Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

14 October 2022

Panen Raya Padi di Pemalang, Kementan Kembali Sosialisasikan Bahan Alami Biosaka

Panen Raya Padi di Pemalang, Kementan Kembali Sosialisasikan Bahan Alami Biosaka
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi (Kiri) Saat Mengikuti Kegiatan Sosialisasi Bahan Alami Biosaka di Gapoktan Saradan Makmur, Desa Saradan, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
14 October 2022

Panen Raya Padi di Pemalang, Kementan Kembali Sosialisasikan Bahan Alami Biosaka

Pilarpertanian - Kabupaten Pemalang merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Provinsi Jawa Tengah, khususnya di sektor komoditas pangan utama seperti Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Kacang Hijau. Pemerintah Kabupaten Pemalang berkomitmen untuk terus memajukan dan mengembangkan sektor pertanian, salah satu upaya yang dilakukan antara lain terus menerapkan inovasi-inovasi dan teknologi, kali ini dengan dukungan Kementerian Pertanian mengadakan sosialisasi bahan alami Biosaka di Gapoktan Saradan Makmur, Desa Saradan, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, yang dihadiri Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Plt Bupati Pemalang.

Kegiatan diawali panen padi seluas 118 hektar, varietas Inpari 32 dan Ciherang, dengan Indeks Pertanaman dilakukan 3 kali dalam setahun, dengan pola tanam padi-padi-padi. Tingkat produktivitas mencapai 8,4 ton/ha dan harga saat ini Rp. 5.500/kg GKP, sedangkan untuk biaya produksi Rp. 15.000.000/ha.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyampaikan bahwa 3 tahun terakhir Indonesia sudah tidak impor beras dan mendapatkan penghargaan dari IRRI, tugas ke depannya untuk menjaga swasembada padi berkelanjutan bahkan di dorong ke arah ekspor. Tugas lainnya yang lebih penting yaitu menjaga keberlanjutan pertanian, yang menurutnya mulai dari sekarang budidaya pertanian harus diarahkan budidaya ramah lingkungan, dan Biosaka diharapkan menjadi salah satu jawabannya.

“Biosaka ini terbuat dari rerumputan yang dicampur air lalu diramu. Biosaka memiliki manfaat yang banyak, yaitu dapat mengefisien biaya produksi, hemat pupuk kimiawi, membuat hama penyakit sedikit atau hilang, hasil panen lebih bagus, tanah menjadi lebih subur, harga hasil panen menjadi bagus dan akhirnya petani mendapat untung yang besar,” jelas Suwandi.

“Jadi, penyuluh dan petani dapat ikut praktek secara langsung dan diperhatikan baik-baik apa yang disampaikan Mas Ansar, karena ini sangat mudah di buat tapi tetap ada SOP nya. Jika sudah ada yang bisa membuat saya pesen untuk dapat mengajarkan ke petani-petani lain dan harapannya di sini bisa berhasil penerapannya, seperti di daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menerapkan Biosaka ini,” tambahnya.

Sementara itu, Plt Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, S.T. dalam sambutannya berharap, Biosaka ini dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik di tengah mahal dan sulitnya mendapatkan pupuk dan dapat mengurangi biaya produksi, sehingga meningkatkan penghasilan petani dan berdampak positif terhadap tingkat kesejahteraan petani di Pemalang. Menurutnya, hal ini memiliki fungsi dan peran yang strategis dalam mendukung kemajuan sektor pertanian di Kabupaten Pemalang.

“Untuk itu, kepada petani agar mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh, cermati dan pahami setiap materi yang disampaikan narasumber, sehingga bapak/ibu dapat menyerap ilmu dan menerapkannya nanti di lahan masing-masing,” pungkas Bupati Mansur Hidayat.

“Jangan pernah malu untuk bertanya, jika terdapat hal-hal yang kurang jelas. Saya yakin narasumber akan dengan senang hati membantu dan membimbing bapak/ibu agar dapat memahami teknologi Biosaka ini,” tambahnya.

Seperti kegiatan sebelum-sebelumnya, turut hadir sebagai narasumber, Prof. Robert Manurung, akademisi dari ITB yang menyampaikan Biosaka bukanlah pupuk, tetapi elisitor. Tanaman elisitor adalah suatu tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder.

“Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan. Elisitor intinya memberikan signal pada tanaman dan si tanaman tersebut melakukan reaksi ditubuhnya sehingga dia bisa memunculkan sel-sel hebat dan hormon-hormon yang bagus buat pertumbuhan,” papar Prof Robert.

Sedangkan Prof. Iswandi Anas, Akademisi IPB mengatakan bahwa lahan pertanian di Indonesia 70% sudah rusak, itu diakibatkan karena penggunaan bahan-bahan kimia yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun, maka dari itu, menurutnya satu-satunya cara untuk menyehatkan kembali lahan dengan penggunaan bahan-bahan alami atau organik, ia berharap penggunaan bahan-bahan alami atau pupuk organik harus terus disosialisasikan, untuk dapat diterapkan di seluruh Indonesia, karena menurutnya pupuk organik seharusnya menjadi pupuk utama karena dapat memperbaiki semua sifat tanah yang tentunya akan mengembalikan kesuburan lahan.

“Dengan kita menggunakan pupuk organik banyak sekali manfaat yang kita dapat, yang pertama tentunya biaya lebih murah, yang kedua dapat menjaga keberlangsungan lahan, jadi mari sekarang kita balik logika nya pupuk organik menjadi pupuk utama dan pupuk kimia sebagai pupuk pendukung,” ucap Iswandi.

Dalam kesempatan yang sama, penggagas Biosaka, Muhamad Ansar menceritakan Biosaka sudah dilakukan di Blitar sejak tahun 2018, meskipun awalnya banyak ditertawakan. Akhirnya ia memakai gerakan namanya getuk tular jadi siapapun yang sudah bisa membuktikan membuat Biosaka bisa menularkan kepada petani-petani yang lain.

“Kita harus yakin karena ini sudah dilakukan bertahun-tahun dan berhasil, dan beberapa bulan ini sudah dilakukan beberapa demplot atau uji coba di beberapa daerah dan sudah ada yang panen baik itu tanaman padi, jagung, kedelai dan tanaman sayuran yang Alhamdulilah sejauh ini hasil nya cukup bagus. Semoga di Pemalang pun bisa berhasil seperti di daerah-daerah lain,” tambahnya.(PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *