Menghadapi Krisis Pangan Global, Kementan Siapkan Sorgum Sebagai Komoditas Subtitusi Gandum
Menghadapi Krisis Pangan Global, Kementan Siapkan Sorgum Sebagai Komoditas Subtitusi Gandum
Pilarpertanian - Menurut data, sudah 22 negara yang menghentikan ekspor pangan nya ke negara lain. Rusia, Ukraina dan India juga sudah tidak lagi mengekspor gandumnya. Akibatnya harga gandum sampai 3 kali lipat. Kebutuhan Indonesia akan gandum mencapai 11 juta ton/tahun dan bila di setarakan anggaran yang dikeluarkan untuk membeli gandum saat ini setara dengan 33 juta ton/tahun, dengan kondisi seperti itu akan menguras devisa negara. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kebutuhan gandum yang besar perlu mensubstitusi gandum dengan sorgum. Dimana sorgum sebagai salah satu komoditas pangan lokal yang sangat strategis dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, mulai dari batang, daun hingga biji.
Merespon hal tersebut pada tanggal 29/6/2022, Ismail Wahab, Direktur Serealia mengunjungi lahan sorgum di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, seluas kurang lebih 50 ha. Lahan ditanami sorgum varietas Bioguma dengan produktivitas 5 sampai 6 ton.
“Perlu diketahui sorgum ini punya beberapa kelebihan. Diantaranya kandungan serat yang lebih tinggi, kalsium dan besi yang lebih tinggi dari gandum. Sehingga sorgum lebih disukai terutama oleh kalangan yang menginginkan pola hidup sehat” ungkap Ismail.
Ismail Wahab menambahkan bahwa banyak lahan dan lokasi yang potensial untuk dilakukan pengembangan sorgum. Di tahun 2022 saja di Jawa Barat ada pengembangan sorgum seluas 400 Ha, dengan 272 Ha bertempat di Kabupaten Majalengka. Di Musim ini 50 Ha lebih untuk pertanaman di wilayah Majalengka, belum termasuk Indramayu, Cirebon, Pangandaran, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, maupun Sukabumi. Sorgum merupakan tanaman serealia yang unik untuk dikembangkan, karena hampir seluruh bagian nya bisa bermanfaat (zero waste).
“Biji nya sebagai sumber pangan memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, sebagai substitusi gandum, beras dan terigu untuk berbagai produk olahan roti dan kue. Daun dan batang nya dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak dapat meningkatkan bobot hewan ternak, serta meningkatkan produksi susu dan telur. Bagian batangnya dapat digunakan sebagai sumber bioethanol, gula cair maupun gula kristal” tambahnya.
Sementara itu, Edi, ketua Kelompok Tani Mekar Jaya sekaligus pelopor sorgum di Kertajati, mengatakan bahwa awal pengembangan sorgum di Majalengka, menghadapi banyak kendala, termasuk ketersediaan benih, tidak adanya pendampingan, hingga hambatan yang muncul di lapangan seperti hama. Namun dengan kegigihan dan semangat, akhirnya mulai membuahkan hasil. Saat ini jumlah anggota sudah berkembang menjadi hampir 50 anggota dari yang semula hanya 20 orang. Di kelompok Tani Mekar Jaya bahkan sudah terintegrasi pengembangan sorgum dan bank pakan untuk memproduksi silase pakan ternak.
“Modal usaha yang dikeluarkan hanya dilakukan pada awal penamaman sebesar 10 juta, sedangkan periode selanjutnya hanya sebesar 4,5 Juta untuk biaya perawatan. Dengan sistem ratun, petani bisa panen sampai 3 kali dalam setahun. Dengan keuntungan bersih bisa mencapai 25 juta pertahun, jika hasil panen akhirnya biji, batang dan daun. Sedangkan jika budidaya nya diarahkan untuk hasil panen hijauan maka dapat dilakukan panen sebanyak 4 kali dengan keuntungan yang sama sebesar 25 juta per tahun” jelas Edi.
Hadir juga di lapangan salah satu offtaker sorgum Arifin, selaku Pimpinan Gapoktan Lingga Tani Ciamis. Arifin mengungkapkan kebutuhan akan sorgum sejauh ini masih unlimited untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja belum terpenuhi. Sampai saat ini sebanyak 30-50 ton/bulan biji sorgum yang diterima bersumber dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, NTB dan NTT dengan berbagai varietas, dengan kadar air 14% kering dengan harga berkisar antara 3.500 sampai 5.000/kg tergantung kualitas.
“Bahkan saat ini untuk memenuhi permintaan dalam negeri saja kewalahan. Selain itu terdapat juga permintaan ekspor dari Thailand sebanyak 3.000 ton/bulan, dan Australia sebanyak 30 ton/bulan. Saat ini Gapoktan Lingga Tani memiliki beberapa gudang penyimpanan di wilayah Ciamis, Tangerang dan Sukabumi. Ke depan saya rasa sorgum ini merupakan komoditas yang sangat bagus untuk dikembangkan karena memiliki banyak manfaat” ungkap Arifin.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan bahwa sorgum ini suatu komoditas yang luar biasa, karena zero waste. Daun, batang buah dan malainya bisa dimanfaatkan.
Sorgum juga merupakan tanaman toleran terhadap kekeringan dan tidak memerlukan banyak air selama pertumbuhannya. Sorgum bahkan dilakukan pemanenan berulang kali (3-5 kali) dalam satu kali periode tanam.
“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Bapak Syahrul Yasin Limpo bahwa kita harus bersiap menghadapi tantangan dan masalah yang ada di depan mata. Kita harus bekerja keras namun juga tetap mengutamakan inovasi dan terobosan-terobosan baru yang efektif dan efisien. Sorgum ini hal yang bagus untuk dikembangkan di tengah ancaman krisis pangan global. Selain sebagai program untuk menunjang ketahanan pangan nasional sorgum ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi jadi untuk para petani jangan ragu untuk menanam sorgum apalagi pasarnya sekarang ini tersedia dan saya berharap pengembangan sorgum dapat meningkatkan produktivitas lahan, diversifikasi pangan dan meningkatkan ekonomi petani sehingga pertanian Indonesia bisa maju, mandiri, modern” tutup Suwandi.(PW)