Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

14 April 2023

Pernyataan Ketum Perpadi, Pengamat: Baca Data Jangan Sepenggal-penggal

Pernyataan Ketum Perpadi, Pengamat: Baca Data Jangan Sepenggal-penggal
Peneliti Indonesia Politic, Economic, and Policy Institute (IPEC) Bramastyo Bontas Prastowo Mengatakan Bahwa Impor Beras Perlu Dilakukan Jika Mengaca Kepada Kondisi Indonesia 9 Bulan Lalu.
14 April 2023

Pernyataan Ketum Perpadi, Pengamat: Baca Data Jangan Sepenggal-penggal

Pilarpertanian - Peneliti Indonesian Politic, Economic, and Policy Institute (IPEC), Bramastyo Bontas Prastowo mengkritik pernyataan Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso. Bram -sapaannya- menilai apa yang disampaikan Eks Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian periode 2006 – 2010 dan setelah itu menjadi Kabulog tersebut terkait stok beras sedikit keliru.

Dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi belum lama ini, Sutarto menyebut perlunya impor beras lantaran berkaca kondisi dua tahun lalu. Di mana Indonesia mengalami defisit selama 9 bulan. Sehingga impor beras tak bisa lagi dihindarkan.

“Benar memang (defisit), tapi kekurangan (9 bulan) itu tertutupi 3 bulan yang surplus. Sehingga suplai akhirnya mencapai 1,34 juta ton. Surplus tiap tahun,” kata dia ketika dihubungi, Jumat (14/4).

Direktur Lembaga Lensa Analitica Indonesia itu menambahkan, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020-2021 terjadi surplus beras. Artinya kebutuhan beras nasional tercukupi. “Tidak ada impor beras Bulog. Aman (stok),” jelas dia.

Dia menegaskan justru pada saat panen raya itulah kesempatan Bulog menyerap gabah/beras petani sebanyak-banyaknya, sehingga stok Bulog menjadi banyak alias mencapai target pengadaan beras dari petani. “Ini seharusnya yang menjadi prioritas,” kata dia.

Bram mengatakan perlunya membaca data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS dengan cermat alias tidak sepenggal-penggal. Sehingga, lanjut dia, data yang disampaikan kepada publik benar-benar komprehensif.

“Misalnya dalam konteks beras. Jangan sepenggal membaca data musim gadu saja, padahal ada 3 bulan panen raya,” beber Ekonomi Jebolan Universitas Padjajaran itu.

Bram tak paham mengapa penjabaran data yang disampaikan Sutarto hanya sepenggal saja dan tidak utuh. “Statement yang bersangkutan membuat publik bingung. Karena sudah jelas dari BPS kalau produksi melimpah dan neraca beras surplus terus setiap tahunnya. Dan publik sudah paham betul dalam setahun itu Indonesia punya musim panen raya dan ada musim gadu, publik juga paham wilayah sentra-sentra beras, jadi tidak ada masalah dengan produksi, justru mesti dibenahi itu sistem logistik, sistem distribusiinya baik antar musim dan antar wilayah,” tutup dia.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *