di tanyakan jangan ragu-ragu, ini ajang belajar bareng yang sangat bagus dan ke depan saya berharap petani bisa menjadi produsen pupuk sendiri sehingga ketergantungan terhadap pupuk kimia tidak lagi menjadi persoalan” tambah Sri.
Dikesempatan yang sama, Suwandi mengatakan, terbaru ada inovasi atau teknologi yang baru ditemukan yang bisa menjadi salah satu solusi untuk menekan biaya produksi yaitu ramuan biosaka. Biosaka ini adalah cara atau metode bukan pupuk atau pestisida dan bukan produk dagangan tidak dijual belikan. Tapi ini adalah gerakan dan pemberdayaan petani semua petani bisa membuat sendiri dari bahan yang ada di sekitar, tapi prosesnya agar ikuti SOP/prosedur dan syarat kriterianya.
“Kemarin kita di Blora sudah mencoba melakukan demplot penerapan biosaka ini, hari ini yang ke dua di Kabupaten Grobogan. Ini sebagai langkah belajar bersama sebagai upaya mencari solusi-solusi dari persoalan yang ada. Solusi yang dapat dirasakan ketika menerapkan biosaka ini yang pertama biaya produksi yang se efisien mungkin, yang kedua produksi minimal sama atau lebih tinggi lagi, yang ketiga hama dapat dikendalikan, yang ke empat tanahnya menjadi subur, yang ke lima lingkungan menjadi lebih baik, yang ke enam penghasilan petani lebih tinggi” pungkas Suwandi.
Sama halnya pada saat kegiatan demplot di Kabupaten Blora kemarin, Muhamad Ansar penggagas biosaka menjelaskan motivasi awal merekayasa biosaka ini untuk melakukan budidaya pertanian dengan biaya 0 rupiah dan di mulai sejak tahun 2010. Di Kabupaten Blitar, penerapannya kurang lebih 3 tahun ini, Ansar juga mengatakan pembuatan dan pengaplikasian biosaka sebetulnya sangat mudah dipelajari yang penting ada kemauan dari kita.
“Pengalaman di Kabupaten Blitar dikarenakan beberapa waktu ini saya sering ke daerah lain, akhirnya petani di sana mau tidak mau harus belajar sendiri dan saya ajarin beberapa petani dan ternyata dalam waktu 2 minggu terakhir ini sudah ada beberapa petani yang bisa membuat, bahkan ada yang hanya belajar melalui Youtube dan berhasil, artinya apa kunci nya hanya mau belajar atau tidak” ucap Ansar.
Ansar berharap demplot di Kabupaten Grobogan ini juga bisa berhasil karena memang saat ini petani sangat dibebankan dengan biaya produksi yang cukup mahal.
“Ke depan untuk mengawal di sini mungkin nanti ke depan, saya akan sering berkunjung ke Grobogan untuk melihat dan memantau perkembangan, bagi saya harap terus informasikan ke saya setiap perkembangan nya, jika ada masalah-masalah saat penerapan nanti kita benerin bareng-bareng” tambah Ansar.
Sama halnya dengan pelaksanaan demplot di Kabupaten Blora yang mengundang ahli dari universitas untuk memberikan penjelasan dan pencerahan agar masyarakat dapat mudah memahami dan meyakini dan tidak timbul persepsi yang macam-macam.
Prof. Dr Iswandi Anas Chaniago ahli dari IPB mengapresiasi antusias di Kabupaten Grobogan dan menjelaskan bahwa inovasi teknologi biosaka sangat bagus tetapi menurutnya tetap harus hati-hati, harus melalui tahap-tahap penelitian dan pengujian.
“Melihat lahan yang begitu potensial ini. Jika demplot ini berhasil di terapkan menurut saya ini merupakan sebuah anugerah Tuhan, tetapi tetap sambil dicoba dilatih di masyarakat kita sambil lakukan penelitian-penelitian untuk menambah yakin nya masyarakat” ucap Iswandi.
Prof. Dr Robert Manurung, ahli epigenetik ITB juga menerangkan kembali seperti halnya pada saat kegiatan demplot di Kabupaten Blora, menurutnya biosaka bukan merupakan pupuk tetapi elisitor yang berfungsi menyehatkan tanaman dengan tanaman yang sehat otomatis pertumbuhannya akan bagus. Tetapi ini tetap harus melalui uji dan penelitian.
“Sudah ada buktinya bagus, tetapi tetap harus ada penjelasan kalau tidak ada penjelasan bisa menimbulkan persepsi yang macam-macam. Pengalaman saya minggu yang lalu datang ke Blitar, elisitor (biosaka) dapat terlihat lebih bagus pada tanaman melon karena menggunakan green house, di banding padi belum terlalu kelihatan. Karena elisitor akan berfungsi bagus kalo pengaruh-pengaruh lingkungan itu tidak terlalu banyak sementara pada tanaman padi masih banyak pengaruh-pengaruh lain seperti dari kendaraan bermotor” jelas Robert.
Dr. Atris Suyantohadi, S.TP, M.T ahli dari UGM yang selama ini fokus meneliti dan mengembangkan kedelai dengan cara-cara yang ramah lingkungan sehingga melihat ini, Atris tertarik untuk mengikuti perkembangan demplot ini, jika bisa berhasil di terapkan di Kabupaten Grobogan, maka ini dapat menambah semangat para petani untuk menanam kedelai karena Grobogan merupakan salah satu sentra kedelai.
“Jika demplot ini berhasil maka ke depan saya yakin petani tidak akan ragu lagi untuk menanam dan mengembangkan kedelai karena dengan pengaplikasian biosaka, biaya produksi sangatlah murah di tambah dengan adanya jaminan harga kedelai” ungkap Atris.
Di akhir, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan terima kasih, apresiasi dan berpesan setiap tahapan di monitor karena ini merupakan tahap uji coba jadi perlu kehati-hatian dalam penerapannya.
“Di Grobogan ini kita akan pantau terus, setiap tahap di monitor kondisi tanah dan nanti hasil panen akan di uji dan sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Bapak Syahrul Yasin Limpo kita setiap hari harus terus berinovasi supaya naik kelas sehingga ke depan pertanian kita bisa maju, mandiri dan modern” tutup Suwandi.(ND)