Petani Lolos Ancaman La Nina jika Penyuluh Paham Agroklimat
Petani Lolos Ancaman La Nina jika Penyuluh Paham Agroklimat
Pilarpertanian - Penyuluh pertanian didorong mampu memahami agroklimat, mendukung petani mengetahui pengaruh cuaca, khususnya antisipasi dampak anomali iklim global La Nina pada akhir 2020 hingga awal 2021. Agroklimat juga acuan perencanaan pemilihan tanaman dan analisa lokasi yang cocok untuk budi daya tanaman pangan.
Ajakan tersebut dikemukakan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo didampingi Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi pada virtual meeting Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) Vol. 11 bersama DPP Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) pada Selasa (24/11).
“Kementan mendorong para penyuluh di seluruh Indonesia memiliki kemampuan membaca tantangan agroklimat, untuk antisipasi dampak La Nina dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan,” kata Mentan Syahrul via video conference di Agriculture War Room (AWR).
Kepada 500 peserta virtual meeting dan 5.000 pemirsa live streaming Ngobras, Mentan mendorong pelibatan aktif Perhiptani. Tugasnya menjadi motivator penyuluh selaku ‘pasukan khusus pertanian’ yang berhimpun pada Balai Penyuluhan Pertanian selaku pelaksana Komando Strategi Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani) di tingkat kecamatan, locust pembangunan pertanian.
“Saya ingin ke depan, kemampuan penyuluh di atas rata-rata, ini penting agar kita semua mampu menjangkau tantangan baru termasuk tantangan agroklimat, karena itu kuasai teknologi,” kata Mentan Syahrul.
Sebagaimana diketahui, Agroklimat, ilmu yang mempelajari interaksi ilmu klimatologi dan pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca dan manfaat pengaruh tersebut untuk usaha pertanian. Manfaatnya, pertimbangan perencanaan kultur teknik misalnya pertimbangan irigasi, jarak tanam, waktu pemupukan, dan seleksi varietas pemindahan bibit.
“Kementan telah menyiapkan kelembagaan KostraTani di BPP yang terhubung langsung ke AWR. KostraTani perannya vital, kita bisa mengatasi tantangan dan kendala lapangan. Bisa juga memutus rantai pasok yang merugikan petani,” kata Mentan Syahrul.
Menurutnya, pertanian merupakan sektor penting yang menopang perbaikan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19. Terbukti, pertumbuhan pertanian pada Kuartal III/2020 mencapai 2,15%, Kuartal I dan II cenderung tumbuh positif. Nilai ekspor pertanian Indonesia periode Januari – September mencapai Rp 304.57 triliun, naik 10,12%, sebagai tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
“Capaian ini masih bisa terus terjadi. Saya berusaha agar pada 2021, semua pertanian menggunakan cara modern untuk menggenjot produktivitas nasional,” tutupnya.
Dedi Nursyamsi menambahkan La Nina merupakan anomali iklim global yang kerap terjadi dengan periode ulang 2 – 7 tahunan. Pada sektor pertanian, La Nina mengakibatkan kerusakan tanaman akibat banjir/terendam dan ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Penyuluh harus meningkatkan sinerginya dengan petani dan para pemangku kepentingan, antisipasi dampak La Nina. Lakukan mapping wilayah rawan banjir dan longsor, karena bisa mengancam panen,” kata Dedi seperti dilansir Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP (Pusluhtan).
Dia meminta penyuluh sosialisasi Tujuh Strategi Antisipasi La Nina. Pertama, pemetaan (mapping) mengacu intensitas curah hujan, dengan menetapkan zonasi warna: hijau, merah dan kuning. Kedua, siapkan sistem peringatan dini [early warning system] bersama BMKG.
Ketiga, katanya, bentuk Brigade La Nina [Brigade DPI-OPT], Brigade Alsintan dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling, yang harus ada di tiap kabupaten dan kota, sehingga bisa langsung bergerak. Keempat, pompanisasi in and out dari sawah, lalu rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kuarter, terutama di wilayah jalur merah.
Kelima, penyediaan benih tahan genangan seperti Inpara 1 – 10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang. Begitu pula benih varietas lokal juga harus disiapkan dengan optimal. Keenam, mendorong petani manfaatkan Asuransi Usaha Tanaman Padi [AUTP] untuk antisipasi dampak kerugian.
“Ketujuh, Kementan menyiapkan bantuan untuk kegiatan panen dan pasca panen seperti mesin pengering dan mesin penggilingan,” kata Dedi Nursyamsi menutup Ngobras didampingi Kasubbid IM Pusluhtan, Septalina Pradini selaku anchor Ngobras. (Hevy/LA/ND)