Pertanian Yang Maju Harus Dari Hulu Sampai Hilir
Pertanian Yang Maju Harus Dari Hulu Sampai Hilir
Pilarpertanian - Di tengah perkembangan teknologi yang berkembang pesat, kita harus memiliki sifat berdaya saing dan mampu mengembangkan diri untuk bisa selalu beradaptasi seiring perkembangan jaman. Terkait hal tersebut, para petani kita dituntut untuk bisa meningkatkan produksinya. Dengan kata lain, petani kita harus produktif, kreatif dan inovatif, sehingga dapat mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggenjot untuk menyejahterakan para pelaku industri sektor pertanian agar meningkatkan produktivitas dan mendapatkan hasil serta keuntungan yang bernilai tinggi.
“Pertanian itu sebenarnya prospek keuntungannya luar biasa, hanya memang ternyata ada ilmunya. Jadi kita harus lakukan transformasi bahwa pertanian itu bukan hanya tanam, petik dan jual, tapi pertanian itu sebelum tanam harus cari modal dulu, jika sudah dapat modal baru kita mulai on farm, olah tanah sekarang itu jangan dengan cara manual, sekarang ada alat mesin pertanian (Alsintan) yang serba canggih”. Ungkap Dedi Nursyamsi, Kepala BPPSDMP dalam rangkaian kegiatan Kunjungan Pers BPPSDMP 2021 saat berkunjung ke P4S Al-Mukhlis, Kabupaten Bandung, siang tadi, Senin (8/3).
Dalam kegiatan tersebut, dihadiri oleh Bupati Kabupaten Bandung, Dudi Taryono, Kepala P4S Al-Mukhlis sekaligus Ketua KTNA Kabupaten Bandung, H. Ahmad Nono Sambas, serta para awak media.
Dedi Nursyamsi pada kunjungan tersebut sangat salut dengan H. Nono yang menurutnya dianggap berhasil dalam industri pertanian. “Sepak terjang beliau membangun pertanian ini luar biasa, ada satu kata kunci yang saya salut dengan bapak H. Nono ini, yaitu beliau jadi petani ternyata bukan hanya petani, tapi juga petandang (petani dan pedagang) yang maknanya luar biasa. Jadi petani padi tapi dagang nasi, maksudnya adalah pertanian ini harus sampai hilir, pertanian itu jangan hanya sampai produksi, artinya pertanian itu harus diolah dulu, jangan hanya petani jual padi, jual gabah, tapi gabahnya dijemur dulu, digiling, dan dikemas yang bagus”. Jelasnya.
Menurut Dedi, petani sekarang harus bisa berpikir panjang sampai hilir sehingga dapat menghasilkan produk pertanian yang bernilai tinggi seperti saat petani padi sedang panen dan hanya menghasilkan gabah yang dijual dengan harga Rp. 4.000/kg, padahal jika gabah tersebut diolah lagi menjadi beras maka akan terjual seharga Rp. 9.000/kg (Beras biasa), Rp. 12.000/kg (Beras premium), Rp. 20.000/kg (Beras organik). Apalagi jika diolah sampai hilir jadi menjual nasi, harganya akan naik hingga 12 kali lipat.
“Kemudian setelah panen jangan dulu dijual, kita tunda jual, keringin dulu, dan digiling dulu. Bayangkan jika kita menjual beras, duit kita bukan hanya dari beras, artinya bisa jadi macam-macam produk seperti katul, dedak kasar, dedak halus, dan sekam. Artinya, semakin hilir maka nilai tambah semakin besar dan keuntungan juga makin besar”. Tegas Dedi.
Ketua KTNA Kabupaten Bandung juga berpendapat bahwa rumus singkat petani itu Terdengar, Dilihat dan Dicoba. Artinya jika prospek pertanian sudah terdengar dan dilihat lalu dicoba dan ternyata mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan, maka nantinya akan berlanjut semakin berkembang. Nono berharap jika rumus saya itu mecing, mari kita laksanakan.
“Jadi yang penting petani yakin maju, dilihat gimana majunya itu apakah oleh pribadi ataupun dibantu dengan pemerintah, lalu dibimbing juga sampai dicoba, akhirnya sampai dibiasakan”. Tambah Nono meyakinkan.
Mengembangkan produk pertanian juga dengan kebersamaan kelompok dan harus ditingkatkan untuk membuat hasil tani yang berkualitas. Bantuan pemerintah juga perlu dan para corporate yang berguna untuk sama-sama mendukung produksinya.
P4S Al-Mukhlis ini merupakan binaan BPPSDMP Kementan yang telah menasional karena mampu menggarap hilirisasi pertanian. P4S ini juga sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin berlatih pertanian organik termasuk korporasi yang sudah dilakukan di kelompoknya.
“Salah satu di P4S itu rumusnya harus magang, makanya P4S itu persyaratannya harus ada tempat belajar walaupun disaung jerami atau harus mondokan walaupun hanya gelar tikar”. Tutur Nono.
“Jadi intinya petani jangan jual di hulu, harus dihilir.” Tegas Nono mengakhiri. (OIR)