Petani Cibiuk Tak Sabar Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan
Petani Cibiuk Tak Sabar Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan
Pilarpertanian - Upaya Badan Litbang Pertanian untuk terus menggaungkan pertanian ramah lingkungan mendapatkan respon positif dari Kelompok Tani Salem Sari, Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Garut, Jawa Barat. Melalui kegiatan Sosialisasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Khusus dan Spesifik Lokasi berbasis teknologi pertanian ramah lingkungan yang diperkenalkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jabar, Kamis (11/03/21), Ketua Poktan Salem Sari, Yuyun Wahyuna, mengaku antusias dan tak sabar untuk menerapkan hal ini.
“Sangat antusias, karena kembali ke alam, istilah na mah bahan-bahan yang udah ada bisa dimanfaatin, dari daerah kita aja, pupuk kandang udah ada, kan ada ternaknya, ada sapi disini, bisa ternyata semua dimanfaatin, jadi kan lebih hemat dan bagus,” ujar pria yang akrab disapa Abah Uyun ini.
Selain itu, pria berusia 51 tahun ini menambahkan, bahwa hal yang membuat ia tak sabar menerapkan kegiatan ini ialah gambaran hasilnya. “Kalau sekarang yang biasa Abah sama petani disini laksanakan dari 100 tumbak itu (hasilnya) 1 ton, artinya kalau dari 1 tumbak 10 kg, makanya tadi waktu Kepala Balai (BPTP Jabar) bilang dari 1 hektar 7 ton bisa dapat 1 ton lagi, itu berarti sangat bagus, sangat berterima kasih sekali adanya sosialisasi ini,” ujar Abah penuh semangat.
Sosialisasi ini tak hanya dihadiri oleh petani setempat, turut hadir dalam kegiatan ini Kepala Desa Cibiuk, Perwakilan Kecamatan Cibiuk, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Garut, serta Anggota Komisi IV DPR RI, Haerudin.
Kepala BPTP Jabar, Wiratno, mengatakan Balitbangtan sejak beberapa waktu lalu telah menginisiasi budi daya padi ramah lingkungan yang didukung oleh berbagai teknologi, salah satunya varietas unggul baru. “Kita sudah harus mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan penggunaan bahan kimia lainnya.” ujarnya.
“Saya bisa jamin, dengan teknologi ini jika semua sesuai dengan arahan, peningkatannya dari satu hektar bisa satu ton,” imbuh Wiratno optimis.
Anggota Komisi IV DPR RI, Haerudin, tak kalah optimis. “Bapak, ibu, nanti yang terkenal dari Cibiuk jangan cuma sambelnya, tapi Varietas Unggulnya juga lewat pertanian organik”. ungkapnya.
Tak hanya itu, Haerudin juga bersyukur dengan teknologi yang dikeluarkan Balitbangtan ini, “Saya bersyukur ya, pertama mendengar teknologi ramah lingkungan, yang kedua proses pola pertanian diubah, yang masyarakat kita ketergantungan kepada Pupuk anorganik, memang mau diarahkan, mau dibawa ke areal Pupuk organik, yang memang tanggung jawab kita memperbaiki lingkungan Pertanian kita”. tambah Haerudin.
“Tentu Saya harus mendorong kinerja di BPTP dan Balitbangtan, agar terus berjuang bagaimana meyakinkan rakyat kita mau (beralih) ke organik,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI tersebut.
Terpisah, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menambahkan bahwa salah satu komitmen Balitbangtan adalah mengembangkan teknologi pertanian ramah lingkungan. “Berbagai produk dan teknologi budi daya ramah lingkungan telah kami hasilkan, misalnya varietas padi green super rice dan pupuk organik hayati agrimeth yang mendukung pertanian ramah lingkungan, selain itu juga ada produk berbasis nanoselulosa dan nanobiosilika.” jelasnya.
Beberapa varietas unggul baru yang dikenalkan di Cibiuk antara lain Inpari 43 GSR, Inpari 39, dan Inpari IR Nutrizinc. Menurut Abah Uyun, sebelumnya, para petani di wilayah tersebut juga sudah mengenal varietas dari Balitbangtan, khususnya Mekongga. “Dulu, disini sudah menanam Inpari, Cuma Abah gak tahu Inpari berapanya mah, baru sekarang tahu Inpari teh macem-macem, sama satu lagi Mekongga.” ungkap Abah Uyun.
Menurut Fadjry, Inpari 43 termasuk dalam Green Super Rice, yaitu padi ramah lingkungan, “sehingga tidak memerlukan pupuk yang banyak, namun lebih banyak aplikasi bahan organik.” tutupnya.(ND)