Soilblock : Solusi Efisiensi Budi Daya di Kampung Cabai
Soilblock : Solusi Efisiensi Budi Daya di Kampung Cabai
Pilarpertanian - Pandemi Covid-19 yang kian makin meninggi tak menghentikan langkah Kementan untuk terus memberikan pembinaan kepada petani. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong jajarannya agar tetap produktif selama PPKM, salah satunya dengan Virtual Bimtek.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam sambutannya saat membuka virtual literacy bertajuk Persemaian Sehat, Kunci Sukses Budi Daya Cabai memaparkan bahwa salah satu program Kementan untuk menjaga stabilisasi pasokan cabai adalah dengan kampung cabai. Tema bimtek ini sangat menarik dan sangat mendukung pelaksanaan program kampung cabai tersebut.
Persemaian merupakan awal dari proses budi daya cabai. Bibit yang dihasilkan dari persemaian yang baik serta pemilihan varietas yang adaptif lingkungan dan cuaca akan meningkatkan produktivitas hasil.
Sentuhan inovasi teknologi kekinian juga bisa meningkatkan efisiensi biaya dan waktu, sehingga ongkos produksi murah dan harga berdaya saing, Papar Anton.
Dalam Virtual Literacy yang dilaksanakan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat bekerja sama dengan Pustaka Kementan (15/7) ini memberikan materi yang menarik dan sangat mendukung efisiensi produksi cabai dari sisi hulu yakni teknologi Soil Block Seedling. Soil block merupakan sebuah alat semai yang ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah organik yang sangat berguna tanpa merusak lingkungan. Alat ini dikembangkan oleh Eka Mardiyono, pelaku usaha soil block dari Jawa Tengah.
Saat mengenalkan alat ini, Eka menjelaskan bahwa semua bahan penyusun soil block ini merupakan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman tanpa penambahan tanah. “Bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun soil block ini terdiri dari pupuk kandang, fosfat alam, kapur dolomit, cocopeat dan gambut dengan perbandingan 30:5:5:30:30. Seluruh bahan tersebut kemudian dicampur dengan air hingga diperoleh kepadatan yang sesuai. Selain itu, dapat ditambahkan sedimentasi rawa yang kaya akan unsur hara yang baik untuk tanaman”.
Cara penggunaan soil block juga cukup mudah. Setelah bahan-bahan penyusun soil block dicampur, kemudian dimasukkan ke alat bantu / cetakan soil block dan ditekan hingga padat. Selanjutnya letakkan alat soil block di atas nampan kayu dengan cara membaliknya, kemudian tekan 2-3 kali secara berulang alat pegas agar media tercetak dengan baik.
Selain ramah lingkungan, penggunaan soil block juga dapat meningkatan efisiensi biaya tenaga kerja pada proses persemaian. “Jika dengan proses penyemaian pada umumnya, 1 hari tenaga kerja hanya dapat mencetak 1.000 polybag, tapi dengan alat ini bisa diperoleh 20.000-30.000 media semai. Karena tidak membutuhkan plastik polybag atau plastik tray, tentunya biaya yang dikeluarkan oleh petani juga berkurang.” papar Eka.
Perawatan saat penyemaian dengan soil block pun dapat lebih mudah dilakukan karena cukup disiram sacara merata dengan metode sebar atau sprayer tanpa takut air tertinggal di plastik. Hal ini berlaku pula saat pemberian pupuk, karena soil block bersifat absorb (menyerap), maka pupuk juga tidak akan jatuh ke bawah tetapi terserap ke dalam soil block.
Penggunaan Soil Block dibarengi dengan pemilihan varietas yang adaptif cuaca merupakan kombinasi yang sempurna sebagai langkah awal untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil.(BB)