Menkeu: Sektor Pangan Masuk Dalam Program Prioritas APBN 2022
Menkeu: Sektor Pangan Masuk Dalam Program Prioritas APBN 2022
Pilarpertanian - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan bahwa sektor pangan masuk dalam program prioritas penanganan pemulihan ekonomi nasional yang kini mulai membaik setelah dalam beberapa tahun terakhir Indonesia terguncang krisis pandemi Covid-19. Terutama paska terkonfirmasinya varian baru omicron yang melanda seluruh dunia.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa sektor pertanian masuk kategori tiga, dimana terdapat anggaran Rp 178,32 triliun dari total Rp 455,62 triliun pada program pemulihan ekonomi nasional. Anggaran sebesar itu nantinya diperuntukkan untuk program padat karya, pariwisata ekonomi kreatif, ketahanan pangan, ICT, kawasan industri, dukungan UMKM, PMN dan insentif perpajakan.
Sementara anggaran pos kedua diduduki program perlindungan masyarakat yang mencapai 154,76 triliun, dimana nantinya akan tersebar pada lanjutan bansos (PKH, sembako), kartu pra kerja, BLT Desa, jaminan kehilangan pekerjaan dan antisipasi perluasan perlinsos.
“Kelompok ketiga yaitu meliputi penanganan kesehatan seperti anggaran vaksinasi, perawatan pasien, insentif nakes dan insentif perpajakan yang mencapai 122,54 T. Angka ini sifatnya masih sementara karena APBN menjadi instrumen yang fleksibel dan pasti akan mengalami beberapa perubahan disetiap pos-pos nya,” ujar Menkeu dalam Konferensi Pers APBN Februari 2022, Selasa, 22 Februari 2022.
Dari berbagai kegiatan yang telah dilewati selama tahun 2021, Menkeu Sri Mulyani memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kian membaik. Salah satunya dipengaruhi neraca perdagangan Indonesia yang terus mengalami surplus selama berturut-turut, dimana pada Januari lalu surplus sebesar USD 0,93 miliar.
“Ekspor pada bulan Januari juga mencapai USD 19,16 miliar atau meningkat sebesar 25,31% (yoy) terutama di dorong oleh ekspor nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak hewan nabati, mesin dan perlengkapan elektrik,” katanya.
Namun demikian, Menkeu mengingatkan agar Indonesia tetap dalam sikap waspada mengingat pandemi belum berakhir. Ke depan, akan muncul dinamika baru yang harus diwaspadai seperti geopolitik, sentimen global fa tempering yang menyebabkan kenaikan suku bunga dan juga akan mempengaruhi polatifitas pasar keuangan.
“Ini adalah suatu trend yang harus kita waspadai meskipun bulan Januari cerita pemulihan ekonomi kita sangat kuat,” tutupnya.(BB)