Peremajaan Kelapa Dalam di Kalimantan Tengah
Peremajaan Kelapa Dalam di Kalimantan Tengah
Pilarpertanian - Pilar – Komoditas perkebunan selain kelapa sawit dan karet sampai saat ini masih menjadi salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar bagi provinsi Kalimantan Tengah, yaitu Kelapa Dalam. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di Kalimantan Tengah, sehingga kelapa sering juga disebut sebagai tanaman sosial, yang banyak memberikan manfaat bagi kehidupan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Namun dalam perkembangnnya semenjak periode 1980-an perkebunan kelapa rakyat yang diusahakan secara monokultur di Kalteng produktivitasnya terus mengalami penurunan (sekitar 1,2 ton/ha atau sekitar 50% dari produksinya),ditambah lagi pemanfaatan dan kepemilikan lahan yang terbatas, dengan penerapan teknologi yang seadanya. Kondisi ini disebabkan, karena tanaman kelapa dalam yang diusahakan masyarakat sudah tergolong pada tanaman tua yang diwarisi secara turun temurun.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tahun 2018 ini menjadi upaya nyata pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dengan mencanangkan Tahun Perbenihan Nasional. Perbaikan produktivitas tanaman terus digenjot, salah satunya adalah dengan cara mengupayakan proses teknik penyemaian maupun pembibitan yang “meng-insert” inovasi teknologi. Kelapa dalam merupakan komoditas sektor perkebunan yang usaha perbaikan produktivitasnya harus dimulai sejak penyediaan bahan tanaman/bibit, jika menghendaki pohon kelapa yang mampu menghasilkan buah yang maksimal. Hal itu karena potensi produksi suatu tanaman tergantung pada bahan tanaman, cara penanganan dan perlakuan yang diberikan. Melalui teknik pembibitan dan seleksi bibit yang baik produksi buah yang diinginkan dapat dicapai.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tujuannya adalah untuk menghasilkan tanaman yang subur dan sehat dalam waktu yang relatif singkat. Keuntungan yang diperoleh antara lain adalah menghasilkan tanaman yang seragam, berbuah lebih awal, berproduksi tinggi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Mendukung program Tahun Perbenihan tersebut, BPTP Kalimantan Tengah melakukan pendampingan teknologi perbenihan kelapa dalam skala luas dan pada 2018 ini akan disalurkan sebanyak 7.000 bibit kelapa dalam. Kegiatan produksi mencakup proses penyemaian dan pembibitan telah dilakukan sejak akhir tahun 2017, bekerjasama dengan Gabungan KelompokTani (Gapoktan) Berkas Usaha desa Samuda Besar kecamatn Mentaya Hilir Kab. Kotawaringin Timur, saat ini sedang dilakukan pemeliharaan bibit sambil menunggu proses sertifikasi dari Balai Perlindungan Perkebunan dan Pengawasan Benih (BP3B) Dinas Perkebunan Prov.Kalimantan Tengah. Sumber Benih kelapa yang digunakan merupakan Benih Unggul Lokal yang berasal dari Pohon Induk Terpilih (PIT) dalam Blok Penghasil Tinggi (BPT) dari Dirjenbun.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Muklis (45 tahun) Ketua Gapoktan Berkat usaha desa Samuda Besar yang wilayahnya adalah sentra kelapa dalam di Kalimantan Tengah menyatakan sangat antusias dengan adanya program ini karena bibit-bibit kelapa dalam yang akan disalurkan dapat membantu peremajaan tanaman kelapa di daerahnya, yang rata-rata telah berumur tua (75 -100 tahun). Hasil penelitian dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbang Perkebunanan) menyatakan bahwa metode peremajaan yang disarankan adalah dengan Tebang Bertahap. (20% pertahun). Metode ini tidak menggangu pertumbuhan tanaman pengganti dan merupakan alternatif yang paling tepat untuk dterapkan ditinjau dari segi agronomis dan pendapatan petani. Kelapa diremajakan jika telah berumur > 60 tahun. Peremajaan juga dilakukan pada pohon kelapa yang berumur < 60 tahun jika tanaman tidak produktif, atau produksi kurang dari 30 butir/pohon/tahun. Agar tidak mengganggu kebutuhan bahan baku kelapa dalam jangka panjang, jumlah pohon kelapa yang dapat diremajakan dalam satu wilayah (provinsi, kabupaten, kecamatan) maksimal 15%-16% dari populasi tanaman kelapa. Lebih lanjut disampaikan bahwa metode tebang bertahap 20% per tahun merupakan alternatif paling tepat untuk diterapkan ditinjau dari segi agronomis dan pendapatan petani. Metode peremajaan bertahap dapat dilakukan sambil menerapkan jarak tanam baru, yaitu 6 m x 16 m sistem pagar, sehingga memungkinkan pengusahaan tanaman sela di antara kelapa. Dengan demikian pendapatan petani tidak terputus, karena selain buah kelapa dari pohon yang belum ditebang, juga dari produksi tanaman sela.(DI)