Panen Jagung, Petani Demak Diajarkan Terapkan Bahan Alami Biosaka
Panen Jagung, Petani Demak Diajarkan Terapkan Bahan Alami Biosaka
Pilarpertanian - Kementerian Pertanian terus mendorong penggunaan bahan-bahan alami dalam budidaya pertanian guna menekan biaya produksi namun diharapkan tidak mengurangi produksi. Salah satu upayanya Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus melakukan sosialisasi penerapan bahan alami Biosaka, yang terbuat hanya dari rerumputan dan dicampur dengan air, lalu diremek-remek hingga larutan bersifat homogen, setelah itu dapat diaplikasikan langsung di lahan untuk semua jenis tanaman. Salah satu tujuan penerapan Biosaka itu untuk mengurangi penggunaan pupuk sehingga biaya produksi dapat berkurang, kali ini sosialisasi dilakukan di Kabupaten Demak, tepatnya di Poktan Patok Urip, Desa Pundenarum, Kecamatan Karangawen, yang dihadiri Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Bupati Demak.
Kegiatan diawali panen jagung seluas 48 hektar di Poktan Patok Urip, Desa Pundenarum, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak. Total luas panen di Kecamatan Karangawen 288 hektar dan rata-rata petani menggunakan varietas Bisi 212, dengan produktivitas 8,5 ton/hektar dan harga berkisar Rp. 4.100-Rp. 4.300/kg.
Dalam arahannya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan salah satu dampak dari perlakuan Biosaka dapat meningkatkan produksi, manfaat-manfaat yang lain yaitu tanahnya semakin subur, tanah lebih lembab dan lebih bagus kalau kering tidak mudah retak, penyakit berkurang kemudian yang berikutnya penggunaan input terutama penggunaan pupuk NPK-nya dikurangi 50%.
“Progres yang dapat disampaikan sampai hari ini, di lokasi-lokasi yang sudah menerapkan Biosaka misalnya Grobogan, jagungnya juga luar biasa batangnya lebih besar, daunnya lebih besar, hasil panennya juga bagus. Dan ini kita teruskan dan direplikasi di tempat-tempat lain, dengan demikian apa yang tadi dikeluhkan petani di sini soal pupuk langka dan mahal akan terjawab dengan Biosaka ini dan saya berharap Demak dapat mempertahankan prestasinya seperti tahun kemarin bahkan dapat ditingkatkan lagi,” Jelas Suwandi..
“Jadi intinya jika bisa membuat sendiri, kenapa mesti beli,” tuturnya. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kita harus lebih baik dari hari kemarin terus kembangkan inovasi-inovasi yang efektif dan efisien, di tengah mahalnya pupuk kimia maka inovasi seperti ini sangat bagus untuk dikembangkan. “Dan saya sepakat tadi dengan Prof Iswandi bahwa pupuk organik harus menjadi pupuk utama, pupuk kimia sebagai pupuk pendukung,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Demak, dr. H. Eistianah, S.E dalam sambutannya berharap Biosaka ini dapat menjadi jawaban yang sering dikeluhkan petani yaitu soal pupuk. Eistianah juga mengucapkan terima kasih khususnya kepada Kementan yang telah banyak mensupport petani-petani di Kabupaten Demak baik melalui bantuan benih, bantuan pupuk dan pestisida serta bantuan alat pertanian.
“Saya berharap kepada para petani maupun petugas penyuluh untuk dapat memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin, ikuti sosialisasi ini dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan pertanian di Kabupaten Demak ini,” ucap Eistianah. Bupati Demak juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang selama ini selalu mensupport petani Demak. “Pemerintah Kabupaten Demak tentunya selalu mendukung setiap program Kementan untuk kesejahteraan masyarakat, untuk program IP400 memang di Demak ini Pak Dirjen kesulitannya ada di air, namun ke depan mudah-mudahan Demak juga bisa menerapkan,” terang Eistianah.
Plt, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak, Agus menyampaikan untuk Kabupaten Demak sendiri luas tanam jagung pada tahun 2022 seluas 15.700 hektar dengan jumlah produksi sampai dengan bulan Agustus sekitar 73.549 ton. dibandingkan tahun 2021 ada penurunan pada tahun 2021 sekitar 17.342 hektar dengan jumlah produksi 131.053 ton.
“Penurunan ini disebabkan karena faktor cuaca yang memang tahun ini semua tanaman baik jagung, kacang hijau, maupun cabe belum bersahabat dengan petani, mudah-mudahan dengan kerauhan Pak Dirjen, Ibu Bupati mudah-mudahan ke depan cuaca bisa bersahabat dan mudah-mudahan para petani bisa menikmati hasil bercocok tanamnya baik itu padi, jagung maupun kacang hijau dan bawang merah,” tutur Agus.
Seperti kegiatan sebelum-sebelumnya, turut hadir sebagai narasumber, Prof. Robert Manurung, akademisi dari ITB yang menyampaikan Biosaka bukanlah pupuk, tetapi elisitor. Tanaman elisitor adalah suatu tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder.
“Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan. Elisitor intinya memberikan signal pada tanaman dan si tanaman tersebut melakukan reaksi ditubuhnya sehingga dia bisa memunculkan sel-sel hebat dan hormon-hormon yang bagus buat pertumbuhan,” papar Prof Robert.
Sedangkan Prof. Iswandi Anas, akademisi IPB mengatakan bahwa lahan pertanian di Indonesia 70% sudah rusak itu diakibatkan karena penggunaan bahan-bahan kimia yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun. Maka dari itu, menurutnya satu-satunya cara untuk menyehatkan kembali lahan dengan penggunaan bahan-bahan alami atau organik. Ia berharap penggunaan bahan-bahan alami atau pupuk organik harus terus disosialisasikan terus, untuk dapat diterapkan di seluruh Indonesia, karena menurutnya pupuk organik seharusnya menjadi pupuk utama karena dapat memperbaiki semua sifat tanah yang tentunya akan mengembalikan kesuburan lahan.
“Dengan kita menggunakan pupuk organik banyak sekali manfaat yang kita dapat, yang pertama tentunya biaya lebih murah, yang kedua dapat menjaga keberlangsungan lahan, jadi mari sekarang kita balik logikanya pupuk organik menjadi pupuk utama dan pupuk kimia sebagai pupuk pendukung,” ucap Iswandi.
Dalam kesempatan yang sama, penggagas Biosaka Muhamad Ansar, menceritakan Biosaka sudah dilakukan di Blitar sejak tahun 2018, meskipun awalnya banyak ditertawakan. Akhirnya ia memakai gerakan namanya getuk tular jadi siapapun yang sudah bisa membuktikan membuat Biosaka menularkan kepada petani-petani yang lain.
“Kita harus yakin karena ini sudah dilakukan bertahun-tahun dan berhasil, dan beberapa bulan ini sudah dilakukan beberapa demplot atau uji coba di beberapa daerah dan sudah ada yang panen baik itu tanaman padi, jagung, kedelai dan tanaman sayuran yang Allhamdulilah sejauh ini hasilnya cukup bagus. Semoga di Demak pun bisa berhasil seperti di daerah-daerah lain,” tambahnya.
Selanjutnya, seperti di beberapa Kabupaten yang sudah banyak yang berhasil membuat Biosaka, di Kabupaten Demak juga sudah ada yang berhasil membuat dan menerapkan Biosaka yaitu Budi Santoso, salah satu POPT. Budi mengatakan, “awalnya saya belajar melalui Youtube lalu belajar di Purwodadi. Sekarang kita buat dan sudah praktek aplikasi di tanaman tembakau. Hasilnya cukup dan sangat-sangat baik, kemudian berikutnya ke tanaman kangkung, untuk lebar daun tinggi tanaman kemudian aroma sekaligus rasa itu sangat enak sekali bila dibandingkan dengan yang menggunakan bahan-bahan kimia.” jelas Budi.
“Kalau untuk jagung kami sudah mencoba ini baru mengkaji, untuk tanaman jagung sampai saat ini yang aplikasi dua kali dengan yang empat kali itu lebih baik yang empat kali pak, namun saya belum bisa menyampaikan bagus atau tidaknya karena belum panen, kemudian saya juga mencoba membuat Biosaka tidak dengan rumput melainkan dengan daun empon-empon, seperti laos dan sudah kita aplikasi kepada tanaman selada dengan aeroponik, jadi itu bebas pestisida bahkan kemarin kita panen dan hasilnya sangan bagus,” tambahnya.(BB)