Peringatan HUT RI Ke 75, Momentum Bangkitkan Korporasi Tanaman Pangan
Peringatan HUT RI Ke 75, Momentum Bangkitkan Korporasi Tanaman Pangan
Pilarpertanian - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 75 Kemerdekaan RI merupakan momentum yang tepat untuk menjadikan sektor pertanian sebagai garda terdepan pertahanan negara dan mengenal program terobosan Kementerian Pertanian (Kementan) sehingga menjadi benteng utama pertahanan negara. Sektor pertanian di tengah tantangan besar yakni pandemi covid-19 yang melanda semua dimensi kehidupan di Tanah Air bahkan dunia merupakan satu-satunya sektor penyelamat perekonomian nasional.
Merujuk data BPS, pada kuartal II 2020 sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia dengan pencapaian 16,24 persen (q to q). Padahal, pandemi Covid-19 belum juga usai dan sejumlah sektor lain pun masih cenderung terpuruk di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia turun sampai 4,19 persen (q to q) dan 5,32 persen (y-o-y).
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengungkapkan salah satu faktor penyebab pertumbuhan kinerja sektor pertanian adalah musim tanam yang sukses berproduksi, meski Covid-19 masih mewabah. Penguatan sektor pertanian salah satunya ditopang oleh program strategis yang mentransformasi model pengelolaan yang sendiri-sendiri atau tak berkorporasi menjadi korporasi.
“Korporasi pertanian menekankan sebuah keniscayaan hadirnya industri dalam satu hamparan luas dan atau pengelompokan sub kawasan (klaster),” demikian dikatakan SYL di Jakarta, Minggu (16/8/2020).
Saat ini, pemerintah tengah membangun korporasi pertanian dengan model food estate di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan dikembangkan di banyak daerah. Sesuai arahan Presiden Jokowi, food estate dibangun untuk memperkuat cadangan pangan nasional, bukan hanya di hulu tapi juga bergerak di hilir dan dibangun melibatkan sinergitas pemerintah dengan swasta dan masyarakat.
“Bukan lagi menggunakan cara-cara manual, tetapi teknologi modern dan pemanfaatan kecanggihan digital. Bukan hanya untuk pasar domestik, tapi juga internasional,” terang SYL.
Untuk tanaman pangan, mulai 2019 telah dijalankan Program Propaktani (Program Pengembangan Korporasi Tanaman Pangan) dengan membentuk Komando Strategis Penggiling (Kostraling) dan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T). Pemerintah tidak hanya memberikan bantuan prasarana dan sarana produksi, tapi juga fasilitas permodalan dana KUR.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan prinsip korporasi yang pertama adalah pendekatan pengelolaan korporasi dengan skala lahan hamparan luas. Tidak harus satu hamparan 5.000 hektar, namun bisa dikelompokkan menurut sub kawasan atau klaster 500 hektar lebih di 10 titik total jadi 5.000 hektar kawasan .
“Pola korporasi sudah diujicoba sejak tahun lalu di beberapa lokasi, seperti di Tuban, Lampung, Kalsel, Sulut, Yogyakarta, Jateng dan lainnya. Terbukti kinerjanya bagus, oleh karena itu, mulai tahun ini akan direplikasi di 130 Kabupaten,” ujarnya.
Prinsip kedua, kata Suwandi, adalah integrated farming dengan komoditas penunjang dan komoditas utama. Contohnya korporasi jagung di Lombok Timur mampu melibatkan 81 kelompok tani.
“Di mana semua anggota dipayungi off taker supaya bisa mengajukan KUR dan bermitra dengan perusahaan benih, pupuk dan Jasindo,” jelasnya.
Lebih lanjut Suwandi menerangkan, program Propaktani merupakan kegiatan terintegrasi on farm dan hilir sampai industri turunan hingga pemasaran. Integrasi ada aspek infrastruktur, alat mesin pertanian (alsintan), budi daya mulai tanam hingga panen dan hilir pasca panen hingga pemasaran. Tidak hanya itu, kelompok tani harus bisa naik kelas kelembagaannya yakni bisa berbentuk cv, koperasi, maupun bumdes.
“Kelembagaan yang terpenting adalah pengelolaan manajemen kepengurusan yang baik, oleh karena itu, perlu sekali kegiatan seperti ini. Mengumpulkan para pelaku korporasi untuk saling berbagi, memberi informasi untuk menguatkan kelembagaan korporasinya,” bebernya.
Langkah selanjutnya, sambung Suwandi, yakni perlu adanya sinergi program Propaktani dengan pembiayaan, investasi dan ekspor. Kawasan dan klaster memanfaatkan lokasi yang telah ada, ditata dan dioptimalkan, sumber pendanaan dari swadaya, KUR dan pembiayaan lainnya.
“Jika pangan kuat, maka pertahanan negara pun menjadi semakin tangguh. Bertepatan dengan Perayaan Kemerdekaan Ke 75 ini, sudah saatnya semua elemen bahu membahu membangun pertanian dengan cara-cara modern dan korporasi sehingga pertanian kuat dalam tantangan apapun,” tandas Suwandi.(ND)