Selama Pandemi, Permintaan Buah Lokal Melonjak Tajam
Selama Pandemi, Permintaan Buah Lokal Melonjak Tajam
Pilarpertanian - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan bahwa ekspor buah lokal diprediksi mengalami peningkatan yang cukup tajam. Peningkatan terjadi karena permintaan pasar terus melonjak. Utamanya selama pandemi Covid 19.
“Pada bulan Januari hingga Mei, permintaan ekspor buah meningkat sebesar 357 ribu ton. Selanjutnya nlai tambah ekspor juga naik 73,4 persen. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan untuk meningkatkan produksi buah-buahan kita,” ujar Musdhalifah saat menghadiri webminar Gerakan Konsumsi Buah Nusantara Dalam Rangka menguatkan Bangga Buatan Indonesia, Senin (10/8).
Seperti diketahui, PDB pertanian tumbuh sebesar 16,24 persen pada triwulan-II 2020 (q to q). Bahkan sektor pertanian secara yoy tetap berkontribusi positif hingga sebesar 2,19 persen. Pertumbuhan sektor pertanian disebabkan karena adanya dukungan kuat dari sub sektor pangan 34,77 persen, hortikultura 21,75 persen dan perkebunan 23,46 persen.
Menurut Musdhalifah, berdasarkan catatan Kemenko volume ekspor terbesar secara berturut-turut adalah ekspor ke negara Vietnam, yakni sebesar 27 persen, kemudian Malaysia 19 persen, Tiongkok 17 persen, India 10 persen, Hongkong 6 persen, Thailand 6 persen dan UEA 3 persen.
“Untuk itu, perlu gerakan besar dalam membangun raksasa yang sedang tertidur. Salah satunya, melalui gelar buah nusantara ini,” katanya.
Karena itu, lanjut Musdhalifah, pemerintah terus melakukan pengembangan agribisnis hortikultura dengan berbagai cara. Diantaranya dengan melibatkan beberapa Kementerian lain seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.
“Kementan sendiri memiliki tugas dalam mendorong gerakan gedor kawasan buah, gerakan tiga kali ekspor atau gratieks, subsidi ongkos angkut logistik pangan, pengembangan pasar mitra tani dan toko tani di setiap provinsi,” katanya.
Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor, Arif Satria mengatakan bahwa untuk mengembangkan buah nasional diperlukan teknologi secara masif agar terjadi percepatan transformasi.
“Ini momentumnya dan pandemi covid-19 sangat berpengaruh sehingga kita dituntut untuk lebih punya komitmen bagaimana kemandirian pangan, kemandirian buah-buahan, kemandirian hortikultura bisa terwujud,” katanya.
Sementara itu, Komite Tetap Pengembangan Hortikultura Kadin Indonesia, Karen Tambayong menyampaikan bahwa Indonesia memiliki 266 jenis buah dan hanya sebagian kecil saja yang dibudidayakan.
“Kita mempunyai peluang yang luar biasa pada buah bisbul, kesemek, keledang, matao, tampoi, lahung, jambu bol, kelubi dan lain-lain. Ini yang harus kita budidayakan lagi,” katanya.
Karen berharap, perguruan tinggi, pengusaha, petani dan pemerintah bisa berkolaborasi dan bersinergi guna meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas untuk pengadaan produksi buah nasional dengan teknologi terkini sesuai preferensi pasar.
“Kita harus mulai memprioritaskan hortikultura, melakukan sosialisasi, meningkatkan konsumsi buah dan investasi dan meningkatkan ekspor,” tutupnya.(BB)