Stabilkan Harga Gabah, Kementan Gelar Rakor Bersama Stakeholder dan Kepala Dinas Se-Indonesia
Stabilkan Harga Gabah, Kementan Gelar Rakor Bersama Stakeholder dan Kepala Dinas Se-Indonesia
Pilarpertanian - Berbagai upaya yang telah dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan produksi beras telah berhasil menciptakan kondisi surplus. Keberhasilan tersebut diikuti dengan upaya pemerintah untuk terus mendorong penyerapan gabah petani saat panen raya dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan harga Gabah Kering Panen (GKP) baik di tingkat konsumen maupun produsen agar harga tidak mengalami penurunan atau merugikan petani.
“Saat ini kita telah mampu menghasilkan produktivitas hasil pertanian sesuai target dalam proses perjalanan mempersiapkan ketahanan pangan nasional, pencapaian tersebut juga telah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo bahwa hanya pertanian yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDB Nasional,“ ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) dalam acara Pertemuan Koordinasi Serap Gabah bersama kepala dinas pertanian provinsi dan kabupaten se Indonesia, stakeholder dan perbankan yang dilakukan secara online di Ruang AWR, Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta (20/4)
Menurut SYL, salah satu ciri keberhasilan produktivitas pertanian adalah harga yang dinamis. Untuk itu, Kementan selaku pemerintah memiliki tugas menjaga dan menstabilkan harga khususnya komoditas padi melalui HPP yang telah di tetapkan sesuai dengan Permendag 24/2020 yaitu Rp 4.200 per kilogram (kg).
Sesuai data dari Ditjen Tanaman Pangan, dilaporkan bahwa pada periode 3 hingga 13 April 2021 sebanyak 156 kecamatan dari total 7.000 kecamatan di 77 Kabupaten mengalami dinamika harga gabah di petani.
“Oleh karena itu, saya berharap kita dapat bersama-sama mengatasi persoalan dinamika harga gabah agar dapat kembali dalam range yang normal, meskipun hanya beberapa daerah saja yang mengalami dinamika harga,” harap SYL.
Lebih lanjut SYL mengungkapkan bahwa tahun ini dan tahun depan dunia akan membutuhkan beras Indonesia karena climate change yang terjadi di seluruh dunia sehingga diprediksi beberapa negara akan mengalami permasalahan pangan yang akan menyebabkan kecenderungan harga beras naik. Untuk itu, konsep stok atau gudang penyimpanan beras rakyat harus dihidupkan baik pada skala tradisional rumah tangga, kabupaten hingga skala Provinsi melalui Bulog.
“Saya akan terus memonitor jika ada persoalan di tingkat kabupaten, untuk itu Pak Dirjen harus melakukan monitoring harga, apabila ada gejolak harga segera dikomunikasikan ke saya dan lapor kepada satgas jika ada permainan harga,” tegasnya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menambahkan Kementan bersama stakeholder terkait telah melakukan berbagai upaya dalam rangka menyerap gabah petani dan menstabilkan harga gabah petani melalui beberapa strategi. Di antaranya yakni melakukan pemetaan wilayah panen dan harga pergerakan harga sesuai HPP (merah, kuning, hijau), membentuk Tim Serap Gabah Petani (SGP) yang terdiri dari Komando Strategi Penggilingan (Kostraling), Bank, Distan, Dandim, Satgas Pangan Polres, RNI/Pertani, Bulog.
“Upaya lainnya dengan menyusun target serap gabah tiap kabupaten, membuat komitmen perjanjian serap gabah dengan Gapoktan atau Kostraling, Tim Serap Gabah Petani turun ke lapangan membeli gabah dan kontrak jual-beli Gapoktan atau Kostraling dengan Mitra,” tuturnya.
Suwandi menyebutkan sesuai arahan Menteri Pertanian SYL, penanganan pasca panen menjadi hal utama dalam merespon dengan baik masa panen raya padi sehingga petani mendapatkan hasil gabah yang berkualitas dan bernilai jual tinggi. Karena itu, Kementan juga telah memberikan bantuan pasca panen bagi petani yang tergabung dalam Gapoktan dan Kostraling.
“Bantuan dan kredit KUR untuk dryer, penggilingan, packaging dan gudang penyimpanan sehingga petani juga dapat menjual beras atau gabah saat musim kemarau beberapa bulan ke depan atau saat harga di atas HPP,” tambah Suwandi.(ND)