Peringkat Ketahanan Pangan Indonesia Meningkat
Peringkat Ketahanan Pangan Indonesia Meningkat
Pilarpertanian - Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi mengatakan berdasarkan penilaian Global Food Security Index (GFSI) posisi Ketahanan Pangan Indonesia tahun 2017 meningkat ke posisi 69, yang pada tahun 2016 menempati posisi 71. Hal ini disampaikan Agung dalam sambutannya pada Focus Group Discussion (FGD) Review Indikator dan Metodologi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan di Bogor, Jum'at malam (29/9/2017)
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
GFSI melakukan penilaian terhadap 113 negara di dunia. Walaupun peringkat Indonesia naik, tapi di negara-negara Asean masih di bawah Singapura yang menempati peringkat 4. Malaysia peringkat 41, Thailand peringkat 55, Vietnam peringkat 64. Sedangkan yang menempati peringkat 1 adalah Irlandia, kemudian Amerika Serikat pada peringkat ke 2.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Agung menjelaskan, untuk mengantisipasi terjadinya kerentanan dan kerawanan pangan, pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian telah menyusun Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Peta ini sangat membantu karena sesuai dengan arah program pembangunan Presiden Jokowi, dimana pada tahun ke 3 ini akan difokuskan pada pemerataan, sehingga FSVA dapat dijadikan pedoman untuk mencapai target sasaran” jelas Agung.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selain itu kata Agung, untuk mengantisipasi persoalan rawan pangan dan gizi buruk harus didukung informasi ketahanan pangan yang akurat, komprehensif, dan tertata dengan baik, sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat untuk daerah yang mengalami kerentanan pangan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara itu, beberapa instansi dan lembaga internasional telah memanfaatkan FSVA, seperti Kementerian Desa, Kementerian Keuangan, Kementerian Kesehatan dan World Food Programme. Oleh karena pentingnya FSVA, menurut Agung perlu dilakukan penyempurnaan dan penambahan indikator serta metode analisisnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
FSVA memberikan gambaran daerah yang memerlukan prioritas penanganan dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah di kabupaten/kota yang rentan terhadap kerawanan pangan, sehingga dapat diambil keputusan dan intervensi yang tepat untuk penanganannya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam FSVA yang dibuat tahun 2015 oleh BKP bersama WFP mencakup 398 kabupaten di 32 provinsi, Dari 398 kabupaten yang dianalisis, terdapat 58 kabupaten (15%) yang rentan terhadap kerawanan pangan dan 136 kabupaten (34%) dengan tingkat kerentanan yang sedang dan 204 kabupaten (51%) tergolong dalam kabupaten yang tahan pangan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Agung, penyempurnaan ini dilakukan agar potret ketahanan dan kerentanan pangan di tingkat wilayah dapat digambarkan secara lebih akurat, mencerminkan kondisi dan fakta yang ada.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan konsep indikator ketahanan dan kerentanan pangan di wilayah perkotaan yang pada FSVA nasional selama ini belum diakomodasi. FGD selain dihadiri dari Kementerian Pertanian, juga diikuti oleh Bappenas, IPB, WFP, Kemenkes, Biotrop dan lainnya. (RS).